pengumuman dan kembali

Gentar mengetes ukulele milik kakak pertama nya, dia mengusap wajah nya ketika melihat Tweet milik Frostfire lewat, ini dada nya udah dag dig dug ser, bisa-bisanya si Sopan bawa punya kakak nya. Kalau udah izin mah aman aja, lah ini enggak? Mantap betul nyali si bontot ini.

"Kalo mamas ngamuk, lu ya ngaku." Sopan menggelengkan kepala nya, mana mau dia ngaku. Enak aja, padahal dia bawain apa yang diminta si Gentar, malah Sopan sendiri yang kena tumbal. Tukar-tambah kembaran di mana ya? Sopan udah blenek sama Gentar.

Ngomong-ngomong soal pengumuman SNBT, Sopan tidak melihat wajah panik nya Gentar. Apa anak itu menutupi rasa takut nya lagi? Biasanya Gentar takut pun Sopan langsung konek tanpa harus diberi kode.

"Kamu gak papa?" Gentar yang sedang memakan nasi goreng nya terhenti, dia menatap bingung kembaran nya. Kepala nya mengangguk pelan, mata nya memincing melihat Sopan yang memegang dahi nya. "Maksudnya apa ya?"

"Takut aja kamu sakit, soalnya kek gak panik gitu."

"Begini ya wahai adek ku sayang, adek ku tercinta, gw sama Duri nih udah sepakat kalau gak lolos di SNBT, kita mau masuk UIN." Sopan terbatuk, dia meminum es lemon nya lalu menatap horor kembaran nya. Tunggu sebentar, masuk UIN? Anak se gila Gentar masuk UIN? Masyaallah ta barakallah.

Apakah Sopan percaya bahwa Gentar masuk UIN menjadi anak soleh? Jawabannya tergantung sifat anomali nya, terkadang, Gentar sendiri memakai gamis koko saja malah di double sama sarung. Iya betul, anak pinter, biarkan saja anak itu.

Sopan tidak akan membiarkan Gentar masuk UIN bersama Duri, dia dan Solar akan berusaha menyuruh mereka berdua masuk kampus yang sama dengan jalur mandiri. Mereka tidak ingin melihat aura anomali milik kedua orang itu menguar saat masuk kampus lain.

"Duri mana sih? Katanya mau konser?"

"Ya sabar, lagian juga, ngapain sih sewa panggung cafe? Malu kalau kalian nyanyi itu!" Gentar mengangkat tangan nya yang membentuk metal, dia menatap pintu cafe dan munculah Duri dengan wajah suntuk nya. Cowok mata hijau gelap itu menghampiri bangku teman nya, dia duduk di sebelah Gentar sambil bersandar di pundak nya.

Baik Gentar maupun Sopan, mereka saling mengedikkan bahu, merinding dengan tingkah Duri yang seperti cewek. Cowok mata merah kecoklatan itu memegang kening Duri, mengecek apakah teman nya ini sakit atau tidak. Takut saja... Takut saja cowok itu sakit, apalagi kan pdkt terakhir nya waktu bulan lalu gagal total karena Solar yang menganggu.

Duri menaruh kepala nya di meja lalu menutup kepala nya dengan kedua tangan nya, dia tertidur pulas di meja membuat si kembar bungsu Ngalengka menatap datar anak itu.

"Kenapa sih? Lu kek muram gitu?"

"Solar nya! Dia katanya mau datang kalau aku ikut, ini malah lama banget. Mana bilang nya mau ke tempat pak Cahaya."

"NGAPAIN LAGI ANJIR? UDAH NGANGGUR BEGINI MINTA NILAI KAH?" Sopan dan Duri menyumpal mulut Gentar dengan piscok pesanan anak itu, cowok mata merah kecoklatan itu hanya memakan piscok nya lalu menelan makanan nya dengan cepat. Tangan kiri nya memegang kepala Duri lalu mengacak-acak rambut teman nya membuat si empu meninju pinggang Gentar.

"SAKIT?!"

"MAKANYA JANGAN NGACAKIN RAMBUT GW, SETAN!" Sopan mengusap wajah nya, dia benar-benar stress dengan dua orang itu. Hanya ada satu harapan nya saat ini, Solar cepatlah datang ke cafe.

· · ─────── ·𝟒 𝑩𝒐𝒌𝒆𝒎· ─────── · ·

Sekarang Solar berada di depan rumah R.E.M, dia mengusap wajah nya lalu melihat isi chat antara dirinya dengan guru nya. Sudah tidak diragukan lagi jika Solar sudah di puncak kekalahan untuk mengurus ramuan nya, sebetulnya berhasil yang waktu itu dia bikin, tapi seperti yang kita tau, butuh waktu sehari untuk tumbuh dan itupun tumbuh baru tangkai, belum semuanya.

Solar menarik napas lalu berjalan menuju pintu rumah keluarga R.E.M, dia mengetuk pintu pelan dan di sahut oleh orang yang di dalam rumah. Pintu terbuka, memperlihatkan Cahaya yang baru saja bangun tidur. Wajah kucel, mata yang masih setengah melek dan rambut nya yang berantakan. Oh, jangan lupakan baju putih dan celana pendek nya yang banyak bekas lipatan hasil berguling nya dia.

Solar menatap datar sangat guru, tangan kiri nya yang memegang gulungan brosur memukul pelan pundak Cahaya. "Pak, bangun, ini udah jam sembilan pagi."

"Hah? Ohh, jam sembilan..." Cahaya yang awalnya kembali memejamkan mata tiba-tiba saja melek dan melihat Solar sudah berada dihadapan nya, segera saja dia menggeret Solar ke dalam rumah nya dan mengajak bocah itu berkeliling rumah. Solar menatap seisi rumah, sangat luas, bahkan rumah keluarga R.E.M lebih luas dan mewah daripada rumah nya.

Cowok mata silver itu terus mengamati rumah guru nya sambil bergumam 'wow', dia berhenti sejenak tepat di bagian depan tembok tangga. Ada foto keluarga, semua nya tersenyum, Solar melirik foto Daun yang tersenyum bersama Cahaya. Solar hanya terdiam, memandang wajah Daun yang persis seperti Duri ketika tersenyum manis. Otak nya mulai berpikir hal yang aneh, tidak mungkin kan Daun berenkranasi menjadi Duri? Lahir nya saja cuma beda beberapa tahun, tidak mungkin jika Duri itu Daun.

"Woi? Jadi minta ramuannya gak?" Solar menoleh ke arah Cahaya, dia segera berlari menuju kamar cowok itu dan masuk ke dalam kamar nya. Matanya membulat sempurna, banyak tabung reaksi kimia dan juga peralatan lainnya. Apakah kamar Cahaya menjadi basecamp penelitian? Maklum saja, kamar nya saja seluas lapangan sekolah, jadi gak heran Solar kepo.

"Pak, kamar bapak gede amat. Jadi laboratorium juga kah?"

"Hah? Enggak, ini cuma pra uji coba, kalau laboratorium tuh di pojok deket kamar si Daun."

"Ujung rumah? Jauh banget?" Cahaya hanya mengangguk, dia mengambil ramuan yang sudah dia bikin lalu memberikan nya kepada murid nya itu. Solar mengambil nya dengan hati-hati, dia menatap binar ramuan itu lalu bersujud berterima kasih kepada guru nya, Cahaya hanya tersenyum narsis lalu mengusap rambut gimbal nya ke belakang seakan rambut nya masih rapih.

"Makasih pak!! Bapak penyelamata saya..."

"Emang ye, jangan songong dulu kalo lu aja masih ha he ho. Makanya, besok-besok kagak usah songong ngubah kakak lu jadi bocil." Solar ingin sekali menggampar guru nya, tapi dia ingat, semalam saja dia menelepon Cahaya sampai menangis sesegukan, masa siang ini gampar wajah guru nya? Ngawur men.

"Iya Pak, besok saya gak ngulangin lagi. Tapi jadi dosen pribadi saya ya?" Sedetik kemudian teriakan Solar menggelegar di sekitar rumah, tidak usah bertanya apa yang Cahaya lakukan, dia cuma muak aja ketemu murid songong nya ini.

· · ─────── ·𝟒 𝑩𝒐𝒌𝒆𝒎· ─────── · ·

Duri, Gentar dan Sopan memakan mie kornet, mereka sudah lapar dikarenakan menunggu Solar yang begitu lama. Duri meminum es teh nya lalu memandang mangkok mie nya yang sudah habis, dia menghela napas berat mengingat mie di cafe ini lumayan mahal, sedikit menyesali tidak memesan matcha cheesecake sebagai dessert. Baru saja dia ingin membuka mulut, tiba-tiba Gentar menyahut mengenai pengumuman SNBT.

"Cuk, udah jam satu siang ini. Ayo buka website nya."

"Hah? Kalau buka sekarang, gak nungguin Solar mau sorakin kamu dong?" Gentar berdecih, dia membuka tablet milik Glacier lalu membuka website dan memasukkan nomor peserta, Tempat Tanggal Lahir, jari nya berhenti mengetik lalu memberikan tablet sang kakak ke dua ke Duri. Cowok mata hijau gelap itu tertegun, ini maksudnya dia suruh liat punya Gentar atau disuruh duluan biar pas tau gagal disorakin paling awal?

"Lu dulu..."

"Maksud? Kamu dulu lah."

"Gak gak gak, yang tua terlebih dahulu buka pengumuman nya."

"Bukannya kita yang lebih tua beberapa bulan dari Duri dan Solar?" Gentar tersenyum kikuk, dia memohon kepada Duri untuk membuka milik nya. Setan banget emang, untung Duri sayang, jadilah dia membuka milik Gentar. Awalnya website nya loading, mungkin banyak yang berebutan membuka nya.

Saat pengumuman sudah di buka, terlihat barcode, nomor peserta, Tempat Tanggal Lahir, tulisan dinyatakan lulus dan juga pilihan dimana Gentar diterima. Duri berteriak heboh, dia menggoyangkan tubuh Gentar sampai cowok mata merah kecoklatan itu kecekek oleh tangan Duri. 

"LU KETERIMA!!! LU KETERIMA!!!!"

"BANGSAT, KECEKEK, DEON!!" Duri melepas pelukan nya, dia terkekeh pelan lalu meminta maaf kepada Gentar. Gentar menarik napas nya dalam-dalam lalu melihat tablet sang kakak lalu ikut berteriak heboh bersama Sopan. "KEPILIH PTI, KEPILIH PTI!!! ANJAS!"

"MARA?!" Solar yang berada di belakang Sopan langsung memukul pelan kepala teman nya, Sopan meringis kesakitan lalu menoleh ke arah belakang. Cowok mata kalbu itu menggeser posisi duduk nya lalu menyuruh Solar duduk di sebelah nya. Solar menghela napas panjang, dia duduk di sebelah Sopan dengan kopi americano lima shot.

Solar menatap tablet yang Gentar pegang, dia menutup mulut nya tak percaya bahwa teman jamet sinting nya itu diterima di pilihan ke dua. "Ya allah... Kawan... Kamu... Kamu keterima?"

"Oh jelas, akhirnya kita satu universitas." Solar tersenyum tertekan, mau marah tidak bisa marah, tapi kalau Gentar jauh si Sopan makin banyak drama. Yasudahlah, tidak apa jika Gentar satu Univ, toh, mereka pasti lebih sibuk sama prodi masing-masing. Saat ini tinggal Duri yang belum membuka pengumuman, dia menghela napas berat lalu mengeluarkan laptop milik nya dan menghidupkan laptop.

Napas nya seakan terasa sempit, antara takut dan merasa gagal, jikalau terpilih, semoga saja masuk ke dalam Pendidikan Geografi. Tapi kalau tidak terpilih semua, mau tidak mau dia akan memasuki dunia pondok pesantren ala kuliah. Iya, UIN maksudnya.

Duri membuka website lalu mengisi data diri nya, helaan napas keluar dari mulut nya, dia benar-benar pasrah untuk kali ini. Saat membuka hasil pengumuman, mata nya membulat melihat pilihan ke dua diterima. Segera saja dia memeluk tubuh Gentar sambil menangis, Gentar dan kedua cowok itu merasa syok lalu melihat isi pengumuman milik Duri.

"AAAAA LULUS!!!"

"ANJAY SLEBEW, SELAMAT WAHAI KEMBARAN KU!"

"Kagum gw, akhirnya kita masuk pendidikan." Gentar menepuk-nepuk kepala Duri, dia merasa sangat bangga dengan teman nya. Solar yang menatap Gentar sinis seakan cowok mata merah kecoklatan itu adalah kakak Duri, tangan kanan nya memukul lengan Gentar lalu berjalan mengarah ke Duri sambil memeluk kembaran nya. 

"Enak aja lu meluk kembaran gw, dia nih gw yang jaga di dalam kandungan!"

"Sebenarnya yang kakak siapa dah? Duri atau Solar?" Duri hanya tersenyum datar sedangkan Solar dengan bangga mengakui bahwa dia seorang kakak bagi Duri. Duri menatap ukulele milik Gentar lalu mengambil nya dan menyuruh teman nya untuk pergi menuju panggung. 

Solar dan Sopan menarik tangan mereka supaya tidak membuat keributan, sayangnya kedua cowok itu sudah di atas panggung lalu menyanyikan lagu kebangsaan setahun sekali. Cowok mata silver itu menutup wajah nya, sedangkan Sopan kabur menuju kamar mandi, tidak ingin mengikuti kejametan mereka. 

"Kami dari~~ dua tujuh bulan Mei!"

"BULAN MEI!!"

"Ayo dong bantai kami~."

"Ayo dong bang!"

"KALO ELO PUNYA NYALI!!!"

"Tutorial cara kabur dari kembaran setan modelan kek Angga gimana ya?" Jangan mencari Sopan, karena dia sedang nongkrong sambil mencari video tutorial membuang kembaran sendiri di kali Ciliwung.

· · ─────── ·𝟒 𝑩𝒐𝒌𝒆𝒎· ─────── · ·

"Efektif gak?" Solar menghela napas untuk kesekian kalinya, dia mengacungkan jari tengah ke Duri lalu menuangkan kembali beberapa tetesan ramuan milik Cahaya ke pengharum ruangan di kamar Halilintar. Cowok mata silver itu turun dari ventilasi kamar sang kakak, dia menutup ramuan tersebut dan menepuk pelan dada nya.

"Tenang Ri, ini ramuan betulan bikin kakak-kakak kita balik. Gw sampe sujud syukur biar pak Cahaya ngasih nih ramuan doang."

"Ramuan apaan nama nya?" Solar mengetuk kening nya, dia menatap Duri lalu tersenyum lebar. "Ramuan pembalik."

"Hah? HAH?!" Baru saja Duri ingin bertanya lebih jelas, tiba-tiba suara batuk dari kamar Ice terdengar nyaring. Segera saja si kembar fotosintesis menghampiri sang kakak, takut jika cowok mata biru laut itu kenapa-kenapa. Mereka membulat sempurna melihat tubuh Ice yang kembali menjadi remaja umur sembilan belas tahun.

"KAKAKK!!!!"

"KAKKK!!!" Ice yang linglung hanya bisa terdiam, tubuh nya dipeluk erat oleh kedua adek nya. Dia mengelus kepala mereka lalu terkekeh pelan mendengar kedua nya menangis. "Ini kenapa ya? Gw gak kenapa-kenapa kan?"

"Kakk... Maafin Solar... Maafin Solar bikin kakak semua jadi kecil..."

"Ssttt, udah udah, kalian berdua udah ngurus kita baik-baik kok. Jangan nangis lagi." Ice menatap pengharum ruangan lalu menatap Solar yang masih memeluk nya sambil menangis. Tidak ingin membiarkan kedua nya merasa bersalah, cowok mata biru laut itu membiarkan kedua adek nya memeluk nya. Yahh, setidaknya Solar dan Duri meminta maaf dan janji akan lebih bertanggung jawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berubah

Taufan

Kembali