Prioritas
Hari-hari selalu seperti itu, Supra selalu memberikan alasan kepadanya bahwa dia akan jalan bersama Halilintar. Bahkan bujuknya bukan makanan kesukaan nya, melainkan kesukaan Halilintar. Hell nah, apakah cowok mata merah keemasan itu belok?
Sori menendang batu kecil, dia menatap tajam kembarannya yang sudah kembali dari acara pergi-pergi bersama anak PTI. Amarahnya sudah memuncak, selalu saja Supra mengabaikan nya. Padahal bukankah bagus mereka tidak bertengkar terus?
"Eh Wicak, lu ngapain di depan rumah?" Sori terdiam, dia memalingkan wajahnya. Supra kebingungan dengan tingkah kembarannya langsung menghampiri cowok mata mint itu, tangannya memegang pundak Sori lalu menatap mata si pendek.
"Lu kenapa? Kok akhir-akhir ini diemin gw?"
"Hah?" Sebentar... Bukankah seharusnya dia yang ngomong?
"Lu marah sama gw? Gw minta maaf, selalu lupa sama janji—."
"Terus kenapa lu selalu ingkar janji?! Kenapa milih Halilintar? Gw dianggap apa sama lu?" Supra mengerutkan keningnya, dia merasa bingung dengan ucapan Sori. "Lu kenapa sih? Gw banyak tugas akhir-akhir ini, makanya ngajak Halilintar terus."
"Tapi gak pernah prioritasin gw, Cahya! Gw juga kembaran lu, capek gw ditinggal terus pas lu bilang janji mau ngajak gw kemana-mana! Gw temenin lu kemana aja, tapi kenapa temenin gw kayak susah gitu?!"
"Wicak, jangan bahas beginian lah, males gw buat debat." Sori menahan tangisannya, dia meninju wajah Supra dan menarik kerah baju si pemilik mata merah keemasan itu. Cowok mata mint itu benar-benar sudah tidak tahan, dia ingin kepastian dari kembarannya, apakah dia masih dipedulikan?
"LU PRIORITASIN HALILINTAR! LU MILIH ORGANISASI DARIPADA KEMBARAN LU SENDIRI?! KENAPA?!"
"Wicak... Gw lagi berusaha berubah, gak mungkin selalu kabur-kaburan sebagai Kabid?!"
"GW APA LU?! CUMA TEMAN KAMPUS?!"
"WICAKSONO! GW GAK MAU DEBAT! STOP BAHAS BEGINIAN!" Sori menggelengkan kepalanya, dia berteriak marah lalu memukul wajah Supra hingga babak belur. Setelahnya dia pergi dari rumah meninggalkan Supra yang masih meringis menahan sakit, cowok mata merah keemasan itu langsung mengejar Sori supaya anak itu tidak diculik.
Tidak, jangan sampai Sori kenapa-kenapa. Ada banyak yang membencinya diluar sana, terlebih pemilihan Gubernur BEM kali ini—.
Srekk
"HMMHHHH!!!" Supra memberontak, dia menyikut perut orang itu namun bekapannya semakin kencang membuat dirinya pingsan. Bayangan siluet orang yang dia kenal, rival nya yang mencalonkan diri nya juga sebagai Gubernur BEM.
——
Sori menghela napas panjang, dia mengusap wajahnya lalu menatap langit malam. Matanya terus menelusuri bintang-bintang yang bertebaran, merasa bersalah setelah membuat Supra terluka. Sebaiknya dia meminta maaf, tetapi dia juga gengsi.
Yang benar saja, Supra memang tidak peka, tetapi seharusnya dia meminta maaf pada dirinya jika dia merasa bersalah. Apa anak itu tidak menyusul nya?
"Balik aja lah..." Cowok mata mint itu berjalan menuju rumah, dia berhenti setelah melihat barang milik Supra terjatuh di jalan. Alisnya tertekuk, segara saja dia mengambil barang itu dan menatapnya lamat-lamat. Ini gantungan kunci yang ada di hp nya Supra, bagaimana bisa jatuh disini?
Sori memegang dadanya, dia merasa ada yang tidak beres dengan kembarannya. Segera saja kakinya berlari cepat menuju rumah, semoga saja Supra tidak mencarinya. Semoga saja.
Komentar
Posting Komentar