Cahya dan Wicaksono
Brukk
"Arghh!!" Supra menahan sakit, dia menatap preman yang memukulnya. Senyumannya mengembang, terasa sekali jika mereka rela memukulnya hanya demi membunuhnya. Cowok mata merah keemasan itu terus memberontak, bahkan tawanya begitu menggelar membuat beberapa preman disana ketakutan.
"Nurut amat sama yang ngancem gw, emangnya gw takut? Kagak lah!"
"Bacot lu, bocah!" Wajah Supra lagi-lagi dipukul, bahkan mereka bermain kroyokan dengan menggunakan tongkat kayu dan besi, tubuh Supra benar-benar dipenuhi memar. Tetapi cowok mata merah keemasan itu berani melawan, bukan namanya jika tidak melawan para preman lemah yang berani main kroyokan.
"ARGHH!!"
——
Sori terus berlari mencari markas ditangkapnya Supra, kakinya berhenti di gudang kosong. Entah mengapa dia seakan mendengar suara erangan dari Supra, dengan pelan-pelan dia menghampiriku gudang itu lalu masuk menyelinap.
Beruntunglah tubuhnya kecil, dia bisa masuk tanpa harus ketahuan. Cowok mata mint itu menatap para preman yang mondar-mandir di bagian ruang yang menurutnya tempat dimana Supra disekap, dengan otaknya yang berjalan, tangan kecilnya mengambil balok kayu dan melempar ke arah luar.
Para preman itu mendengar suara jatuh langsung menuju ke arah suara tersebut, meninggalkan Sori yang bersembunyi dibalik tong kosong. Segera saja Sori berlari ke pintu masuk dan membuka perlahan.
Matanya membulat melihat Supra yang terus dipukuli dengan tangan dan kaki yang diborgol, cowok mata merah keemasan itu terus berteriak kesakitan namun tertawa bersamaan. Aneh, apa isi otak anak itu?
"Ah, gw harus telpon mamas!" Segera saja Sori menelpon Frostfire dan meminta membawa polisi serta mengirim lokasi yang saat ini dia datangi, setelah mematikan telponnya dia kembali menatap kembarannya. Tubuhnya seakan kaku ketika melihat pisau menancap di perut Supra.
Supra hanya tersenyum miring, dia menatap preman itu lalu meludahi wajah nya. "Hanya segini? Tusuk gw doang?"
"Bacot!" Orang itu menarik pisau dan kembali menancap perut Supra, cowok mata merah keemasan itu terbatuk-batuk. Darah keluar dari mulut, dia sudah tidak bisa memberontak lagi, hanya suara ringisan yang keluar dari mulut berdarah nya Supra. Tubuhnya begitu lemas, rambutnya dijambak yang berakhir dengan saling tatap muka.
Preman itu tersenyum miring, dia mengacungkan pistol ke arah kepala Supra. Sori yang melihat itu langsung berlari ke arah Supra, dia memeluk kepala sang kakak supaya tidak terkena tembakan.
Sayangnya suara nyaring itu tertahan oleh tubuh kecil Sori, peluru itu menembus jantungnya. Tubuhnya oleng tetapi berhasil ditangkap oleh Supra, cowok mata merah keemasan itu menatap nanar Sori yang hanya menahan sakit dibagian dada.
"Cak... Bohong ah... Lu gak kenapa-kenapa kan...."
"Cahya... Ya.... Sa....sakit..."
"Enggak enggak, lu harus tahan, tolong! Wicaksono!!!" Supra mengambil pisau dari tangan sang preman, matanya seakan menunjukkan kilat kebencian dan menusuk serta menekan pisau itu di pinggang preman tersebut. Cowok mata merah keemasan itu menggendong Sori ala koala, dia terus memohon kepada kembarannya agar bersuara.
Sori menuruti kemauan Supra, dia terus bersuara meski napas nya semakin memelan. Tangan kanannya memegang wajah Supra, dia tersenyum manis lalu terbatuk.
"Cahya... Maafin Wicak... Wicak irian... Wicak...cuma pengen sama Cahya..."
"Enggak enggak, jangan ngomong begitu, Cak. Lu selamat, gw yakin lu selamat!" Cowok mata mint itu terkekeh pelan, dia memegang lengan Supra. Matanya menatap wajah Supra yang menahan tangisannya. "Jangan nangis... Wicak minta maaf... Maaf jadi adek yang nyusahin Cahya..."
"Gw iri... Gw mau kayak Lintar... Ta-tapi kayaknya tingkah gw kek bocah..."
"WICAKSONO! JANGAN NGOMONG ANEH-ANEH!! GW BAWA LU KE RUMAH SAKIT!!" Tubuh Supra terhuyung, dia terjatuh lalu memeluk erat tubuh Sori. Napas Sori semakin memelan, mulutnya terus mengeluarkan darah dan tangan dinginnya digenggam erat oleh Supra.
"Makasih... Udah... Mau... Jadi... Kembaran... Gw..."
"Wicak... Gak gak! Lu masih bisa bertahan kan?! Iya kan?!" Supra terus menggoyangkan tubuh kecil Sori yang sudah dingin, mata mint kesukaan Supra mulai tertutup rapat. Cowok mata merah keemasan itu berteriak meminta mohon kepada Sori untuk bertahan, dia tidak akan memaafkan orang yang mengancamnya dan membunuh kembarannya.
——
Setelah bertemu dengan Frostfire dan dibawa ke rumah sakit, Supra menjadi pendiam, bahkan cowok mata merah keemasan itu selalu menangis dan membanting benda-benda di kamarnya. Batinnya terkena setelah melihat kematian Sori tepat dihadapannya, jelas bagi Supra adalah kesalahannya yang gagal melindungi kembarannya dari penembakan tersebut.
2 Minggu Supra tidak mau keluar dari kamar, dan Frostfire begitu khawatir dengan kondisi adeknya. Dia takut Supra melakukan hal yang aneh-aneh, astaga! Cukup memikirkan hal yang tidak-tidak, Riwanda Frostfire!
"Kita buka pintunya?" Tanya Glacier yang diangguk oleh Frostfire, mereka berdua membuka pintu kamar Supra dan terkejut dengan kejadian yang mereka lihat. Supra tergeletak tak bernyawa di lantai dengan pisau yang menancap di jantung, Glacier berteriak histeris dan Frostfire memanggil ambulan.
Hanya dalam waktu satu hari, Supra dinyatakan meninggal dunia karena aksi bunuh diri. Makam Supra bersebelahan dengan makam Sori, Frostfire yang memintanya karena dia tau, Supra menyesali perbuatannya sendiri. Cowok mata merah keemasan itu ingin menepati janjinya yakni menemani Sori.
Glacier menangis histeris, Gentar dan Sopan terus menenangkan kakaknya supaya tidak pingsan. Mereka berdua menatap Frostfire yang duduk diantara dua makam tersebut, tangan nya mengelus batu nisan kedua adeknya lalu tersenyum kecil.
"San... Lu gak usah sedih lagi, Wicak sebelahan sama lu sekarang. Buat pelakunya, gw usahain cari dia sampai lu tenang." Frostfire berdiri, dia memapah Glacier dan mereka berempat menjauh dari makam kedua kembar tengah Ngalengka. Sebelum menjauh, Gentar menoleh ke arah makam kedua kakaknya, dia melihat siluet Supra dan Sori yang bergandengan tangan sambil melambaikan tangannya.
Cowok mata merah kecoklatan itu menahan tangisannya, dia menghela napas lalu membalas lambaian tangan kakak-kakaknya.
Komentar
Posting Komentar