adek atau kakak?
Halilintar memukul mainan yang ada di depan nya, dia menatap skors nya yang masih kurang. Dia berdecak sebel, mengingat ke-dua kembarannya itu malah mendapatkan skor tertinggi sedangkan dia hanya di bawah nya. Tidak adil, cowok mata merah gelap itu akan mencobanya lagi.
Gempa tersenyum miring, dia memegang ujung pukulan lalu menepuk-nepuk kepala Halilintar, menyemangati sang kakak. "Jangan lesu gitu, cuma beda berapa doang skors nya."
"Diam, gw pastiin skors gw lebih tinggi dari kalian berdua." Halilintar memposisikan diri di dekat besi lalu kembali memukul besi tersebut dan melihat skors nya. Taufan dan Gempa tertawa terbahak-bahak melihat skors milik Halilintar, menetap dan tidak berubah. Sedangkan Halilintar mencak-mencak karena skors harapan nya malah tidak mencapai, namun stuck di situ-situ saja.
"AHAHAHAHHAHAHAHA, MAKANYA JANGAN DURHAKA SAMA BAPAK LU!"
"MAMPUS! AHAHAHAHAHA." Tawa keduanya begitu menggelegar, mereka meminta maaf kepada para pengunjung lalu menarik Halilintar dan mengajak cowok mata merah gelap itu ke tempat yang lain. Setelah berkeliling, akhirnya ketiganya memutuskan bermain di Playground. Jangan tanyakan siapa yang mengajak, Taufan udah senyum-senyum sendiri melihat Halilintar yang mondar-mandir melempar bola ke anak-anak kecil di sekitar sana.
Gempa mengambil hp nya, dia memfoto Halilintar yang tertawa dan tersenyum bersama anak-anak. Cowok mata kecoklatan itu ikut tersenyum seperti Taufan, mereka merasa seperti mengasuh anak kecil. Oh?
"Jangan Gem... Ingat..." Taufan dan Gempa saling tatap, mereka berdua tidak ingin mencari resiko kembali. Bisa gila mengurus Halilintar mode anak kecil, mengingat kejadian Solar yang iseng, lebih baik tidak usah terulang kembali.
Keduanya menoleh ke arah mandi bola, mereka terdiam melihat Halilintar yang menghilang entah kemana. Taufan langsung berlari menuju arena pasir, sedangkan Gempa berlari menuju arena perosotan. Saat Taufan sampai di arena pasir, dia bertemu dengan Solar dan Duri yang sedang jalan-jalan di luar Playground. Ketiganya saling bertatapan dan Taufan hanya tersenyum kikuk membuat kedua adeknya curiga.
"Ngapain lu di sana?"
"Anu... Gw..."
"Kak? Kakak gak ngincer anak kecil kan?" What the...
——
"Hali?!" Halilintar menoleh ke arah belakang, mata merah gelap nya menatap Gempa yang menghampiri dirinya. Cowok itu menepuk pelan kepala bocah di sebelahnya lalu melambaikan tangan meninggalkan bocah itu.
"Aduh... Bisa gak sih jangan hilang?! Kita berdua nyariin kakak tau!!"
"Iya maaf, yaudah yuk balik. Lagian ngapain coba ngajak gw main ke Playground?" Sebenarnya yang mengajak itu Taufan, Halilintar tau persis apa yang ada di kepala kembaran nya itu. Gempa dan Halilintar turun dari perosotan, mereka berjalan menuju arena bermain bola. Sayangnya Gempa menghentikan langkahnya karena ditarik oleh Halilintar, cowok mata kecoklatan itu kebingungan, dia ingin membuka mulut tetapi tidak jadi karena Halilintar langsung menaiki mobil-mobilan remote control.
"Kak?!"
"Muehehehe... Gem, gak mau naik nih?" Gempa kembali membuka mulutnya tetapi lagi-lagi terdiam karena Duri memfoto Halilintar sambil tertawa terbahak-bahak, sedangkan Solar menutup wajah nya menahan malu.
"ANAK KECIL, NGUENG NGUENG!!"
"BAPAK, KOK SI BENDUL IJO KE SINI?!"
Komentar
Posting Komentar