Cinderella

Lyann mondar-mandir menunggu kedatangan Supra, Halilintar, dan Sori. Cewek rambut mullet itu mengusap rambutnya, dia menatap pintu belakang auditorium setelah melihat ketiga cowok itu datang dengan keadaan yang begitu berantakan. Jangan ditanya, pasti ketiganya triceng lagi.


"Kenapa baru datang?!" Supra menarik napasnya perlahan lalu menatap Lyann sambil menunjuk ke arah luar fakultas. "Gw sama yang lain kena macet, hampir kena tilang juga—."


"Gak ada waktu buat cerita! Saatnya kalian bertiga didandani sama gw!" Ketiganya menurut dan mereka akhirnya diberi pakaian sesuai dengan perannya, Halilintar ganti terlebih dahulu sedangkan Supra langsung didandani oleh Lyann. Hanya beberapa menit dandannya tetapi cewek itu merasa minder setelah melihat perubahan wajah Supra.


Cantik... Begitulah kira-kira setelah dilihat wajah Supra yang memang sudah menawan ditambah riasan tipis semakin menawan dan cantik.


"Lyn? Lu ga papa?" Lyann tersadar, dia memberikan pakaian ke Supra lalu menyuruh cowok mata merah keemasan itu ganti pakaian. Sekarang girilan Halilintar yang didandani, hanya tipis dan tidak secantik Supra. Jujur bagi Lyann, dia begitu grogi merias para cogan. Kalau saja bukan permintaan Supra, sudah pasti Lyann memilih fokus dengan PDD daripada SC.


Setelah mendadani ke 3 cowok itu—terakhir di Sori malah manis banget jatohnya—maka dimulailah theater ini. Cewek rambut mullet itu terus berdoa semoga tidak kacau.


——

Pentas dimulai, Lyann memasuki panggung lalu menarik napasnya. Dia mulai membaca dialog nya. Di suatu hari, hiduplah seorang wanita cantik (sebenarnya ini lanang guys) yang sedang membersihkan sebuah rumah yang mewah. Wanita itu memiliki mata merah keemasan yang indah (astaga... Gw lupa kasih soflen...), rambut pirang yang cantik dengan pakaian yang lusuh.


"Aduh! Gw capek anjir ngurus beginian! Kenapa harus gw yang beresin rumah?! Kenapa gak dua bebek itu sih?!" Lampur mulai menyoroti si pemain utama, Supra yang menjadi cewek kini ditatap oleh ribuan orang. Napas nya mulai tak beraturan, tetapi melihat tatapan mata Lyann, dia mulai tenang. Cowok itu berjalan di tengah panggung, tangannya melempar ember dan pel.


"Apa sih?! Hari-hari gw jadi babu, kapan gw tenang dari yang namanya babu?!"


"Bacot! Beresin tuh dapur! Bikin sarapan aja kagak becus!" Muncul Sori, Fang, dan Yaya yang menjadi pemeran antagonis. Sori begitu sinis menatap Supra, seakan ada dendam yang begitu banyak bersiap untuk dilampiaskan ke panggung. Cowok mata mint itu berjalan menuju Supra lalu mendorong tubuh kembarannya yang lebih tinggi darinya.


"Maksudnya apa dorong-dorong?! Ih, princess didorong-dorong!!"


"Heh anak pungut! Masih mending gw sama keluarga gw rawat, beresin kek rumah terus balik sana ke kamar! Ribet amat." Kalau bukan panggung, sudah Supra buang kembarannya.


Lampur sorot kini mati, berpindah ke bagian kerajaan, Halilintar yang duduk di tahta bersama Gopal yang menjadi penasihat kerajaan. Halilintar menghela napas panjang, dia melihat para penonton. Sebenarnya dia lebih berharap ini seperti ruang kelas, terlalu gugup dengan penampilan ini.


"Penasihat, kapan kau akan menyebarkan informasi pesta dansa?" Gopal membungkuk ke arah Halilintar, dia menunjukkan gulungan kertas yang berisi pemberitahuan tentang pesta dansa. "Saya akan menyebarkan informasi ini dalam hitungan jam, dan semua wanita pasti akan datang."


Halilintar sudah berdoa dalam hati, semoga Supra gak aneh-aneh, semoga Supra gak aneh-aneh.


Lampu sorot kini mati dan kembali ke rumah Cinderella, Supra yang duduk di kamar setelah mendengar pengumuman pesta dansa lalu berdiri dengan bahagia. Gaun tipisnya sebentar lagi akan siap dipakai, sayangnya Sori, Fang, dan Yaya datang dan merecoki pakaian Supra sehingga robek. Tak lupa dengan tamparan yang kencang meninggalkan bekas di pipinya.


Kepergian mereka bertiga berakhir dengan kesedihan, Supra menatap sendu bajunya lalu muncullah Voltra yang menjadi Mimi peri—maksudnya ibu peri :).


"Jangan sedih wahai anak ku, pakaian mu masih bisa ku perbaiki." Supra yang berusaha untuk berakting sedih menahan tawanya, yang benar aja? Kabid keprodian nya kaku banget? Dia ingin tertawa terbahak-bahak.


"Mimi peri—maksudnya ibu peri, apakah aku bisa pergi menuju istana pangeran Lilintar sayang?" Halilintar yang dibelakang panggung sudah angkat kursi, Lyann dan Fang menahan Halilintar supaya tidak aneh-aneh.


"Tentu bisa, emangnya pangeran mau sama kamu?"


"Ya mau lah! Cakep begini masa gak mau?!" Supra melirik Lyann yang mulai menutup mukanya menahan emosi, fiks! Habis ini kena sidang!


"Baiklah! Maka akan ku ubah semuanya!" Lampur sorot mulai mati dan fokus dengan kerajaan, Halilintar yang berdiri didepan beserta beberapa waria—wanita yang bersiap berdansa dengan sang pangeran. Tiba girilan Sori, jujur bagi Halilintar, Sori begitu cantik dan menarik perhatian.


Kalau saja bukan dalam cerita dan Sori adalah cewek betulan, Halilintar sudah menjadikan dia ceweknya dan siap menuruti kemauan Sori. Proporsi tubuh nya yang kecil sangat cocok menjadi wanita, jangan lupakan pinggangnya yang ramping, siapa yang tidak tergoda?


"Lin..." Halilintar tersadar, dia menatap Sori lalu menggelengkan kepalanya. Tiba girilan Supra yang datang, tidak... Mengapa begitu cantik? Benar-benar definisi cantik ada didalam diri Supra?


Mereka berdua mulai fokus dengan dialog dan berdansa, meski kaku tetap berjalan lancar. Kini bagian Cinderella kembali ke wujud semula, sudah pasti Supra lari-lari di panggung dan Halilintar mengejarnya. Sudah pasti ada adegan lari kan? Kenapa Supra lancar banget larinya?


"PELAN-PELAN BANGSAT! SEPATU LU KETINGGALAN!!"


"BYE BITCH!" Kini lampu sorot mati dan mulai berfokus dengan Halilintar yang mencari si pemilik sepatu kaca. Semua desa sudah dia cari, tidak ada yang cocok dan saat dia sampai di rumah Supra, dia terkejut dengan Supra yang dikurung di kamar (hanya bohongan) dan kedua saudara tirinya antri.


"Mari kita cocokkan dengan kaki kalian." Sebenarnya ukuran kaki Sori sudah pas, sayangnya dia tidak bisa masuk kandidat menjadi princess nya Halilintar, dan saat Supra meminta keluar (dengan ancaman menjadi janda tau ke Yaya) akhirnya dia keluar dan mencoba sepatunya.


Ending yang plot twist, ternyata Halilintar menggendong Supra dan terjatuh. Dan Yap, auditorium begitu menggelegar oleh tawa penonton dan keluarga yang menonton. Malu? Jelas, siapa yang tidak malu melihat Cinderella prengat-prungut bentukan Supra malah banyak tingkah?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berubah

Taufan

Kembali