melayat
Jujur saja, Rimba yang biasanya seperti anak sinting dan gila menghadap makam sang kakak tersayang nya, Daun. Sifatnya akan berubah drastis jika didepan Daun, baik dalam kelakuan, maupun pengucapan yang selalu ditegur oleh cowok itu. Helaan napas keluar dari Rimba, dia menaruh buket bunga aster kuning di makam Daun sambil tersenyum manis.
"Hallo bang... Maaf baru bisa datang," tangannya mengusap papan nama milik Daun, matanya menatap rumput-rumput yang mulai menghalangi pemandangan. Segera saja dia cabut dan membersihkan makam milik kakaknya itu. Hanya butuh waktu 5 menit, setelah beberes, dia menaburkan kembang dan terkekeh kecil melihat gundukan tanah itu yang cantik.
"Bang, gw tau, lu pasti liat gw udah pindah dari IGD ke puskesmas bakalan ngikutin jejaknya Solar dan Cahaya. Apalagi sampai kolaborasi sama Duri si Bendul ijo itu, sayang banget lu cuma liat dari atas..."
"Bang... Gw kangen, katanya janji bakal ngajakin gw main piano lagi... Tapi kapan? Si Raden yang lu bicarain itu udah lupa katanya, dia juga butuh lu buat ajarin main piano lagi."
"Bang, seandainya mama sama papa balikan, ngaruh ke gw gak? Ah lupa... Gw dibuang... Gak punya rumah lagi selain lu." Dadanya terasa sesak, Rimba mengusap kembali papan nama milik Daun. Dia yakin, jika cowok itu didepannya akan marah sejadi-jadinya. Berbicara yang aneh-aneh, apalagi tentang keluarga nya. Mengingat keluarga, apakah Rimba harus memaafkan kedua orangtuanya?
Dari kecil dipukuli, dari kecil berpisah dengan kedua orangtuanya, kalau bukan Beliung, Daun, dan Cahaya yang menemaninya, mungkin sampai sekarang dia tidak menjadi mahasiswa kedokteran.
Pukk
"Nangis aja terus, jelek." Mata Rimba melirik sinis Cahaya, dia memukul punggung tangan Cahaya yang dibalas dengan kekehan kecil si pelaku. Cahaya ikut jongkok di sebelah Rimba, dia menaruh bunga matahari diatas makam Daun.
"Kenapa gak ajak si Liung?"
"Ngapain? Yang ada dia nyerocos mulu, lupa kalau dia demen nyari tehaer?"
"Kek situ enggak aja," decak sebal keluar dari Rimba, dia memukul pelan kepala Cahaya lalu menatap makam Daun seakan melaporkan kelakuan si bontot R.E.M itu. "Bang! Si Cahaya Cahaya ini gak mau dibuang aja ke jurang?!"
"Woi?! Enak aja! Ntar orang ganteng kayak gw ilang dari muka bumi ini!"
"Bagus sih, biar lu gak banyak tingkah." Cahaya berdesis, dia memukul lengan Rimba lalu menatap makam sang kakak. "Kan apa gw bilang, gede nya kurang ajar begini. Kok lu mau ngurusin sih?!"
"Gw mah anak yang penurut, emangnya lu, banyak gila?" Cahaya ingin sekali menonjok muka Rimba, tetapi dia masih ingat jika Rimba adalah bocah kematian alias bokem. Entah dari siapa sifat menyebalkan nya si Rimba, tetapi jinak terhadap Daun? Aneh.
"Mau pulang?" Rimba mengangguk, dia izin pamit untuk pulang terlebih dahulu. Cahaya hanya mengangguk lalu menatap punggung Rimba yang sudah menjauh dari pemakaman. Cahaya menghela napas panjang, dia menatap makam Daun lalu tersenyum kecil sambil mengusap papan nama milik sang kakak.
"Rimba suka ngeluh ke gw, katanya koas kali ini bakalan sulit. Nangis terus mikirin lu sama gw, katanya takut gak banggain kita. Lucu banget anaknya, udah kecapean kayaknya nyariin mama sama papa nya yang pergi entah kemana."
——
Cowok rambut hijau neon itu masuk ke dalam kost, dia menatap sengit ke ruang tengah. Ada Beliung, Krystal, dan Voltra. Okelah jika Beliung ada di kost, terus Krystal masak opor, lah Voltra? Nih anak gak ikut Mak nya?
"Makan bang, opornya enak."
"Tau, gak makan mending buat gw aja." Dengan cepat Rimba menghampiri mereka dan mengambil piring dan prosi makanan nya. Dia duduk di sebelah Gamma yang menikmati minuman bersoda berwarna merah, cowok rambut silver itu terkekeh kecil melihat raut wajah Rimba yang begitu menekuk.
"Jelek amat, padahal mau keliling maaf-maafan sama warga kost."
"Sumpah, salah gw apaan sama warga?! Gw aja di puskesmas mulu, beboro nyari perkara?!" Gamma tertawa terbahak-bahak, sedangkan Rimba hanya mendumel sambil memakan ayamnya. Cowok rambut hijau neon itu baru ngeh, dimana si Nova dan Blizzard?
"Si Adiwijaya kemana?" Voltra menunjuk ke arah keluar, ternyata kedua cowok itu sudah pergi terlebih dahulu untuk bersalaman dengan para warga. Tersisa Beliung yang malas keliling, katanya sih udah dapat THR dari dokter Kuputeri. Rimba juga dapat THR nya, cuma berapa?
"ANJIR?! LU DIKIRIM SAMA BUNDA KOK SEPULUH JUTA?!"
"Hah?" Nah kan... Ha he ho anaknya.
Komentar
Posting Komentar