Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2025

Taufan dan masa lalu

Ke-enam nya kini berada di warmindo dekat kampus, iya, jangan tanya deh. Yang ngide si Taufan, katanya dia kangen aja ke warmindo yang dekat sama kampus dan pas banget sebelahan sama kampus tetangga. Ke-enam cowok itu kemudian memesan indomie goreng, mie Bangladesh, roti bakar dan es teh. Setelah writer itu menjauh, ke-enam nya menaruh kepala di atas meja. Kelelahan sore kemarin disuruh potong sapi dan kambing yang se bejibun itu. "Aturan makan gacoan di sebelah." "Ngawur, macet sama rame begitu, lagian juga ngapain makan gacoan? Lu pada kan gak doyan pedes?" Supra memutar mata nya, dia merasa bingung dengan permintaan si Beliung yang dadakan mengajak ke warmindo. Biasanya juga Beliung ngajak bakar-bakar ke kost nya, apa jangan-jangan digusur sama si hijau neon itu? "Hehh... Bosen bener gw... Main ke mana gitu?" Halilintar menggaruk tengkuknya, dia tidak bisa izin lama bermain. Jujur, ketiga Suwanda itu sudah mint izin ke Duri hanya sampai malam, Duri tent...

Idul Adha

Sore ini empat bokem sudah berada di masjid tempat di mana besok para kakak-kakak nya menjadi panitia. Sebenarnya gak semua bagian jagal hewan kurban, bentukan kayak Glacier, Ice dan Blaze itu bagian dokumentasi, iya, PDD. Nah, sisa nya apa nih? Sisa nya motong sapi sama kambing. Solar menghampiri kambing, dia memberikan ranting pohon yang lumayan panjang ke kambing, ranting pohon itu dipenuhi oleh dedaunan yang lebat membuat si kambing memakan dengan lahap. Berbeda dengan Duri, dia lari menghindari amukan sapi yang mulai memberontak mengejar nya. Untung saja Gentar menarik tangan Duri menyuruh cowok mata hijau gelap itu naik ke pohon, Duri menuruti perintah Gentar lalu duduk di sela-sela dahan pohon. "Si bego, kok bisa-bisa nya lu dikejar sapi?" "Aku mana tau?! Dia tiba-tiba aja ngamuk!" Duri memeluk erat pohon, dia menatap sapi yang sudah kembali tenang bersama Sopan yang membagikan makanan. Kedua cowok itu saling tatap, mereka merasa heran dengan Solar dan Sopan,...

pengumuman dan kembali

Gentar mengetes ukulele milik kakak pertama nya, dia mengusap wajah nya ketika melihat Tweet milik Frostfire lewat, ini dada nya udah dag dig dug ser, bisa-bisanya si Sopan bawa punya kakak nya. Kalau udah izin mah aman aja, lah ini enggak? Mantap betul nyali si bontot ini. "Kalo mamas ngamuk, lu ya ngaku." Sopan menggelengkan kepala nya, mana mau dia ngaku. Enak aja, padahal dia bawain apa yang diminta si Gentar, malah Sopan sendiri yang kena tumbal. Tukar-tambah kembaran di mana ya? Sopan udah blenek sama Gentar. Ngomong-ngomong soal pengumuman SNBT, Sopan tidak melihat wajah panik nya Gentar. Apa anak itu menutupi rasa takut nya lagi? Biasanya Gentar takut pun Sopan langsung konek tanpa harus diberi kode. "Kamu gak papa?" Gentar yang sedang memakan nasi goreng nya terhenti, dia menatap bingung kembaran nya. Kepala nya mengangguk pelan, mata nya memincing melihat Sopan yang memegang dahi nya. "Maksudnya apa ya?" "Takut aja kamu sakit, soalnya kek ga...

eksekusi dan pulang

Beliung masuk ke dalam kamar, dia menaruh kresek berisi nasi cokot di lantai lalu mengambil dua. Yang satu untuk Taufan dan yang satu untuk nya, ya kali buat dia semua. Sadar diri makan gak boleh rakus. "Nih, yang lain mana?" Taufan membuka kertas nasi lalu memakan nasi cokot nya, dia menunjuk ke arah kamar mandi. Terdengar keributan di antara keempat orang itu, lebih tepat dua orang remaja dan dua bocah yang main air. Tau lah rusuh nya memandikan anak kecil, apalagi pagi hari, sangat amat menguras tenaga. "SINI GAK?! BELUM SELESAI MANDI NYA!" "AAA TOYONGG!!!" Byurr "Pegang Halilintar, gw mau guyur si Gempa." "NDAKKK, THALIAN MEMAKAI CAYA KEKEYACAN!!!" Beliung dan Taufan menghela napas panjang, mereka berdua saling tatap lalu tersenyum manis. "Habis makan kita mandi di bawah aja, ada kok toilet dekat musholla." "Othee!" Mereka berdua makan bersama sampai selesai, pas juga keempat orang itu baru keluar dari kamar mand...