Latihan perdana
"SALAH! KENAPA POSISI LU KAYAK BOTI?!" Halilintar harus menahan tangisannya melihat Lyann yang membentak dirinya, jangan lupakan Supra yang meringis mendengar suara cewek itu yang mendominasi. Latihan kali ini begitu perdana, jelas saja hampir semuanya sudah melupakan adegan dimana Cinderella berdansa dan Pangeran yang mencari si pemilik sepatu kaca.
Lyann yang menjadi narator hanya bisa menghela napas dan kembali membuka hp nya, dia berniat menonton kembali cerita princess itu. Lalu menatap Supra dan Halilintar. "Posisikan kalian berdua memegang pinggang, jangan ada yang kagok atau pun lepas. Gw bisa sleding kalian berdua."
"Ngeri juga..." Bisik Sori setelah melihat ketegasan dari Lyann, cowok mata mint itu melihat tontonan Cinderella dan mengamati Supra. Tidak menghayati, dia sebagai anak theater juga mengetahui jika peran ini terlalu besar. Harusnya Supra bisa menghayati sedikit, dan jangan aneh-aneh apalagi gerakan....
"Saneira Supra! Ulangi gerakan lu memelas, bukan sebagai Cinderella mode macho!" Oke, ini benar-benar mengerikan bagi mereka semua.
——
Latihan kedua kembali dimulai, Lyann menepuk kepalanya. Semua naskah dia ganti, ada begitu banyak naskah yang bertumpuk di kost dan duit jajannya terpotong akibat mengorbankan untuk photo copy sebanyak 35 halaman. Tetapi tidak cocok kembali dengan identitas Supra, ini theater bukan remake ala film Indonesia, bagaimana bisa dengan semua naskah yang dia ganti tetapi tidak ada yang cocok dengan Supra?!
"Istirahat!" Supra yang melakukan adegan ditampar oleh Sori akhirnya terhenti, mereka berdua saling tatap lalu kembali baca naskah nya. Tidak, Supra tidak ingin mengecewakan Lyann, cewek itu sudah membantu banyak tugas nya akhir-akhir ini.
Kalau dia berhenti ditengah jalan, sudah pasti Lyann kecewa dan akan membawa semuanya ke MUBES. Dia tidak mau mengecewakan Lyann, cowok mata merah keemasan itu kembali berlatih dengan benar.
Sori menduduki dirinya, dia menatap Supra yang terus berlatih dialog meskipun ujung-ujungnya salah pengucapan lagi. Tidak apa, kembarannya memang tidak memiliki bidang seperti itu, jelas latihan seperti ini harus bisa mendapatkan ekspresi wajah dan emosional nya.
"Wicak, gw bisa diganti gak sama Lyann aja?" Supra menghampiri dirinya, dia menangis didepan Sori lalu menghela napas panjang. Tangan kanannya mengusap air matanya dan menatap ruang kelas yang mereka gunakan.
"Gw... Gw ngerasa gagal, gw goblok ngide beginian ke Lyann. Salah gw minta theater—."
"Latihan, jangan ngerasa lu takut." Sori berdiri, dia menatap Supra lalu tersenyum manis. Tangannya mengusap rambut Supra lalu menatap Lyann yang kembali menonton film nya kembali. Cewek rambut mullet itu benar-benar mengulik lebih dalam dunia perfilman.
"Kalau lu mau coba akting jadi Cinderella, tapi kalo lu tonton selama tiga Minggu ini, gw yakin bisa kok." Supra menatap Sori, cowok mata merah keemasan itu melihat Sori yang menghampiri Lyann dan mengobrol bersama. Tangannya membuka hp nya, dia menonton kembali Cinderella dan tersenyum tipis. Mencoba mengamati tokohnya memang tidak salah, semoga dia bisa. Supra pasti bisa!
——
"Ini, naskah terbaru." Supra mengambil naskah terbaru, dia membaca semua dialog nya lalu mengangguk. Lyann menghela napas panjang dan menatap ke arah poster lembaga. "Gw harap kali ini bisa mengikuti, gw ganti lagi teks nya."
"Kenapa kayak gw tertindas gitu bagian sama Wicak?"
"Oh? Anaknya minta." Supra menahan emosinya, kembarannya ini perlu di jepret kah pake karet gelang? Menyuruhnya menjadi Cinderella yang tertindas—bahkan seperti bocah gadungan bagi Sori begitu menyenangkan. Bayangkan wajah tampannya ditampar, ingin sekali dia tonjok balik.
"Lyn..."
"Hm?" Supra menatap Lyann lalu tersenyum manis. "Gw janji, gw bakalan tampilin ceritanya lebih menarik dan bagus."
Lyann terdiam sejenak mencerna kata-kata Supra, tangan cowok mata merah keemasan itu mengusap rambut temannya lalu menarik tangan temannya menuju ruang kelas yang sudah dipinjamkan. Tidak boleh lama-lama, sebentar lagi mereka akan tampil.
——
Supra, Halilintar, dan Sori habis mengunjungi RTL Himatika, ketiga cowok itu keluar dari audit setelah berfoto bersama. Percayalah, para BEM dan IKM menanyakan Supra mengenai theater gadungannya, Supra tentu tidak bisa menjawabnya karena lebih baik memilih untuk Lyann yang menjawab sebagai SC daripada dirinya.
Ketiga cowok itu menuju parkiran, Halilintar menatap motor Supra—lebih tepat motor milik Frostfire yang berukuran besar. Tebak apa motor itu.
"Ayo cengtri, gw yang bawa!" Sori menggelengkan kepalanya, dia menatap kedua cowok itu dengan tatapan mengerikan. Badannya terlalu mungil jika diampit oleh kedua titan itu, bagaimana dia ditengah-tengah? Mana mereka bertiga masih PDH?
"Masukin PDH kita di jok, terus cengtri."
"Gak mau, nanti kita dikira Mak sama bapak." Halilintar dan Supra saling tatap, mereka tersenyum miring lalu terkekeh melihat Sori yang mulai ketakutan. "Naik di depan, gw jamin lu gak kenapa-kenapa." Ucap Supra yang diangguk oleh Halilintar.
Sori awalnya menggelengkan kepalanya, dia tidak mau menaiki motor mamas nya yang Nmaxx, gila aja?! Dia bukan bocah yang perlu duduk di depan, ayolah!!!
"Duduk doang, nanti berhenti depan rumah gw terus lu bisa dibelakang." Setelah mendengar ucapan Halilintar, Sori akhirnya menuruti kemauan mereka berdua. Awalnya biasa aja, tetapi setelah naik, dia melihat didepan FKIP mereka bertiga ditertawakan oleh para BPH Himatika.
Sori malu? Jelas!
"SORI?! LU MUNGIL BANGET ANJIR!!"
"ASTAGHFIRULLAH! CENGTRI?! HEH!!"
"Wicaksono bersama dua beruang." Sial, kalau bukan permintaan anehnya kedua pasangan Kemahasiswaan PTI ini, sudah pasti dia akan membawa motornya daripada cengtri. Awas saja untuk Supra, dia akan menampar pipi cowok mata merah keemasan itu dengan kencang!
Komentar
Posting Komentar