selamat ulang tahun
Supra menguap lebar, dia menimbang beberapa tepung lalu memasukkan semua bahan ke dalam satu wadah dan mengaduknya hingga menjadi adonan. Cowok mata merah keemasan itu menatap Frostfire, dia memberikan adonannya ke sang kakak yang dibalas dengan senyuman manis dari si sulung Ngalengka.
"Ngapain bikinin buat mereka sih? Kan harusnya biar mereka aja yang beli."
"Gw tau lu masih gengsi mau minta maaf sama Halilintar, kan? Sekalian juga gw mau minta maaf ke mereka, gak enak juga asal jotos muka nya waktu itu." Supra menghela napas berat, dia benar-benar kesel sama kakaknya. Ya dia tau, dia juga mau minta maaf ke Halilintar, tapi mana mau ketemuan sama anaknya. Wajah galak, sok judes, nyebelin, rese—bentar? Yang rese perasaan Supra deh?
"Kalau lu gak mau bantuin gw sama yang lain, coba sana jalan-jalan. Siapa tau pikiran lu tenang." Ucap Frostfire yang fokus dengan kue yang sudah dimasukkan ke dalam loyang, Supra menghela napas panjang lalu mengangguk. Sepertinya ucapan sang kakak benar, dia perlu jalan-jalan sebentar sebelum memukul wajah Halilintar sekaligus meminta maaf.
——
Sore ini lapangan sangat ramai, maklum saja, ngabuburit sambil bermain adalah keseharian anak-anak komplek. Supra melangkahkan kakinya mengelilingi lapangan, dia benar-benar bosan di rumah tetapi juga bosan di luar. Haruskah ikut dengan para bungsu? Tidak, dia bukan bungsu, dia sudah dewasa dan sebentar lagi menginjak umur 20 tahun.
Mengingat umur 20 tahun, harusnya ulang tahun ketiga sulung Suwanda itu di ceplokin telor sama anak-anak lembaga. Sayangnya tidak ada yang sempat karena ketiganya baru pulang dari Jogja.
"Jadi pengen oleh-oleh... Tapi gw males banget minta ke gledek." Cowok mata merah keemasan itu berhenti, matanya menatap ke arah ujung lapangan. Halilintar? Ngapain dia di sana? Dan juga... Kertas?
"Gak usah samperin, dia nyebelin..." Ucapan dari mulut dengan hati terkadang tidak sinkron kan? Akhirnya Supra menghampiri Halilintar dengan wajah males, dia berdiri di sebelah Halilintar yang dibalas dengan senyuman kikuk temannya itu.
"Ahh... Lu... Tumben ke sini?"
"Rumah gw sekitar sini, dan satu lagi, gak cocok lu sama gaya bahasa kaku lu itu." Supra menghela napas panjang, dia duduk di sebelah Halilintar yang masih menulis sesuatu di kertas. Cowok itu kebingungan dengan kelakuan temannya, tumben sekali Halilintar fokus? Atau jangan-jangan... Mereka berdua dapat sanksi karena telat naro LPJ dan proposal LDH ke Gdrive?
Ah... Masa gegara itu mereka berdua kena hukuman? Lagian Halilintar lebih dulu kirim di bulan Januari setelah LDH selesai, ya kali telat.
"Kayaknya podcast anak Kominfo disuruh undang kampus sebelah."
"Ohh... Hah?!" Supra terkejut, dia menatap Halilintar dengan wajah kebingungan sedangkan Halilintar sendiri mengedipkan matanya polos. "Apa? Gw salah?"
"Bentar deh, anak kampus sebelah tuh yang waktu kita studi banding gak sih?"
"Iya... Gw kemarin ikut nimbrung ngobrol sama anak cewek, kata si Idah, anak Kominfo nih podcast di Minggu pertama itu ajak kampus sebelah."
"Gw denger anak-anak situ aja mau Collab kagak tau kapan, ini mau ngajak podcast?" Halilintar memutar matanya, sudah dia duga jika Supra menentang ajakan mengenai podcast. Bukan masalah Collab jadi atau tidak, setidaknya sebagai tamu kan HIMA mereka mengajak ngobrol santai di podcast. Tinggal menunggu persetujuan jadi Kabid Kominfo nya sendiri, kenapa Supra yang protes?
"Lu kenapa sih sama anak HIMA TI? Mereka anak baik-baik deh."
"Saingan gw bertambah..." Gumam Supra sembari menoleh ke arah lain, Halilintar terkekeh kecil mendengar ucapan temannya. Oh, jadi karena iri ada saingan ganteng? Dasar Saneira Supra....
"Anak-anak yang cewek apalagi Maba gak bakalan kepicut ealah, lu kan juga mau ikut Lktf."
"SAHA YANG NGOMONG GW IKUT?!" Halilintar menunjukkan grup chat HIMA, Supra memegang dada menahan sakit melihat Fang yang bersedia menumbalkan dirinya mengikuti Lktf jikalau Fang dan Arya ikut. Cowok mata merah keemasan itu mengacak-acak rambutnya, frustasi mengurus bagian bidang Kemahasiswaan yang hampir diomelin oleh tum Adam, tambah ikut Lktf yang berujung naik jabatan?
Fang gila... Fang menyebalkan... Supra betul-betul ingin melempar ketum nya dengan wajan milik Frostfire.
"Jadi calon BEM, lu beneran naik?" Halilintar tertawa kecil melihat Supra yang frustasi, yah... Untung saja dia sudah menolak, jadi ada itikad baiknya menumbalkan sang Kabid maju menaiki kursi jabatan tertinggi di fakultas.
——
Duri dan Gentar menatap hiasan di dinding ruangan, mereka saling mengerutkan kening lalu menghela napas bersama. Tidak ada yang salah dalam dekorasinya, namun ada yang kurang... Apa itu?
"Balon nya dibawa?" Tanya Gentar yang dibalas dengan anggukan oleh Duri, dia mengeluarkan beberapa pack balon lalu membagi beberapa pack untuk ditiup. Gentar mengambil balon tersebut lalu ikut meniup nya supaya cepat beres.
Solar, Sopan, Blaze, Ice, dan Glacier masih memasang beberapa hiasan di dinding ruangan. Mereka berlima menoleh ke arah Gentar dan Duri lalu terkejut ketika mendengar ledakan balon yang tepat di wajah Gentar. Cowok mata merah kecoklatan itu terdiam sejenak, dia memegang mulut dan kupingnya lalu menepuk-nepuk kedua kupingnya karena dengungan dari ledakan balon.
"Aduh... Budeg dah nih anak..." Glacier mengambil pompa balon, dia menggunakan pompa tersebut tepat di telinga Gentar. Sopan hanya bisa menutup mukanya dengan satu tangan, menahan malu. Sedangkan Solar dan Blaze ingin ikutan, tetapi mereka tak berani karena Ice sudah membawa borgol, jaga-jaga jika kedua orang itu melakukan hal aneh-aneh seperti sekarang.
"Emang anginnya bakalan keluar?" Tanya Duri yang dibalas dengan anggukan oleh Glacier, cowok mata biru kecoklatan itu menepuk-nepuk telinga adeknya, dia menarik napas lalu berteriak tepat di telinga kanan Gentar. "TOAAA!!! HALLO, BUDEG!!!"
"Ngomong apaan bang?" Glacier memukul kepala Gentar, dia menatap Sopan yang hanya bengong melihat kelakuan mereka berdua. "Jun, ambilin gunting dong. Mau korekin kuping Angga."
"GAK JADI, GW MASIH BISA DENGER!"
——
Gempa menatap Taufan yang sangat bahagia berjalan menuju restoran yang sudah mereka pesan, entah kenapa firasat Gempa mengatakan jika Taufan akan selamat dari amukan massa. Ya jangan ditanya, dia sama Halilintar aja belum saling maaf-maafan, pasti Taufan akan melakukannya lagi ke mereka berdua.
"Semangat amat... Ultah kita bertiga aja biasanya cuma doa di kamar masing-masing." Apa yang dibilang Gempa sebenarnya tidak salah, semenjak ayah masuk rumah sakit dan bunda pergi entah kemana, setiap ulang tahun pasti Halilintar hanya membelikan donat dan mereka bertiga saling berdoa untuk mengharapkan kehidupan rumah dan kesehatan seluruh keluarga Suwanda. Tidak ada perayaan, adek-adek juga hanya memberikan kado berupa gantungan kunci ataupun surat yang itu saja membuat mereka bertiga terharu.
Sekarang dirayakan dan Gempa merasa itu berlebihan. Oke, dia juga ingin dirayakan ulang tahun nya, tetapi waktu masih kecil. Dia sudah dewasa, tidak ingin merepotkan orang-orang dan kakak-kakak serta adek-adek nya.
Taufan menoleh ke arah Gempa, dia terkekeh kecil lalu merangkul sang kembaran. "Justru kali ini ultah kita bertiga dirayain, jarang-jarang kita dirayain. Terakhir kapan? Waktu umur sepuluh? Itu pun sebelum ayah sama bunda mencar."
"Bahasanya jangan mencar dong, bunda yang pergi, ayah yang masuk rumah sakit." Gempa memukul kepala Taufan, dia berdecak sebal yang dibalas dengan tawa Taufan. Kembarannya kalau gila jangan sekarang, Gempa jadi takut duluan sebelum potong kue.
"Loh? Gem? Fan?" Gempa berhenti sejenak, dia menarik kerah baju Taufan yang hampir aja membuat si sulung ke 2 Suwanda itu kejengkang. Gempa menatap tajam Halilintar yang datang bersama Supra, wait... Supra? Tumben mau?
Oh!!!
"Wajah lu kenapa memar gitu?" Gempa masih fase marah, pasti ucapannya berbeda lagi. Halilintar meraba wajahnya lalu tersenyum kikuk. Dia hanya tertawa kecil yang membuat Supra gregetan dan memukul kepala temannya. "Gw hajar tadi, dia minta maaf terus hampir sujud syukur ke gw."
"Otomatis gw dimaafin?" Supra mendelik, dia melempar sepatu ke wajah Gempa lalu mengacungkan jari tengah ke cowok mata kecoklatan itu. "Matane, dikira gw ampuni si Halilintar itu langsung ampuni lu? Oon nya tiada terkira ternyata."
Gempa dan Halilintar meringis, mereka berdua menatap Taufan yang tertawa. Entah kenapa keduanya memiliki rencana, mungkin salah satunya membuat Taufan kapok tidak meledek mereka berdua.
"Ayo masuk, lu bertiga mau jadi penjaga pintu?" Ketiganya menoleh ke arah Supra lalu mengangguk, Supra terlebih dahulu masuk dan pergi menuju ruangan yang sudah dia pesan. Gempa memberhentikan langkahnya yang diikuti oleh kedua kembarannya, mereka menatap Gempa yang hanya dibalas dengan gelengan kepala.
"Kenapa berhenti? Ayo masuk."
"Ntar kalau kita masuknya di ceplokin telor, gimana? Aku gak bawa baju."
"Yaudah... Telanjang aja sampai rumah."
"Oon nya jangan keliatan dong, Fan." Halilintar menggelengkan kepalanya, dia sudah bertekad untuk meminta maaf dan saatnya dia harus siap masuk ke dalam ruangan. Kedua tangannya memegang pergelangan tangan kedua kembarannya, mereka bertiga masuk ke dalam ruangan dan terdiam sejenak melihat isinya.
Cantik... Itu yang terlintas dipikiran mereka. Dekorasi yang cantik, serta tataan piring yang rapih. Di tembok ada foto mereka bertiga waktu masih kecil, lalu tanda panah menunjukkan foto mereka mulai beranjak dewasa. Tulisan balon 'SELAMAT ULANG TAHUN' dan '20' nya terpampang jelas di depan mereka.
Halilintar menatap pita berwarna pink, dia menarik pita itu dan terbukalah kotak raksasa yang mengeluarkan balon serta kartu tanda ucapan terimakasih. Taufan yang berada disebelah kanannya menarik pita berwarna biru, kotak raksasa itu terbuka dan dia melihat isinya di dalam. Sebuah oven dan bahan-bahan kue yang masih terbilang baru semua. Girilan Gempa yang berada di kiri Halilintar, dia menarik pita berwarna coklat dan kotak raksasa itu terbuka memperlihatkan isinya. Foto keempat adeknya, mereka bertiga, dan sebuah baju yang sudah lama Gempa impikan, setelan baju cosplayer drama Ramayana.
Ketiganya saling tatap, mereka tertawa terbahak-bahak melihat semuanya lalu terkejut mendengar confetti. Mereka bertiga menoleh ke arah belakang, terlihat jelas Duri, Solar, Blaze, dan Ice memegang kue serta keenam saudara Ngalengka memegang barang yang diledakin tadi.
"Cieee, selamat ulang tahun para sulung Suwanda."
"Anjay, minta maaf dulu baru kita rayain lagi."
"Si oon, lu udah jotos mukanya masih minta mereka buat minta maaf?" Supra terkekeh kecil, dia menggaruk tengkuknya lalu menoleh ke arah Halilintar yang menahan tangisannya. Gempa dan Taufan sudah menangis sambil berpelukan membuat Halilintar menahan malu, cowok mata merah gelap itu menatap wajah kesepuluh orang itu, dia tersenyum manis lalu mengusap air matanya.
"Makasih... Makasih dan gw minta maaf ke kalian semua bikin rusuh waktu itu... Bikin hubungan kita antara Suwanda dan Ngalengka runyam karena ucapan gw.... Gw minta maaf..."
"Lin... Udah ah jangan nangis, gw sama yang lain udah maafin lu sama kembaran lu kok. Ya kecuali Gempa, belum bikin permintaan maaf soalnya." Frostfire mengusap air mata Halilintar, dia tersenyum manis membuat Halilintar menangis keras. Gempa yang disebelah Halilintar mengeluarkan surat, dia menghela napas panjang lalu berbicara ke mereka semua membuat Taufan dan yang lainnya tersenyum.
"Aku... Aku minta maaf... Aku waktu itu ngomong kasar ke adek-adek sama ke keluarga Ngalengka... Emang banyaknya sih di kak Hali, tetap aja aku ada salahnya... Aku beneran minta maaf.... Hueeee...."
"Yeee si elek malah nangis," cowok mata kecoklatan itu menangis keras, dia menatap Ice yang malah tersenyum miring namun dipeluknya sang kakak. Mereka semua tertawa terbahak-bahak melihat ketiga sulung Suwanda menangis, Blaze dan Frostfire mengangkat kue tinggi-tinggi, mereka berdua menatap ketiga cowok itu dengan senyuman misterius.
"Potong kue nya nanti aja ya, tunggu bedug. Sekarang...."
"....waktunya letusin balon!!!" Halilintar memundurkan langkahnya, dia menatap balon-balon yang begitu banyak di ruangan. Keempat bungsu dari masing-masing keluarga itu langsung meletuskan balon, Taufan dan Gempa menatap Halilintar yang mulai teriak heboh meminta tolong. Ah... Sepertinya duo fotosintesis belum kapok diomelin sama Halilintar.
Komentar
Posting Komentar