Apa ini?
"Duri, ayo!" Duri yang sedang mencuci tangan merasa kaget, dia melihat Sopan yang buru-buru menuju parkiran motor. Terlihat ekornya bergoyang menandakan bahwa ada sinyal tidak beres dengan keluarga anak itu. Segera saja Duri mengikuti Sopan dan mereka pergi menuju cafe tempat yang diberitahu oleh Sori.
Sesampainya di cafe, mereka berdua melihat Supra yang mengetik di laptop, kemungkinan besar cewek itu sedang mengerjakan tugas kampus. Segera saja mereka berdua menghampiri Supra dan duduk didepan cewek mata merah keemasan itu.
Supra menghentikan kegiatan mengetik nya, dia menatap heran kedua anak SMA itu. Sebentar... Adeknya ngapain ngajak si Bendul hijau itu?
"Lu ngapain di sini?" Sopan dan Duri saling lempar senyum ke Supra, muka mereka begitu sumringah sedangkan Supra sendiri seperti terkena cahaya matahari yang 2 kali lipat menerangi wajahnya daripada matahari yang berada di atas.
"Mau lihat mahasiswa—eh? Sekarang mahasiswi ya... Yaudah deh, mahasiswi yang cantik ini sedang berkutat dengan proposal." Supra sudah tau jika Duri menggombal nya, dia tidak akan mempan dengan ucapan si Duri. Kocak juga kalau dia naksir sama berondong, yang ada malah dirinya dipertanyakan sama gender nya sendiri. Dia cewek apa cowok sih?
"Lu pada mending pesan makan daripada—."
"Kak... Mata mu kenapa bengkak?" Sial... Sopan ngeh dengan matanya?
"Bengkak? Biasa aja padahal..." Sopan menggelengkan kepalanya, dia memegang kedua pipi Supra lalu menatap mata cewek itu. Cowok mata kalbu itu menghela napas panjang lalu mengusap rambut panjang Supra tak lupa mengusap pipi Supra lembut.
"Kenapa sih gak cerita... Gak capek nyimpen sendirian?" Kalau Sopan yang ngomong, Supra tidak bisa menahan tangisannya. Cewek mata merah keemasan itu memeluk erat tubuh adeknya lalu menangis, sedangkan Sopan menatap Duri yang diangguk oleh temannya. Mereka berdua butuh ruang, dan Duri siap menjauh untuk sementara waktu.
"Ibuk.... Ibuk apa gak sayang sama gw? Apa gw pembawa sial?"
"Sstt... Gak ada yang bilang begitu, kakak nya Arjuna bukan pembawa sial..."
"Tapi gw bikin kalian berdua gak bisa liat ibuk..... Gak bisa liat ayah.... Salah gw banyak—."
"Dengerin Juna, kakak gak salah apa-apa dan emang sepantasnya mereka berdua pergi dalam kehidupan kita berenam. Kalau mereka masih ada, apa mamas tetap kerja buat kita? Apa bang Acil makin lama KKN nya? Apa kakak sama kak Wicak bisa berdua sampai sekarang ini? Enggak kan?"
"Kak, kalau masih mimpi buruk, kenapa gak cerita ke kak Wicak atau Juna?" Supra menggelengkan kepalanya, dia mengusap air matanya lalu menghela napas panjang. "Udah cerita ke mamas... Tapi rasanya tetap aja gak enak cerita ke orang lain, mamas aja udah menderita, masa kalian dengerin ocehan gw?"
"Aku adek nya kak Cahya? Masa kakak gak mau ngasih tau sih?" Supra tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya, dia tidak akan bercerita tentang mimpinya. Tidak sekalipun, cukup Frostfire yang mengetahui dirinya tidak membaik dan Supra tidak akan membiarkan semuanya mengetahui mimpi buruknya itu.
Sopan menghela napas panjang, dia mengelus pipi tirus sang kakak. Dia benar-benar tidak suka dengan pipi kakaknya yang sekarang ini, padahal dulu pipi Supra sangat tembem dan dicubit pun masih terasa gemesnya. Apakah mimpi itu berhasil membuat Supra stress?
"Sorry nungguin, Ra— LU NGAPAIN SAMA ADEK GW DISINI?!" Sopan dan Duri terkejut dengan orang yang menghampiri mereka bertiga, Duri paling heboh dan berhasil membuat seisi cafe menoleh ke arah mereka.
"KAK AZE?! NGAPAIN LU KE SINI?!"
"GW YANG HARUSNYA TANYA KE LU, BENDUL! NGAPAIN DI CAFE?!"
Ah shit... Here we go again... Supra sudah tidak bisa menahan rasa lelahnya, pasti nanti banyak rumor beredar di kampus. Dia ingin cepat-cepat kembali ke wujud semula, wujud cowok yang bisa membuat para cewek terpikat, bukan membuat para teman-teman nya terpikat. Fuck untuk hidup penuh plot twist ini.
Komentar
Posting Komentar