Jalan-jalan
"Taufan!" Cowok mata biru langit itu terdiam melihat penampilan Supra, matanya tak lepas melihat wajah cantik si cewek mata merah keemasan itu. Sedangkan Supra membenarkan sneakers nya, dia menjentikkan jarinya membuat Taufan tersadar.
"Jangan bengong, yuk jalan. Emang mau kemana sih?" Tanya Supra yang mengambil helm diberikan oleh Taufan, sedangkan Taufan sendiri masih senyum-senyum gak jelas. Supra benar-benar merinding dengan cowok didepannya itu, ngapain sih senyum-senyum? Kalau dia jelek mah bilang aja, jangan cengengesan gitu.
"Kita beli make up buat lu, lagian juga wajah lu dikasih riasan dikit juga makin cantik." Oh tidak, jiwa buaya Taufan mulai keluar di Supra? Astaga, semoga Supra tidak jatuh cinta dengan temannya sendiri.
——
Taufan dan Supra sedari tadi mutar-mutar mencari toko make up yang sreg, cewek mata merah keemasan itu membenarkan kacamata vision nya lalu menatap Taufan yang sedari tadi mengekorinya. Entah kenapa Supra malah terkekeh dengan wajah lelahnya Taufan, kecapekan tapi masih ngomong 'Gw bantu sini.'.
Setelah menemukan tempat yang pas, segera saja Supra membeli beberapa make up yang menurutnya penting dan masih basic lalu membayarnya sendiri. Kakinya melangkah mendekati Taufan, dia menjitak kepala cowok mata biru langit itu lalu duduk disebelahnya.
"Jangan jitak bisa?"
"Enggak, ngapain sih bengong? Mikirin cicilan motor?" Taufan memutar matanya, dia menghela napas panjang lalu menyibakkan rambutnya. "Gw cuma takut lu gak mau naik motor, kepikiran aja kalau cewek gak suka naik motor jelek."
"Tapi kan gw berubah? Bukan berarti standar gw juga ikutan berubah, Fan. Lu jangan mikir aneh-aneh deh."
"Ya kan kepikiran aja, jangan marah gitu dong." Taufan mencubit hidung Supra, dia terkekeh dengan wajah merah si Supra. Cewek mata merah keemasan itu memukul pundak Taufan, dia mengusap hidungnya lalu mengembangkan pipinya. Cowok mata biru langit itu merasa gemes langsung mencubit pipi Supra, benar-benar definisi cantik yang dia lihat ada di temannya.
Astaga Taufan, jangan mikir aneh-aneh!
"Upan!!! Jangan megang pipi gw!"
"Salahnya gemesin—IYA AMPUN! JANGAN MUKUL GW, SANEIRA!" Sepertinya Taufan harus bisa membujuk Supra, cewek kalau ngambek sangat mengerikan.
——
Sori menguap lebar, dia keluar dari kamar lalu menggaruk kepalanya. Ternyata tidak ada perubahan dari sifatnya, mungkin nanti akan berubah seiring berjalannya waktu (?).
Ting!
Cewek mata mint itu membuka hp nya lalu membaca pesan dari Gempa, Sekbid nya tumbang banget minta bertemu? Biasanya juga tunggu nanti di kampus? Ada apa ini?
"Wicak! Jadi cewek jangan kemproh! Mandi sana!!" Sori menghela napas panjang lalu berlari mengambil handuknya, dia melewati sang kakak ke 2 nya lalu mencium pipi Glacier—walau harus jinjit— lalu masuk ke dalam kamar mandi.
"ABANG!!! WICAK LUPA AMBIL BAJU SAMA SOPTEK!!"
"Loh?! Bisa haid?" Glacier menatap sinis Frostfire yang baru saja keluar dari kamar, cowok mata biru merah itu berjalan menuju kamar si Sori dan memberikan baju serta pembalut ke cewek mata mint itu. Setelahnya dia duduk di dapur dan menatap Glacier yang masih memotong sayuran.
"Gw takut bulan puasa ini mereka berdua masih dalam wujud cewek."
"Bukannya bagus? Bisa cicipi makanan kalau mereka haid?" Frostfire menggelengkan kepalanya, firasat nya benar-benar tidak enak. Semoga saja itu hanya firasat, bukan kenyataan yang mereka hadapi.
——
"Makan pelan-pelan, Supra!"
"Bacot, Pan! Gw laper!" Taufan menggelengkan kepalanya, dia benar-benar tidak bisa menahan tawa melihat Supra makan banyak. Efek menjadi cewek pasti banyak mood yang harus dikendalikan, dan Supra itu cowok, mana bisa ngendaliin mood cewek yang banyak?
"Gw mau desert deh..." Taufan terkekeh kecil, dia mengacak-acak rambut Supra lalu mengangguk saja supaya Supra tidak marah. Mata cewek itu berbinar, dia segera memesan makanan penutup lalu mengeluarkan kartu ATM miliknya.
"Ngapain?" Supra menatap Taufan lalu menunjuk ke arah kasir. "Gw mau bayar, gak mungkin semuanya lu bayar. Gw juga punya duit sendiri kok."
"Sup! Gw aja yang bayar!" Mereka berdua berlomba-lomba untuk saling mentraktir makanan, dan yang menang si Taufan karena cowok mata biru langit itu grecep membayar duluan sebelum Supra menancapkan kartu ATM nya ke mesin mini itu.
Melihat mereka rebutan tadi menjadi perbincangan hangat di restoran, apalagi dipasangkan sebagai pacar. Astaga, mereka tidak tau kalau Supra itu cowok?
"Maaf mas, mbak, jangan berantem. Takut dikira lagi berantem karena hubungan kalian." Mbak-mbak kasir kalau udah berbicara seperti itu, tandanya gosip mereka berdua akan menyebar. Supra menggelengkan kepalanya, dia tidak pacaran dengan Taufan. Namun mulutnya terkunci ketika Taufan mengatakan hal sebaliknya.
"Oh? Maaf ya mbak, cewek saya lagi rewel akhir-akhir ini. Sekali lagi maaf ya, mbak." Taufan tersenyum manis dan menggeret Supra menjauh dari restoran, setelahnya dia dipukul oleh Supra. "Sakit, Upra."
"Bisa jangan bilang kita pacaran? Gw gak mau!" Taufan menghela napas panjang, sabodo teuing lah, dia tetap mau sama cewek kayak Supra. Mereka berdua akhirnya jalan lagi keliling sambil cerita masing-masing, sebenarnya hanya Supra yang cerewet karena perubahan nya, Taufan menyimak saja sambil meminum Boba yang dia pesan sebelum pergi.
Tanpa sadar, keduanya menatap ke arah toko buku dan melihat Sori serta Gempa yang baru saja keluar dari toko buku. Reflek cewek mata merah keemasan itu berteriak memanggil Sori yang dibalas dengan kekehan si mata mint. Sedangkan Gempa dan Taufan saling mematung karena kepergok jalan bersama kedua tengah Ngalengka.
——
"Katanya gak jalan sama Supra?" Taufan menatap sengit kembarannya, dia menghela napas kasar lalu meminum boba nya. Sedangkan Gempa kebingungan dengan tingkah kembarannya, kenapa Taufan jadi sensi begini?
"Gem, aku ke sana dulu sama Cahya. Kalian tunggu sini." Kedua cowok itu mengangguk dan membiarkan kedua cewek itu pergi menuju toko baju, entah apa yang dibeli, semoga tidak aneh-aneh.
Taufan membuang minumannya yang sudah habis lalu menghela napas panjang, matanya menatap ke atas mall namun tangan kanannya tak bisa diam menjahili Gempa.
"Kakak!"
"Gem, mereka kalau beneran cewek, mau lu pacarin gak?" Pertanyaan Taufan sebenarnya juga harapan dari Gempa, kalau saja Sori itu cewek, juga pasti si Gempa akan menjadikan Kabid nya itu sebagai pacarnya. Tunggu, Taufan betulan jatuh cinta sama Supra?
"Kak, tipe cewek yang kakak mau itu apa?" Taufan menoleh ke arah Gempa, dia tersenyum tipis lalu menunjuk ke arah Supra yang masih mencari baju bersama Sori. "Seperti dia, iya gw tau kalau gw gila, tapi tipe cewek yang gw mau itu seperti Supra. Meskipun cerewet, gw suka ketawanya, suka kekanak-kanakan nya."
Gempa merasa kebingungan dengan ucapan Taufan, seharusnya cowok mata biru langit itu mencari yang lebih dewasa dan bisa menenangkan pikirannya, bukan kekanak-kanakan. Apa mungkin maksudnya kalau mereka berdua bisa—.
"Gem! Coba liat bajunya, bagus gak?" Gempa menoleh ke arah Sori, dia terkejut lalu melepaskan jaket jeans nya dan menutupi tubuh mungil Sori. Matanya menatap tajam Sori yang dibalas cekikikan oleh cewek mata mint itu.
"Kok ditutup?"
"Pake baju yang bener! Biasa juga yang tertutup." Kalau saja dihadapannya itu Sori yang biasanya, udah ditempeleng duluan sama Gempa. Gak bisa, ini versi cewek, dia terlalu cantik untuk ditempeleng.
"PAN! GW CAKEP KAGAK?!" Kalau reaksi Gempa akan marah, justru Taufan melongo melihat Supra memakai pakaian yang biasanya bocah itu pakai. Dikira jametnya gak ilang, ternyata makin jamet bocahnya.
Komentar
Posting Komentar