setidaknya
Kelima remaja itu berdiri di dekat pinggir jembatan, ya tebak siapa yang mengajak teman-teman nya ke pinggir jembatan. BoboiBoy dan yang lainnya menatap matahari terbenam sambil memakan kue nastar milik BoboiBoy. Ingin bilang kurang modal, tapi mereka anak-anak berduit :).
"Cakep amat langitnya." Ujar Ying sambil memfoto beberapa pemandangan di jembatan, sedangkan Yaya mengangguk sambil tersenyum manis menatap langit sore yang indah.
Kedua cewek itu mengobrol tentang langit yang bagus, berbeda dengan ketiga cowok itu. Fang dan Gopal melempar kartu Uno ke wajah BoboiBoy, mereka berdua tertawa melihat wajah datar si cowok baju oranye itu. Tiba girilan BoboiBoy, dia melempar satu kartu ke wajah Fang lalu tertawa terbahak-bahak membuat Gopal ikut tertawa dan Fang menghela napas panjang.
"Udah ketawa nya?"
"Belum, hahahahaha.... Jelek amat muka lu, landak."
"Anak syaiton..." Fang mengacak-acak rambutnya, dia menatap jalanan yang mulai ramai lalu menepuk pundak BoboiBoy untuk segera kembali menuju restoran. Cowok itu hanya mengangguk lalu mengajak teman-teman nya untuk kembali ke tempat dimana seharusnya mereka berlima pergi.
"Bapak lu ngehubungi lu?" Tanya Fang yang hanya dibalas anggukan oleh BoboiBoy, keempatnya sudah tau jika keluarga temannya itu jarang berkumpul. Mungkin terakhir kali saat mereka masih kecil, dan sampai BoboiBoy menginjak umur 20 tahun juga orang tuanya belum kembali.
BoboiBoy tertawa kecil, dia sudah terbiasa. Tangannya menepuk pelan pundak Fang, menyuruh cowok rambut ungu itu supaya tidak bersedih hati. "Dahlah, ayo gw traktir. Masa lu pada lesu gitu cuma si bapak-bapak yang kerja jauh doang?"
——
Helaan napas keluar dari cowok itu, dia menatap jendela kamar yang diterangi oleh sinar bulan dan bintang-bintang. Meskipun selama sore tadi bersama teman-temannya, rasanya tidak bisa menahan sesak ketika melihat pesan dari sang ayah.
Bodoh, BoboiBoy tau jika dia terlalu lemah untuk melihat pesan dari ayahnya sendiri. Jujur saja... Dia sudah lama tidak berkomunikasi dengan Amato sejak kecil.
Terhalang jarak, terhalang pekerjaan, hanya fokus dengan pekerjaannya daripada anaknya ini. Astaga...
"Harus balas nih? Tapi mager..." Cowok itu duduk di pinggir kasur, dia mencerna beberapa kata yang akan dia ketik ke ayahnya. Setelah itu, jarinya dengan cepat mengetik beberapa kalimat untuk sang ayah lalu melempar hp nya ke tengah kasur. Merasa merinding dengan ketikan nya, tapi apa boleh buat? Lagi marah juga dia, bodo amat, si Amato Amato itu harus liat pesannya meskipun gak dibalas. Bodo amat!
Komentar
Posting Komentar