tumbang

Duri dan Gentar duduk bersebelahan di depan ruangan, mereka melamun sejenak, memikirkan nasib yang akan mereka hadapi. Entah kenapa firasat Gentar merasa tak enak, sepertinya soal UTBK nanti lebih rumit daripada yang mereka pelajari. Astaghfirullah... Jangan nethink dulu, gens...

"Ya Allah... Semoga gak bikin bodrek."

"Kalau bodrek, kita kentut di dalam." Cowok mata merah kecoklatan itu melotot ke arah teman nya, dia merasa ucapan Duri seperti mengancam. Duri hanya nyengir lalu mereka berdua berdiri bersama beberapa peserta lain untuk masuk ke dalam ruangan.

Ke-dua nya terdiam dan menaruh tas di depan ruangan, mereka mencari tempat duduk dan akhirnya menemukan nomor urut tempat duduk nya. Ke-dua nya saling tatap, mereka menghela napas panjang lalu Duri duduk di depan sedangkan Gentar di belakang.

Mereka semua terdiam mendengarkan peraturan yang dibacakan oleh pengawas, sesi ujian dimulai. Selama satu menit, Gentar benar-benar tidak fokus dan terus merasa mual. Matanya mulai melirik ke arah depan, terlihat Duri yang begitu anteng mengerjakan semua soal. Gentar percaya? Tidak, cowok mata merah kecoklatan itu menatap lekat teman nya sebelum pengawas menghampiri dirinya. 

"Kak, boleh lihat kartu UTBK nya?"

"Oh... Boleh kok," cowok mata merah kecoklatan itu memberikan map berisi kartu beserta alat tulis, dia melirik sedikit teman nya yang anteng itu. Baru saja Gentar membuka mulut, tiba-tiba saja terdengar suara kentut dari depan. Si pelaku hanya tertawa kecil sambil menahan perut, dia berbisik sambil memberikan kode permintaan maaf ke Gentar.

'Bro... Minta maaf...' —Deondra.

'Asu... Baunya gak enak...' —Awangga.

——
Sopan menguap menahan ngantuk, dia menatap taman kampus. Begitu banyak mahasiswa yang masuk dan juga sesi ke dua sudah mulai berdatangan. Hari pertama memang banyak kesibukan ya...

Brukk

"AAA SETAN! Ck, jangan ngagetin bisa?" Solar tertawa terbahak-bahak melihat wajah Sopan, lucu banget kalau kaget, mirip kayak kembaran nya. Beda nya si Duri kek cacing kepanasan, kalau Sopan kalem seperti nama nya.

"Mau batagor?"

"Bisa-bisanya kamu nawarin ke aku?" Solar menarik kembali tangan nya, dia terkekeh kecil melihat wajah Sopan yang sekarang cemberut. Beneran lucu, padahal kalau dilihat, wajah Sopan lebih dewasa dari diri nya. Tapi kenapa kalau dilihat begini malah kesan nya seperti anak kecil?

Apakah anda lupa wahai Lucis Solar Suwanda? Dia juga bungsu seperti anda :)? 

"Gak mau yaudah, gw aja yang makan."

"Aku belum nolak?!" Sopan mengambil batagor nya, dia memakan pelan-pelan sembari menatap kembali taman. Kedua nya terdiam sejenak sampai seseorang menghampiri mereka berdua, bertanya dimana ruangan UTBK dan Sopan menjawab terlebih dahulu sambil mengarahkan jari nya. Solar berdecak kagum, teman nya ini jago memandu ternyata.

"Terima kasih kak."

"Eh? Aku—."

"Sama-sama, semangat buat UTBK nya, kak!" orang itu tersenyum manis lalu melambaikan tangan dan pergi meninggalkan kedua cowok itu, Sopan melirik Solar yang masih memakan batagor dengan wajah kebingungan. "Kenapa malah kamu yang jawab?"

"Sama lu pasti bakalan debat gak mau di panggil kak sama dia."

"Tapi kan emang benar, aku sama kamu—."

"Ssttt, sini duduk. Makan lagi batagor nya, keburu bocah dua itu balik." Sopan duduk di sebelah Solar, dia kembali memakan batagor nya sambil menatap ke arah gedung kampus. Hanya ada suara mahasiswa dan para peserta yang berteriak memanggil teman, sedangkan Sopan dan Solar berdiam diri sambil makan. Tidak ada percakapan, benar-benar tenang.

Siang mulai menyengat, kedua cowok itu mengungsi di dalam gedung sambil jalan-jalan. Sopan menatap fakultas yang tepat berada di sebrang, dia ingin masuk ke dalam fakultas itu, namun di cegah oleh Solar yang langsung menunjuk ke arah ruangan tempat dimana Duri dan Gentar sedang UTBK. 

"Kenapa? Sebentar lagi selesai kah?" Solar mengangguk, mereka berdua bersandar di jendela gedung. Hanya dalam lima menit, semuanya keluar dari ruangan dengan wajah yang begitu kucel. Termasuk Gentar dan Duri yang keluar terakhir, mereka berdua menghampiri kedua orang itu. Gentar memeluk erat tubuh Sopan sedangkan Duri menatap Solar dengan tatapan kosong. 

"DIPPP!! MASA SI DURI KENTUT KE GW!"

"AKU UDAH MINTA MAAF YAAA!"

"BAU, ANCRIT!" Solar dan Sopan meninggalkan kedua orang itu, mereka menahan malu melihat kedua orang itu bertengkar mengenai kentut. Okelah untuk Duri yang gak punya dosa, tapi Gentar juga teriak bikin malu.

"Eh, mau ke kantin gak?" Kedua cowok itu mengangguk semangat, sedangkan Sopan menatap bingung Solar. Bukankah tadi Solar sudah makan? Kenapa ngajak lagi?

"Boleh banget, aku laper daritadi di dalam."

"Gw juga, daritadi nahan bau si gemblung hijau."

"UNGKIT AJA TEROSS!"

——
"Loh? Baru sampe rumah?" Duri dan Solar mengangguk, mereka berdua merebahkan diri di sofa. Helaan napas dari Duri serta rasa ngantuk yang tertahan dari Solar membuat suasana menjadi sedikit tentram. Gempa mengambil air putih dan makanan untuk kedua adek nya, kaki nya melangkah menuju dapur dan kembali ke ruang tengah dengan makanan dan minuman.

"Nih, kamu udah kecapean itu. Nanti langsung istirahat."

"Iya kak, makasih ya?" Gempa terkekeh kecil, tangan kanan nya mengusap rambut Duri yang sudah memakan cemilan dan Solar hanya meminum air putih. Cowok mata kecoklatan itu merasa kebingungan dengan adek terakhirnya, tumben sekali Solar tidak ikut memakan cemilan nya, atau mungkin dia juga capek mikirin soal?

Sebentar... Bukannya si Solar udah lulus SNBP? Kenapa ikutan mikirin soal nya si Duri?

"Lar... Kamu kenapa? Kok capek banget?"

"Hah? Oh.... Nahan ngantuk daritadi di  univ." Gempa mengangguk paham, dia menyuruh Solar untuk ke atas duluan dan membiarkan Duri memakan cemilan nya. Duri banyak bercerita tentang soal apa saja yang membuat nya stress sampai kentut di ruangan dan Gentar yang menahan diri untuk tidak memukul diri nya.

Gempa tertawa kecil, dia mengusap rambut Duri lalu izin pergi ke kamar. Duri mengangguk, dia kembali menonton TV lalu menguap setelah beberapa menit menonton. Mata nya melirik ke atas, mungkin dia bisa istirahat terlebih dahulu.

——
Berbeda dengan duo fotosintesis, duo bontot Ngalengka malah mendapatkan kejutan di malam hari. Supra, Sori, dan Glacier menggedor-gedor kamar mereka berdua. Tidak usah dipertanyakan cara apa yang mereka pakai untuk membangunkan duo bontot itu.

"CUKK!!! GW TAKUT SUARA KUNTI!!" Glacier dan Sori saling memandang Supra, mereka memukul kepala Supra lalu tertawa terbahak-bahak. "Cuk, itu kan gebetan lu," jawab Glacier yang masih tertawa. Sedangkan Supra membalas ucapan Glacier dengan jari tengah andalan nya.

"Blegug sia! Disuruh bangunin adek nya malah ribut." Frostfire datang menghampiri ketiga adek nya, dia memijat kening nya lalu membuka pintu kamar Sopan. Ternyata Sopan terlebih dahulu membuka pintu nya, dia menatap ke-empat kakak nya dengan tatapan sayu khas orang bangun tidur.

"Apa sih berisik banget... Baru bangun nih pangeran ganteng..."

"Kata gw mah jijik banget... Bangunin kembaran lu, gw mau manasin mobil," mendengar kata-kata 'manasin mobil' membuat mata Sopan yang awal nya masih terpejam langsung melek, dia mengangguk paham dan segera menendang pintu kamar Gentar.

Gentar yang merasa terusik akhirnya bangun, dia duduk di ranjang lalu menatap mereka berlima. Ini ngapain ya ke kamar cogan?

"Ngapain rusuh? Cogan dicari nih?"

"Bangun, kita mau makan di luar!" Gentar terdiam sejenak, dia menatap Glacier lalu mengangguk pelan. Segera saja dia pergi ke kamar mandi untuk mandi sejenak, namun, tubuh nya bereaksi lain. Tangan kiri Gentar mengusap hidung nya, dia terdiam sejenak menatap cairan merah kental itu.

Darah? Sejak kapan keluar?

"Aishh... Kenapa baru sekarang sih? Shh... Mana pusing..." Gentar memegang kepala nya, dia mengelap hidung nya lalu menyalakan air untuk menghilangkan noda darah di tangan. Setelah mematikan kran air, cowok mata merah kecoklatan itu keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang tengah. Dia menatap Glacier yang masih menunggu nya, cowok mata biru kecoklatan itu memegang kening nya.

"Bang? Ngapain bang?"

"Takut lu sakit, soalnya lemes banget."

"Enggak? Udah lah, keburu mamas jadi sumala." Gentar menggeret Glacier, mereka berdua masuk ke dalam mobil dan duduk di tengah, sedangkan Sopan duduk di depan bersama Frostfire. Sori dan Supra? Jangan berharap mereka berdua pisah duduk.

——
Setelah sampai di restoran, ke-enam remaja itu masuk ke dalam restoran dan mencari tempat duduk. Gentar yang sedari tadi memegang kepala nya hanya mengikuti kemana Sopan pergi. Sopan yang mengetahui jika Gentar tidak baik-baik saja segera menghampiri nya, dia merangkul pundak kembaran nya, memeriksa keadaan Gentar.

"Kamu sakit, kenapa gak bilang?"

"Gak mau... Gw gak mau ganggu kalian... Kita juga makan buat ngerayain gw yang habis bantai soal kepet, kan?" Gentar tersenyum lebar, dia mengusap rambut Sopan lalu mengajak kembaran nya untuk duduk di bangku yang masih tersedia. Frostfire bersama Glacier sedang memesan makanan, Supra dan Sori rusuh membuat Gentar dan Sopan saling menghela napas. Mau lelah tapi kelakuan kakak-kakak nya kadang bikin mood bagus.

"Stop ribut! Lu berdua mau gw jual, kah?" Si tengah Ngalengka terdiam, kedua sulung Ngalengka duduk di tempat masing-masing. Frostfire di sebelah Sori dan Glacier di sebelah Sopan. Mereka berenam menunggu makanan datang, sesekali Sopan dan Sori menguap menahan ngantuk.

Makanan sudah datang, mereka berenam langsung memakan pesanan nya. Semuanya menikmati kecuali Gentar, dia terus menahan mual namun tidak ingin pergi ke kamar mandi. Yang ada malah tambah masalah, dia gak mau ganggu suasana yang bagus seperti sekarang ini.

Supra yang menyadari jika adek nya terdiam sambil memakan nasi goreng nya sedikit, cowok mata merah keemasan itu menghela napas panjang, dia menyuapi Gentar sembari menatap mata adek nya dengan tatapan khawatir. Jujur saja, biasanya Supra mode khawatir itu disaat mereka berdua duduk bersama, tiba-tiba sekali cowok itu menyuapi nya.

"Mas, udah—."

"Makan yang banyak, lu stress berat. Jangan paksa diri buat belajar lagi, udah selesai. Kita tinggal tunggu hasil nya." Tangan kiri Supra mengusap rambut Gentar, dia mengelap bibir Gentar dengan tissue. Cowok mata merah keemasan itu kembali memakan makanan nya, dia menatap beberapa saudara nya yang memperhatikan diri nya tadi.

"Apa? Gw cuma khawatir sama Angga?"

"Kok lu gak pernah khawatir sama gw? Apa gw betulan join LKTF aja ya?" Supra tersenyum kumon, dia mengambil udang dan menyuap ke mulut Sori. "Makan tuh udang, gw bakalan temenin lu selama LKTF nanti!"

——
Duri membuka mata nya, dia melirik sekitar kamar. Sudah siang saja, berarti dari semalam sampai pagi belum bangun?

"Badan ku kenapa lemes banget..." Duri bangkit dari tidur nya, dia duduk sejenak di kasur lalu menatap pintu kamar yang digedor paksa oleh Solar. Segera saja dia membuka pintu dan melihat kembaran nya yang bahagia, bersiap mengajak nya jalan-jalan.

"Ri, ayo jalan-jalan—woop!!! Badan lu panas..."

"Huh? Biasa aja padahal," tangan Solar memeriksa kening Duri, dia menggelengkan kepala nya lalu menyuruh Duri untuk rebahan di kasur. Cowok mata silver itu memanggil kakak nya, sedangkan Duri hanya bisa menghela napas perlahan. Niat ingin membeli matcha malah sakit, tidak suka, dislike!

——
Gentar berjalan tertatih menuju kamar mandi, dia memuntahkan semua isi perut nya. Kepala nya terasa berat, mata nya ber kunang-kunang. Sudah pasti tubuh nya drop pasca UTBK. 

"Aaa.... Jangan sekarang... Huekk..."

"ANGGA! BENTAR, AKU PANGGIL MAMAS DULU!" Sopan keluar dari kamar Gentar dan  berlari menuju kamar Frostfire, cowok mata biru merah itu mendengarkan penjelasan dari adek bontot nya lalu berlari menuju kamar Gentar. Mata nya membulat sempurna melihat Gentar yang lemas, dia menggendong tubuh adek nya lalu dibaringkan ke atas kasur.

"Masih mual gak? Gw ambilin dulu obat buat lu." Gentar menggelengkan kepala nya, dia memegang tangan Frostfire lalu menatap sang kakak dengan ketakutan. "Gw... Gw gak kenapa-kenapa kok, maaf ngerepotin."

"Siapa yang ngerepotin? Lu adek gw, lagian juga udah di bilang kan, jangan dipaksa buat belajar. Lu udah pinter, udah banggain gw sama yang lain. Gw kagak ngapa kalau liat lu kek bocah kecepirit, tapi tolong, jangan paksa badan lu buat belajar. Lu butuh istirahat, Awangga."

"Maaf..." Frostfire menghela napas panjang, dia memeluk erat tubuh adek nya lalu mengelus pelan kepala Gentar. "Istirahat ya, gw ambilin makanan sama obat dulu."

"Gak mau... Maunya sama mamas..." Semangat duda, anaknya gak mau lepas itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berubah

Taufan

Kembali