Kembali

 Gempa menepuk-nepuk punggung Halilintar, dia berusaha untuk menidurkan kembarannya. Mengingat dapat telpon dari pihak rumah sakit, Halilintar menangis keras setelah melihat kondisi Taufan yang terbilang cukup parah. Dokter memberitahu jika anak tengah si sulung Suwanda tertabrak truk, luka di kepalanya begitu parah dan bagian punggung robek akibat bergesekan dengan aspal.


Awalnya Halilintar bilang bahwa salahnya tidak menyuruh Taufan cepat pulang, Gempa terus menenangkan kakaknya supaya tidak mengucapkan kata-kata yang membuat bocah itu down. Setelah Taufan dipindahkan ke ruang inap, Halilintar terus mengoceh di sebelah cowok mata biru langit itu sambil melihat bulan purnama.


Ocehan anak kecil mungkin terdengar lucu, tapi bagi Gempa, ocehan Halilintar membuat dirinya overthinking semalaman.


"Pan, apa aku yan donol dalah kamu aja?"


"Pan, jangan lupain Lintal, ntal aku nangis nih."


Anak itu benar-benar ketakutan jika Taufan lupa ingatan atau paling parah adalah... Meninggalkan mereka berenam. Tidak, apapun yang terjadi, Taufan akan selamat. Gempa yakin itu.


——

Gempa membuka matanya, dia menghela napas panjang melihat Halilintar yang memeluk Taufan. Bocah itu tertidur lelap, sangat tidak tega membangunkan kakaknya itu. Perlahan Gempa mengangkat tubuh kecil sang kakak, namun tangan Taufan bergerak dan cowok mata biru langit itu membuka matanya.


"Kak? Kak Upan?"


"Sttt, anaknya tidur.... Aduh... Dada gw sakit..." Gempa menangis, dia memegang tangan Taufan satunya lagi lalu menekan bel supaya dokter datang. Cowok mata kecoklatan itu berterimakasih kepada tuhan, dia mencium tangan Taufan membuat si sulung ke 2 tersenyum manis.


——

Taufan hanya sehari di rumah sakit, jangan tanyakan bagaimana bisa anak itu pulang setelah kecelakaan hebat. Namanya juga anak semen, kuat dan kokoh.


"Idih, malah nangis." Halilintar merengek tak mau melepaskan Taufan, Blaze menatap bingung kakaknya lalu menggendong Halilintar supaya tidak mengganggu istirahat kakak keduanya. Halilintar menatap sedih Taufan, dia cemberut di pelukan Blaze lalu kembali menangis.


"Aduh, bayi kok nangis mulu. Adek lu tuh semen, bang."


"Sembarangan! Lu kira gw tukang kuli bangunan?!" Blaze mengangguk, dia tersenyum tengil melihat Taufan mengacungkan jari tengah ke adeknya. Untung lagi masa pemulihan, kalau tidak, Taufan akan menjotos nya hidup-hidup.


Halilintar merasakan badannya agak panas, dia merengek meminta turun lalu kabur ke kamar. Sejenak kedua cowok itu kebingungan dengan tingkah anehnya Halilintar namun mereka berdua terdiam ketika melihat sosok kakak pertama nya kembali ke wujud semula.


"Aduh, TAUFAN?! LU GAK PAPA?!"


"HUWEEE, LINTAR!!!" Dan ya... Adegan panggil adek dan abang masih ada aja dan Halilintar memukul kepala kembarannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berubah

Taufan