Comeback
Sori berjalan menuju kamar Glacier, mengingat bahwa kakak keduanya masuk ke RS juga karena asma nya yang kambuh, pasti dia juga khawatir. Ya meksipun cowok mata biru kecoklatan itu juga khawatir sama Supra. Baru saja Sori membuka pintu ruang inap, menggelegar sekali suara Frostfire yang panik melihat Glacier di kamar mandi sambil cebok.
"BISA KABARIN GAK KALAU LAGI BOKER?!"
"MANA GW TAU?! ORANG LAGI MENDENGARKAN SUARA PLUNG MALAH MUNCUL! DASAR DEMIT!"
"Gw demit terus lu apa?" Glacier menaikan bahu nya, mana dia ngerti soal dedemit yang Frostfire selalu temui. Cowok mata biru kecoklatan itu melempar gayung mengarah Frostfire lalu berteriak meminta ditutup pintu kamar mandinya. Cowok mata biru merah itu menuruti kemauan Glacier, setelah itu menatap pintu ruang inap.
"Ngapain dek? Kok kayak kaget gitu?"
"Udah baikan?" Yaelah, dapat pertanyaan ini... Gengsi Frostfire kan jadi gede.
——
Gentar dan Sopan berjalan menuju ruang ICU, setelah mendapatkan berita dari kakak mereka—Sori, mereka berdua langsung menuju RS setelah pulang dari sekolah. Kedua bontot Ngalengka itu berhenti sejenak di depan pintu ruang ICU, merasa takut jika Supra belum kembali ke wujud semula. Masalahnya si Sori sudah kembali setelah berantem sama Taufan, Supra kapan?
"Kamu kenapa?" Gentar menggelengkan kepalanya, dia mengusap rambutnya lalu menghela napas panjang. "Kapan mamas bangun ya?"
Sopan tidak bisa menjawabnya, dia tau jika Gentar seperti ini tandanya rasa khawatirnya terhadap Supra sangat tinggi. Meskipun Supra aneh dan banyak tingkah, nyatanya yang bisa balikin mood Gentar cuma Supra dan Sopan, mungkin juga Gentar kepikiran tentang kakak ke-empat nya yang belakangan ini selalu diam.
Apa karena datangnya ayah? Tapi ayah selalu datang belakangan bersama Frostfire untuk mengecek kondisi Supra dan Glacier, jadi Sori selalu diam karena siapa?
"Pala gw kok pusing ya..." Sopan yang mendengarnya segera saja membawa Gentar menjauh dari ruang ICU dan pergi menuju bangku dan menyuruh kembarannya tidur, sudah dipastikan darah rendah Gentar kumat. Astaga... Semakin parah keluarganya.
——
Cowok mata mint itu memakai jaket milik Supra, dia menatap langit malam di taman RS. Setelah mengantarkan Gentar dan Sopan pulang, dia kembali lagi untuk menjaga kembarannya. Meskipun harus menahan emosinya karena ayah selalu berkunjung, biarkan saja orang tua satu itu, setidaknya ayah tidak menyakiti Supra maka Sori tidak akan berulah.
Hatinya berharap semoga Supra kembali sadar, karena dia benar-benar masih butuh kembarannya. Dia masih kurang diandalkan untuk mengurus rumah, mengurus adek-adek nya, mengurus kakak-kakak nya kalau berantem. Kadang Sori heran, bagaimana bisa Supra yang kayak orang aneh dan unik itu bisa menghandle urusan seperti itu?
"Wicak, kamu gak mau masuk ke dalam?" Kepalanya menoleh ke arah belakang, dia membuang muka setelah melihat ayah. Pria setengah baya itu tersenyum kecil, beliau duduk di sebelah Sori lalu ikut menatap langit malam.
"Ngapain di sini?" Tanya Sori yang masih memalingkan wajahnya, ayah hanya terkekeh kecil lalu menepuk pelan kepala Sori. "Mau nemenin, tidak apa jika masih marah sama ayah."
"Pake tanya..." Sebenarnya Sori juga ingin... Ingin rasanya dipeluk juga sama ayah, tetapi rasa marahnya terhadap pria setengah baya itu masih ada. Masih ada rasa bencinya, masih ada rasa ingin membunuh orangtua nya. Dia tau sebenarnya ayah ingin membela mereka semua, tetapi ibuk terlalu kasar membuat ayah harus menuruti kemauan istrinya.
"Wicak... Lihat sini," mata Sori melirik ayah, dia melihat tangan yang selama ini ingin dia genggam sudah berada di pipinya. Air mata keluar, tubuhnya gemetaran hebat melihat mata pria setengah baya itu yang masih mengharapkan kesempatan ke dua. "Kok malah nangis? Ayah kan gak minta anak lanang ayah nangis."
"Ayah mau sama kalian lagi... Tapi kalau kalian belum terima ayah, tidak apa. Ayah akan kembali ke Jerman—."
"Jangan balik... Jangan balik..." Sori memeluk erat tubuh ayah, dia berharap jika ini hanyalah mimpi, maka biarkan dia memeluk sekali saja ayahnya. "Jangan balik... Wicak sama yang lain masih butuh..."
Ayah terkekeh kecil, beliau mengusap rambut Sori dan membiarkan anak keempatnya menangis. Setidaknya... Sori bisa melihat ayah kembali, setidaknya mereka semua tidak merasakan rindu yang teramat dalam lagi. Ayah kembali, lebih dari sekedar bersyukur yang diharapkan oleh anak-anak.
——
Frostfire menghela napas panjang, dia menatap Glacier yang sudah tertidur. Untung saja besok anak itu bisa pulang, mungkin dia akan mengatur kata-kata permintaan maaf nya untuk ketiga adeknya.
"Saatnya tidur—," cowok mata biru merah itu berhenti sejenak, dia mengeluarkan hp nya lalu melihat kondisi Supra yang sudah membuka matanya. Sejenak tubuhnya terdiam, mencerna semua yang diberitahukan oleh Gentar. Tangan kanannya mengusap rambut Glacier lalu mencium kening adek pertamanya.
"Cil... Gw pergi sebentar ya... Gw janji bakalan balik lagi." Segera saja Frostfire berlari menuju ICU, kaki panjangnya menginjak tangga menuju ICU. Waktunya tidak banyak jika menunggu lift, takut adek-adek nya menunggu dirinya.
Hanya butuh waktu 10 menit, dia sudah sampai di ICU. Cowok mata biru merah itu mengatur napas, serius saja... Lari dari lantai 6 menuju lantai 1 benar-benar menguras tenaga nya, matanya menatap ayah yang menepuk-nepuk pundak dirinya.
"Yah... San... Gak papa... Kan?"
"MAMAS!!! KOK LU LARI?!" Frostfire terkejut, dia melihat keadaan Supra yang... Terbilang baik? Tidak, malah baik banget anaknya. Cowok mata biru merah itu melangkah perlahan mendekati Supra, dia memegang wajah adeknya lalu menangis sembari memeluk erat tubuh Supra. Yang dipeluk hanya terdiam, tangan Supra memegang erat ujung baju medisnya, menahan tangisannya didepan sang kakak.
"Maaf... Maafin gw... Jangan pergi lagi..."
"Gw janji gak akan ninggalin kalian lagi, gw janji gak akan biarin kalian kenapa-kenapa lagi. Gw mohon..." Supra memeluk erat tubuh Frostfire, dia menangis di pundak sang kakak. Cewek mata merah keemasan itu meminta maaf kepada saudara-saudara nya, meminta maaf kepada ayah. Si sulung pertama Ngalengka hanya tersenyum sambil mencium kening Supra, dia mengusap rambut adeknya dan membiarkan Supra menangis.
——
Hanya dalam waktu seminggu, Supra dan Glacier kembali ke rumah. Si anak ketiga Ngalengka itu kembali ke wujud semula, kembali seperti bocah banyak tingkah kayak biasanya. Dan Supra baru tau jika Frostfire habis membentak keras kedua bontot Ngalengka, cowok mata merah keemasan itu berdeham di ruang tamu sambil mengetuk-ngetuk jari nya di ujung sofa.
"Minta maaf ke mereka, kalau sampai mereka berdua ikutan kayak gw, lu nyesel lagi."
"Mulutnya San..." Supra berdecih, dia memeluk erat tubuh Glacier dan menatap wajah kakak pertamanya dengan tatapan sengit. Frostfire menghela napas panjang, dia mengangguk lalu mengusap rambut kedua adeknya.
"Gw bakalan minta maaf, semoga bocah-bocah gak takut sama gw."
"Kalau kata gw mah, takut sih. Soalnya kan mamas galaknya melebihi gw— AYAH!!! TOLONG!!!"
Komentar
Posting Komentar