izin

Pagi yang indah untuk menikmati hawa sejuk dari udara, namun tidak untuk kediaman Ngalengka. Supra yang baru bangun lagi di jam tujuh, bersiap untuk membereskan rumah. Jatah beberes hari ini Supra dan Gentar, sudah dipastikan pagi hari ini menjadi mimpi buruk bagi Gempa si bokem anak Suwanda.

"MORNING DUNIA!!! SAATNYA BEBERES RUMAH YANG KOTOR KEK DITINGGAL NIKAH!!!" Supra membuka pintu kamar nya dengan kencang, dia keluar dari kamar dan berlari menuju kamar si jamet ke dua. Setelah menendang pintu kamar Gentar, tangan nya dengan cekatan menarik selimut dan mendorong cowok mata merah kecoklatan itu dari ranjang.

"BUANGSAT! BISA BANGUNIN ITU SANTE?!"

"Gak bisa, lu janji sama gw mau nyetel lagu biduan kan?" Gentar terdiam sejenak, dia duduk di lantai lalu meminum air putih di botol minum nya. Cowok mata merah kecoklatan itu mencerna kata-kata kakak nya lalu berdiri, dia mengambil speaker milik nya dan menyalakan nya tepat di kamar.

"Lagu apa yang kita setel?" Supra tersenyum miring, dia mengeluarkan HP lalu menunjukkan playlist spotify milik nya. "Katakan hobah untuk kebersihan."

✩.・*:。≻───── ⋆𝑵𝒈𝒂𝒍𝒆𝒏𝒈𝒌𝒂⋆ ─────.•*:。✩

Gempa memeluk erat tubuh Sori, bocah itu tertidur nyenyak. Sori yang di sebelah nya tidur dengan posisi tengkurap dan hampir meniban tubuh kecil Gempa. Semua tampak indah, betul-betul indah jika dilihat, seperti bapak dan anak.

Ketenangan? Apakah mereka dapat ketenangan?

Sayang, aku bukanlah Bang Toyib
Yang tak pulang-pulang
Yang tak pasti kapan dia datang~

Sabar, Sayang, sabarlah sebentar
Aku pasti pulang
Kar'na aku bukan, aku bukan Bang Toyib~

"Siapa sih... Ganggu tidur..." Sori terbangun, dia duduk di kasur lalu membuka mata nya yang begitu berat. Cowok mata mint itu melirik Gempa yang masih tertidur pulas, dia membenarkan baju anak itu lalu berjalan keluar kamar menuju ruang tengah.

Di ruang tengah terlihat Supra dan Gentar yang bernyanyi bersama sembari membersihkan rumah, Sori menutup kuping nya lalu menatap tajam ke-dua saudara nya. Dia mencubit pinggang Supra membuat cowok mata merah keemasan itu meringis kesakitan.

"Sakit Wicak! Main cubit pangeran aja."

"Berisik! Ada anak kecil di rumah!" Ke-dua cowok itu terdiam, mereka saling tatap lalu menyipitkan mata mengarah Sori. "Lu hamilin siapa sampe ada anak kecil di rumah?" Tanya Gentar yang di angguk oleh Supra.

Sori memutar mata nya, dia menarik tangan ke-dua saudara nya untuk memberikan kejutan. Terlebih untuk Supra, mereka bertiga berhenti di kamar Sori dan melihat seogok buntelan mini yang sedang tertidur lelap. Gentar membuka mulut nya, tak percaya dengan apa yang dia lihat. Berbeda dengan Supra yang mengerutkan kening, dia mengingat tentang Halilintar yang menghilang dan hanya membalas chat nya dengan singkat.

Jangan bilang... 

"Kecil... Aduh mampus..." Supra mengacak-acak rambut nya, dia benar-benar takut. Tangan nya memegang pundak Sori, mereka berdua saling bertatapan dan cowok mata merah keemasan itu meremat pundak kembaran nya.

"Sakit... Kenapa sih—."

"LKTF... Itu gimana? Mereka bertiga jadi kecil, panitia nya kagak mungkin kan?" Sori hanya bisa terdiam, dia tidak berani berbicara membuat Supra menghela napas panjang. Buntu, benar-benar buntu untuk mereka berdua. Tidak mungkin memaksa ketiga sulung Suwanda mengikuti pelatihan, kan? Apalagi panitia nya—Blaze dan Ice yang jadi delegasi fakultas sebelah— apa yang akan mereka ucapkan?

Gentar yang menatap ke-dua kakak nya, dia ingin membantu tetapi ini urusan fakultas. Bukan urusan rumah.

"Cahya... Ini gimana? Kalau mereka bertiga nekat, kita yang diomelin..."

"Siapa yang suruh lu overthinking? Gw gak nyuruh kan? Kita harus lewati bareng-bareng, udah ada janji kita berenam, masuk bareng-bareng ya keluar juga harus bareng-bareng." Supra mengusap wajah nya, dia menenangkan Sori lalu menatap jendela kamar saudara nya. Berharap jika mendapatkan solusi, entah mengapa tiba-tiba saja ide nya lewat. Supra tau jika ini terlalu nekat, tetapi dia harus bicara dengan Duri dan Solar.

Semoga saja diizinkan, semoga saja... 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berubah

Taufan

Kembali