HaliSup
Dari jam 8 sampai jam 10 pagi ini Halilintar menempel ke Supra, jangan tanyakan mengapa anak itu mendekat ke Supra, karena bocah itu sendiri masih takut kejadian semalam mengganggu tidur mereka bertiga yakni Halilintar, Frostfire dan Taufan. Dan yang jadi tumbal jagain Halilintar seharusnya Blaze malah tidak bisa, sudah ada Supra untuk apa Blaze menjaga kakaknya lagi?
"Eitt, ini gw mau mandi dulu, cil." Halilintar gelantungan di kaki Supra, cowok mata merah keemasan itu menggoyangkan kaki kanannya yang hampir saja membuat dirinya terjatuh. Dia menggendong bocah itu lalu mengajaknya pergi ke kamar mandi, masa bodo buat menggusur anak itu, yang penting segar badan dan muka.
——
Taufan tertawa terbahak-bahak melihat Supra ditempeli Halilintar, bocah mata merah gelap itu benar-benar tidak mau melepaskan Supra. Sedangkan yang ditempeli hampir teriak misuh-misuh, bayangkan saja, setelah mandi bukannya lepas dari dia malah ngikutin kemana-mana.
Niatnya kan 2 hari ini Supra mau menenangkan pikirannya dari organisasi sebelum kembali mengurusi RTL, sekbidnya malah kayak dedemit. Yaudah lah, daripada dia sendirian ngurus surat, ada Halilintar bisa dibantu.
"Adek, abang Supra mau makan dulu." Halilintar menggelengkan kepalanya, dia tidak mau melepaskan Supra. Taufan menghela napas panjang lalu mengambil ahli menggendong si bocah, tetapi Halilintar memeluk leher Supra erat membuat cowok mata merah keemasan itu tercekik.
"FUCEK! SAKIT, LILIN!!" Halilintar tak mau melepaskan Supra, Taufan menggaruk kepalanya lalu menatap temannya yang sudah sengsara dipeluk Halilintar. Mata temannya itu seakan-akan meminta tolong untuk melepaskan pelukan maut dari bocah itu, sangat menyakitkan dan dia benar-benar tidak bisa makan.
"Yaudah, anak nya gak mau lepas sama lu, Sup."
"Lu mau gw mati tercekik?"
"Berharap nya lu jadi tumbal penjaga kemah." Semua teman-teman dan keluarga nya memang anjing, Supra diam aja pasti disuruh jadi tumbal. Sabar-sabar dah Sup.
——
Malam identik dengan suasana horor, dan api unggun kali ini semuanya menceritakan pengalaman horornya masing-masing. Mungkin terdengar seperti menantang, tetapi itulah yang dicari oleh Blaze, Taufan, dan Duri. TTM memang selalu mencari alternatif yang lebih membahayakan.
Frostfire memutar botol air kemasan bekas Glacier, botol itu berhenti di Solar. Cowok mata silver itu menghela napas panjang lalu membenahi kacamata vision nya, dia menatap semua orang dan tersenyum miring.
"Gw pernah diganggu waktu mau bikin kopi."
"Ohh, pantes kopi gw suka berkurang." Solar meminta maaf ke Taufan dan kembali melanjutkan ceritanya. "Oke, gw lanjut. Waktu itu kan mau bikin kopi karena gw mau belajar, terus, pas gw di dapur tiba-tiba lampu ruang tamu kedip-kedip. Awalnya sih gw ngira kayak 'oh, lampunya belum di ganti' gw mikir positif aja, dan balik ke dapur."
"Habis dari dapur bawa gelas, tiba-tiba ada bayangan jalan-jalan di dekat kamar mandi dapur. Gw ya kaget lah, terus lari habis itu kunci pintu kamar, minum kopi sampai setengah, habis itu tidur."
"Gangguan yang bagus buat tidur lebih awal," Duri tertawa ringan setelah mengucapkan kata-kata tadi. Cowok mata hijau gelap itu menoleh ke arah Solar lalu menepuk pelan kepala adeknya. "Makanya jangan aneh-aneh lagi, sukurin kan di samperin."
"Dih? Gw kan pemberani!"
"Pemberani apaan kalo lu aja ngibrit habis bikin kopi?" Kedua bungsu Ngalengka tertawa terbahak-bahak melihat wajah Solar yang marah, mereka meminta maaf dan menyuruh Frostfire melanjutkan. Cowok mata biru merah itu mengepalkan tangannya, menyuruh kedua adeknya diam. Botol kembali diputar dan berhenti di Taufan.
Taufan menghela napas panjang, dia menunjuk ke arah Halilintar yang daritadi gangguin Supra dan yang menjaga Halilintar adalah Sori. "Pengalaman horor gw adalah, kakak gw jadi bocah."
Semuanya setuju dan menatap Solar dengan tatapan tajam, cowok mata silver itu meminta maaf dan tertawa kecil. Astaga, serba salah terus. Setelah bercerita horor, semuanya kembali ke tenda. Halilintar tetap ikut bersama Supra, Taufan tersenyum manis lalu mencium pipi kakaknya.
"Jangan nakal ya, abang gak mau denger kamu nangis pokoknya."
"Okee!" Mereka berdua berpisah tenda, Taufan merebahkan tubuhnya di kasur kecil miliknya, dia menatap Frostfire dan Glacier yang sudah tertidur lalu menatap Gempa yang juga sudah tidur di sebelahnya. Tangannya mengusap rambut Gempa, dia tersenyum manis lalu ikut tertidur lelap.
Sementara tenda Ngalengka....
"Jangan jambak! Gw buang lu, Lin!"
"Ihh, aku mau peluk Soli ajah!"
"Yaudah sana! Jauh-jauh lu dari gw!" Dipastikan yang ribut adalah Halilintar yang masih ketakutan bersama Supra yang gampang ketakutan.
Komentar
Posting Komentar