lebaran tanpanya?
BoboiBoy berlarian menuju rumah, dia melihat para bocil berlarian di halaman rumah. Banyak warga yang bersalaman dengan Atok nya, siapa lagi kalau bukan Tok Aba. Cowok itu menghampiri sang Atok lalu membantunya menyusun kue-kue di ruang tamu, matanya terus menatap ke arah luar rumah, ramai dengan anak kecil.
"Aihh BoboiBoy, kau tak istirahat?" Cowok itu menggelengkan kepalanya, mana ada dia istirahat? Dia ingin membantu Atok nya yang kesusahan mengurus anak-anak kecil. Helaan napas keluar dari BoboiBoy, dia menatap para bocah yang asyik main sarung-sarungan sambil tertawa terbahak-bahak. Apalagi ada bapak-bapak dan ibu-ibu di depan rumahnya, teringat seseorang...
"Dia pulang?" Pria paruh baya itu menghela napas panjang, kepalanya menggeleng tanda tidak tau. Beliau begitu mengerti perasaan cucu nya, sudah lama tidak bertemu dengan keluarganya yang dia idam-idamkan. Mungkin beliau sering mendengar cerita dari cucu nya tentang beberapa temannya yang yatim-piatu, ataupun yang keluarga nya bermasalah yang pergi meninggalkan teman-temannya selalu kuat dan tetap gila seperti biasanya. Tapi BoboiBoy? Tidak, keluarganya tidak seperti itu.
Hanya sibuk kerja, dan itu melupakan kenyataannya jika seorang anak menunggu penantian yang dia harapkan. Berkumpul bersama, setidaknya sekali dalam seumur hidupnya yang tumbuh selama 10 tahun.
"Kebiasaan, yaudah, Oboi mau ganti baju dulu."
"Hei, makan opor nya, BoboiBoy." Cowok itu cengengesan, astaga... Dia lupa sarapan.
——
Setelah berganti baju dan banyak bocah-bocah yang datang memberikan ucapan selamat ulang tahun sekaligus meminta maaf kepadanya—banyak kejadian horor yang bikin BoboiBoy trauma sama anak-anak gang rumah Atok nya— cowok itu meminta maaf ke Atok nya.
"Atok... BoboiBoy minta maaf ya, BoboiBoy banyak salah sama Atok dan bikin Atok merasa kerepotan. Maaf kalau BoboiBoy belum bisa jadi cucu yang berbakti."
"Aihh tidak apa-apa, maafin Atok juga yang masih banyak salah sama cucu Atok ini. Maaf bikin kamu kerja lebih keras lagi karena umur Atok yang sudah semakin dekat dengan Tuhan." BoboiBoy menahan tangisannya, dia menggelengkan kepalanya. Cowok itu tau jika pria didepannya ini mungkin akan meninggalkan nya, tapi apakah dia bisa menahan semuanya jika sendirian?
Baru saja cowok itu ingin mengeluarkan kata-kata nya lagi, tiba-tiba telpon rumah berdering. Keduanya saling menatap satu sama lain sampai akhirnya tok Aba sendiri yang mengangkat telpon tersebut. Pria paruh baya itu mengobrol panjang di telpon, sejenak beliau menghela napas panjang lalu menatap BoboiBoy untuk menghampirinya.
Cowok itu menurut, dia menghampiri sang Atok lalu mengambil telpon nya. Suara yang pertama kali dia dengar adalah sang ayah, ya... Ayahnya sendiri yang menghubungi mereka berdua.
"BoboiBoy? Hallo nak, dengar ayah?"
'GINI LU BARU NYARI GW, BANGKE?! EH ASTAGHFIRULLAH... LAGI LEBARAN!!!'
"Dengar kok? Kenapa?" Nada bicara BoboiBoy yang awalnya bergetar menjadi datar, cowok itu menunggu dari sebrang sana yang siap meminta maaf kepada mereka berdua. Oh berdua? Sepertinya meminta maaf tidak bisa hadir lagi? Wajar kan?
"Dek... Ayah minta maaf tidak bisa pulang, maafin ayah gak bisa lebaran bareng lagi."
"Udah ketebak kok... Lagian kalau pulang juga belum tentu ke sini, kan?" Tok Aba menatap sendu BoboiBoy, sedangkan ayahnya hanya bisa terdiam di sebrang sana. Cowok itu mengepalkan tangannya, menahan tangisannya supaya orang itu tidak mendengar.
"Ayah janji akan pulang nanti."
"Ulang tahun Oboi waktu itu pulang gak? Oboi sampai nungguin depan telpon, sekali aja telpon pas ulang tahun Oboi."
"Maaf... Ayah waktu itu sibuk—."
"SIBUK APAAN SIH?! LU SIBUK APA SAMPAI LUPA SAMA ANAK SEMATAWAYANG LU, AMATO?! SIBUK APAAN, GW TANYA?!" BoboiBoy menarik napasnya perlahan, matanya berkaca-kaca melihat Atok nya yang terus berbisik menenangkan dirinya. Di sebrang sana hanya bisa terdiam, tidak ada kata-kata lagi, BoboiBoy berdeham membuat orang di sana kembali bersuara.
"Ayah minta maaf, selamat hari raya dan selamat ulang tahun, nak."
"Gw harap kado gw cuma minta lu balik, udah itu aja." BoboiBoy mematikan teleponnya, dia menghela napas panjang lalu mengusap air matanya. Tok Aba tersenyum tipis membuat cowok itu kembali menangis di pelukan sang Atok.
——
Sedari pagi sampai sore banyak sekali yang datang ke rumah, entah anak kecil yang samperin BoboiBoy buat minta THR, ibu-ibu yang tanya "wisuda kapan?", dan tante-tante yang tanya "kapan nikah?"
Oke.... Kalau kapan wisuda itu bisa di-counter sama BoboiBoy, tapi kalau kapan nikah? Dia baru juga injak umur 20 tahun, tiba-tiba amat ditanya kapan nikah? Minimal maksimal tunggu cowok itu lulus kuliah dan nyari pekerjaan lah, kalau udah mapan baru nikah.
Apalah tante-tante ini...
"Bang bang! Minta duit bang!"
"Lu beneran gw buang ke jurang, cil!" BoboiBoy memberikan amplop THR ke salah satu anak kecil di dekat rumahnya, lalu datang lagi sambil tersenyum manis dan memproses dirinya seperti pendekar samurai.
"Berikan duit mu atau aku akan menyerang mu, wahai iblis berwana Oren."
"HEHH?!" Bukan BoboiBoy yang teriak, melainkan mama si anak itu. Anak itu mendapatkan hadia indah dari sang mama lalu suruh meminta maaf ke BoboiBoy. Sebenarnya BoboiBoy juga udah biasa sih dibilang iblis berwujud jeruk, lah bentukan anak organisasi dan teman-temannya aja kek beruk semua.
Cowok itu tertawa klasik, dia menatap orang tau si bocah lalu melambaikan tangannya pertanda bahwa BoboiBoy tidak apa-apa. "Nih ya cil, tapi nanti kalau mau malakin lagi, jangan ke gw. Ntar kita buru teman gw, yang landak ungu."
"Asik!!! Makasih Abang jelek!" BoboiBoy mengacungkan jempol nya, setelah mereka pergi, kini BoboiBoy yang akan pergi menuju rumah teman-temannya. Mungkin dari Gempa dulu? Atau sekalian Sori? Atau mungkin... Fang?
Sebentar? Fang kan gak ngerayain, sejak kapan dia ngerayain idul Fitri?
"BoboiBoy... Sini dulu..." Cowok itu menatap sang Atok, dia bergegas menghampiri Tok Aba dan duduk di sofa sebelah kanan pria paruh baya itu. Tok Aba tersenyum manis lalu mengeluarkan beberapa lembar uang ke BoboiBoy. "Ajak teman-temanmu main, bosen kan di rumah?"
"Eh? Gak usah..."
"Tak apa, ajak Fang dan yang lainnya." BoboiBoy menatap duit tersebut, dia mengambil dengan gemetaran lalu menatap sang Atok dengan tatapan terharu. "Makasih.... Makasih tok Aba..."
"Sama-sama, tak baik nangis terus, padahal tadi udah ngatain anak-anak di sini suruh jual ginjal."
"Ya itu pada malakin Oboi..." Segera saja dia bergegas menuju ruang garasi tak lupa Salim dan menancapkan gas motor menuju rumah Fang, Tok Aba hanya melambaikan tangannya sambil tersenyum manis. Setidaknya cucu nya ini tidak menunggu keberadaan ayahnya lagi, tidak perlu menangis lagi di malam hari sembari memeluk figura yang berharap segera pulang dari kerjaan bajingannya itu.
Komentar
Posting Komentar