Idul Adha

Sore ini empat bokem sudah berada di masjid tempat di mana besok para kakak-kakak nya menjadi panitia. Sebenarnya gak semua bagian jagal hewan kurban, bentukan kayak Glacier, Ice dan Blaze itu bagian dokumentasi, iya, PDD. Nah, sisa nya apa nih? Sisa nya motong sapi sama kambing.

Solar menghampiri kambing, dia memberikan ranting pohon yang lumayan panjang ke kambing, ranting pohon itu dipenuhi oleh dedaunan yang lebat membuat si kambing memakan dengan lahap. Berbeda dengan Duri, dia lari menghindari amukan sapi yang mulai memberontak mengejar nya.

Untung saja Gentar menarik tangan Duri menyuruh cowok mata hijau gelap itu naik ke pohon, Duri menuruti perintah Gentar lalu duduk di sela-sela dahan pohon. "Si bego, kok bisa-bisa nya lu dikejar sapi?"

"Aku mana tau?! Dia tiba-tiba aja ngamuk!" Duri memeluk erat pohon, dia menatap sapi yang sudah kembali tenang bersama Sopan yang membagikan makanan. Kedua cowok itu saling tatap, mereka merasa heran dengan Solar dan Sopan, kok bisa menjinakkan hewan-hewan yang menyeruduk seperti sapi dan kambing?

"Lu berdua kapan mau turun? Gw sama Sopan mau ke dalam masjid nih." Solar menggelengkan kepala, dia menghela napas panjang lalu berjalan menuju ke dalam masjid bersama Sopan. Duri dan Gentar saling tatap, mereka saling mendorong untuk turun dari pohon.

"Turun duluan gih, gw takut disabet sama ekor sapi."

"Kamu aja, aku takut ditendang sapi dari belakang."

•❅──────✧❅𝑺 𝒖 𝑵❅✧──────❅•

Ice menguap lebar, dia yang sedang rebahan di kamar hanya terkekeh kecil melihat foto Idol k-pop nya di Instagram, mata nya tak lepas memandang foto bias nya. Helaan napas keluar dari mulut nya, dia membuka lemari dan melihat isi tabungan saat ini. Lumayan, mendekati puluhan juta, tapi tidak akan cukup jika dia memakai dalam seminggu di Korea Selatan.

"Nyari duit kemana lagi ya? Gw endap-endap kerja aja ketauan sama kak Upan, heran, kok bisa dia tau kerjaan gw yang tertutup ini?"

"Kurang lima juta lagi, begini amat mau ke Korea Selatan tapi belum ada stok duit. Ada gak sih kerjaan yang simpel tapi penghasilan banyak? Arghhh!!!" Ice mengacak-acak rambut nya, dia duduk di pinggir ranjang lalu menatap pintu kamar. Blaze masuk ke dalam lalu menatap Ice yang merengek sambil menggulingkan badan. Helaan napas keluar, dia menarik kerah baju kembaran nya lalu menatap netra biru laut itu.

"Mau ikut gak?"

"Gak mau! Lu kalau ngajakin pasti ke anak lu!" Blaze menggeleng pelan, dia mencolek pipi Ice membuat cowok mata biru laut itu merinding dengan kembaran nya. "Kagak ke anak gw, kita ke masjid."

"Hihh? Sehat?"

"Apa sih? Gw sehat, lu tuh yang gak sehat. Di kamar mulu." Ice berdecih, dia menendang kaki kembaran nya lalu berdiri mengambil jaket. Blaze yang meringis kesakitan hanya menatap Ice, dia merasa heran, mengapa cowok itu mengambil jaket? Masjid nya juga setengah jam dari rumah, gak jauh banget kok.

"Malam tuh pake jaket, gw alergi dingin." Blaze memutar mata nya, alergi dingin katanya, anak itu gak mau kena angin malam saja. Memang ribet, padahal nama nya Ice, harusnya kuat dengan suhu dingin. Terserah Iceu lah, yang penting anak itu ikut.

•❅──────✧❅𝑺 𝒖 𝑵❅✧──────❅•

Oke, Ice merasa menyesal ikut bersama Blaze, cowok mata merah menyala itu malah mengobrol bersama sapi sambil memberinya makanan. Cowok mata biru laut itu berjongkok, dia memundurkan langkah nya dari punggung Blaze lalu membuka HP nya.

Blaze menatap kembaran nya, dia mengelus kepala sapi sambil menunjuk ke arah Ice. "Moo dulu pi, kembaran gw mau ngobrol sama lu."

"Ngawur! Gw mau di sini aja." Ice memegang perut nya, dia merasa sesuatu ingin keluar dari pantat nya. Segera saja cowok mata biru laut itu menarik pelan kaos milik Blaze, si pemilik menoleh lalu mengerutkan kening melihat kembaran nya memegang perut seperti kebelet berak.

"Kenapa? Mules?" Tanya Blaze yang di angguk oleh Ice, cowok mata biru laut itu menatap kembaran nya seakan mengkode di mana toilet masjid. Blaze menghela napas panjang, dia menunjuk ke arah belakang masjid, pertanda toilet ada di sana.

"Yang bener? Gw takut nyasar."

"Ya allah, lu tinggal jalan lurus terus pas belakang itu ada tempat wudhu buat cowok. Nah, di sana ada toilet nya. Sana berak, keburu cepirit lu." Ice memukul lengan Blaze lalu berlari menuju toilet, sedangkan Blaze sendiri meringis menahan sakit. Dia kembali mengobrol bersama sapi, biarkan saja, yang penting Blaze bahagia.

Berpindah ke Ice, cowok mata biru laut itu termangu melihat toilet. Dia mengedipkan mata nya, merasa bingung sekaligus takut untuk membuang air besar. Tangan nya menggaruk tengkuk nya, semoga saja berak nya bisa keluar.

"Kagak ngapa duduk, kagak bikin sembelit." Segera saja cowok mata biru laut itu menutup pintu toilet lalu segera membuang air besar, ditunggu selama lima menit, merasa dia tidak keluar, tangan kanan nya memukul pelan perut supaya keluar. "Heh? Kok gak keluar?"

Ice terdiam sejenak, dia kembali memukul perut nya pelan namun dirasa isi dalam perut nya tidak mau keluar. Cowok mata biru laut itu mengacak-acak rambut nya, yang bener aja, masa gak bisa keluar?

"Anjir, perut mules tapi isi nya gak mau keluar tuh konsep nya gimana?!" Belum juga Ice menyelesaikan nongkrong nya, tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu toilet. Cowok mata biru laut itu terdiam, dia merasa ketakutan dan menunggu dari luar untuk bersuara.

"Oitt, ada orang kah di dalam?"

"BANG MOTOR!!! GW LAGI BERAK TAPI GAK BISA KELUAR!!!"

•❅──────✧❅𝑺 𝒖 𝑵❅✧──────❅•

Pagi hari ini semua terlihat sudah segar, Solar memakai baju koko nya lalu menatap Duri yang memakai sarung beserta gamis koko yang membuat diri nya merasa tertekan memiliki kembaran yang sinting. Dia menarik sarung milik Duri lalu menyuruh cowok mata hijau gelap itu memakai celana panjang, Duri yang awal nya ingin merengek kemudian terdiam melihat cowok mata silver itu menggulung sajadah.

"Iya iya, aku pake celana panjang nih!" Duri mendumel, dia masuk ke dalam kamar nya lalu menutup pintu nya. Solar menghela napas panjang, dia turun menuju ruang tengah, di sana ada Halilintar yang sedang bermain HP, Taufan dan Blaze yang tertidur dan Ice yang peluk kaki Halilintar seakan-akan kamu cowok itu adalah bantal.

"Lah? Kak Gempa mana?" Gempa mengangkat tangan nya, dia memakai peci lalu menatap saudara-saudara nya yang berada di ruang tengah. "Yaudah yuk, kita berangkat."

"Bentar, si bendul ijo belum muncul—." Ucapan Halilintar terpotong, dia melihat Duri yang seperti ustadz bersiap menuju masjid. Cowok mata hijau gelap itu menatap kelima kakak dan kembaran nya, dia terkekeh pelan lalu melempar sorban ke belakang seakan bersiap untuk perang.

"Yok jalan, takut jalanan tutup."

"ADEK SAPA LU?! SINI GW RUKIYAH DULU!"

•❅──────✧❅𝑺 𝒖 𝑵❅✧──────❅•

Gentar menguap menahan ngantuk, dia melihat Sopan yang bermain bersama kambing sambil memberikan makan. Cowok mata merah kecoklatan itu mengusap rambut nya, dia duduk di sebelah Supra yang tertidur sambil menunduk. Tebak saja, semalam siapa yang nekat ke masjid cuma liatin peralatan nya sudah lengkap atau belum? Supra.

Rajin betul anak nya.

"Sholat mulai jam berapa dah? Gw laper," mata Supra terbuka, dengan nyawa nya yang setengah sadar dia melihat jam di HP dan menggelengkan kepala nya pertanda tidak tau jam berapa sholat dimulai. Sori yang habis wudhu merasa bingung, kembaran nya kalau masih error tuh kadang bikin heran.

"Nanti mulai jam enam lebih, sabar ya, Angga." Gentar merengek, dia memeluk Sori membuat si empu merasa kebingungan. Tumben pula si Angga mau meluk? Biasanya juga dia ngeluarin jurus monyet dulu baru mau peluk orang, itupun kalau bukan Sopan ya terpaksa banget meluk nya.

"Gw ngantuk... Hhh..."

"Ntar tidur ealah, kan lu sama gerombolan lu kagak jadi panitia." Gentar hanya menghela napas panjang, dia menunjuk ke arah Sopan yang menahan nangis sambil berlari menuju mereka bertiga. Terlihat mata kalbu bocah itu memerah, dia duduk di sebelah Supra yang membuat cowok mata merah keemasan itu melek.

"Huh? Kenapa dek?"

"Huhuhu... Ini beneran sapi sama kambing dipotong? Jangan plis, jangan!!"

"Lu gak mau daging nya? Kan enak, dek?" Frostfire datang dari arah lain, dia duduk di sebelah Sori lalu menatap si bontot dengan tatapan bingung. Sopan hanya menahan nangis sambil memeluk erat tubuh Supra, wajah nya tertutup pundak Supra membuat si empu merasa kebingungan lalu melirik kakak pertama nya.

"Dah tau anak nya suka kambing, jangan bilang daging nya."

"Lah? Ngaruh kah?" Sopan yang bersiap melepas tangisannya langsung di bekap oleh sang kakak ke tiga, Supra mengusap air mata Sopan dengan kaos lengan koko milik nya. Dia mengelus rambut adek nya lalu menepuk pelan supaya tidak menangis. "Enggak enggak, nanti lu main deh."

Gentar bengong, dia menghela napas panjang lalu menyandarkan kepala nya di pundak Sori. "Gw mau sama lu aja, kak. Pilih kasih si Cahya sama si Riwanda."

"Yaelah, ntar gw gendong ala bayi dah." Frostfire terkekeh pelan, dia mengelus rambut Gentar dan Sori. Mereka berlima terdiam sampai akhirnya Sopan bersuara meskipun serak. "Bang Acil mana?"

Frostfire menepuk kepala nya, astaga... Dia melupakan si mahasiswa akhir itu!

•❅──────✧❅𝑺 𝒖 𝑵❅✧──────❅•

Setelah drama sholat dan khotbah antara Halilintar yang menahan rasa malu dan Duri yang menjadi khatib untuk hari raya Idul Adha ini, Solar bersama temperduo menuju kandang sapi. Cowok mata silver itu mengambil rumput, dia mengamati rumput yang dimakan oleh sapi. Entah kenapa dia ingin sekali meneliti beberapa bagian rumput meskipun sudah seringkali dia pelajari dalam konteks tumbuhan kembaran nya.

"Ini langsung dipotong kah?" Tanya Solar yang dibalas dengan anggukan oleh Ice. Cowok mata biru laut itu mengeluarkan kamera, memfoto beberapa sapi dan kambing, dia menepuk pelan baju koko nya lalu menatap Solar yang masih bermain bersama sapi.

"Dek, ganti baju dulu. Nanti kita main lagi."

"Oke!!" Solar dan Ice berjalan menuju toilet masjid, mereka berdua bergantian mengganti baju. Setelah berganti, kedua nya jalan menuju tempat awal mereka datang. Ice terdiam di tempat, dia menatap sengit Blaze dan Supra yang merekam kambing sambil bernyanyi, tiba-tiba saja kambing di sebelah Blaze menghadap wajah Blaze dan mencium pipi cowok mata merah menyala itu.

Reflek Blaze menjauh dari kambing tersebut, sedangkan Supra tertawa terbahak-bahak melihat Blaze dicium oleh kambing. Sayangnya Supra juga dicium oleh kambing di sebelah nya yang alhasil kedua cowok itu merasa jijik dan adek kakak Suwanda bontot tertawa melihat nya.

"MAMPUS KENA CIUM!"

"CEU? MANEH DENDAM APA SAMA AING? GANTENG BEGINI LOH?!" Ice melempar rumput ke wajah Blaze, dia menarik tangan Solar untuk menjauh dari Blaze yang mulai mengamuk. Sedangkan Supra menghela napas panjang, dia mengelap wajah nya dengan lengan kaos milik Blaze lalu ikutan menjauh sebelum cowok mata merah menyala itu mengamuk seperti Godzilla.

"TAIK SEMUA! AWAS AJA LU, PAS DOKUMENTASI, GW LEMPAR TAIK SAPI KE MUKA KALIAN!"

•❅──────✧❅𝑺 𝒖 𝑵❅✧──────❅•

Duri, Gentar dan Sori menarik tangan Sopan, mereka bertiga tidak kuat karena cowok mata kalbu itu menangis sambil memeluk kambing yang berada di sebelah nya.

"Gak mauu, jangan dipotong kambing nya. Jangannnnn!!!"

"Ajun, ini kan mau dikurbanin, nanti juga kita bikin sate bareng-bareng."

"Gak mauu!!! Gakk!!! Kambing gak salah apa-apa, kenapa harus dipotong?" Sori menghela napas panjang, dia menyenggol lengan Gentar yang membuat cowok mata merah kecoklatan itu menarik paksa tubuh Sopan membuat si empu memberontak dan melihat kambing yang dia temanin selama dua minggu itu terus memanggilnya membuat Sopan menangis histeris.

Duri menyumpal mulut Sopan dengan mochi, dia tersenyum manis lalu melambaikan tangan sambil menepuk-nepuk kepala kambing itu membuat Sopan merasa ketakutan dengan teman setan nya yang satu itu. "Dadah Arjuna, selamat tinggal kepada kambing kesayangan mu."

Duri tertawa terbahak-bahak lalu kabur menuju bagian sapi, terlihat Glacier dan Rimba yang sedang merekam beberapa sapi yang bersiap akan dipotong. Rimba menatap sengit Duri yang bersiap memegang ekor, segera saja tangan Duri di pukul oleh cowok rambut hijau neon tersebut.

"Gak ada, lu narik, kita kena kejar."

"Ih, kan cuma cek doang. Siapa tau mau berak di wajah dokter." Rimba tersenyum simpul, dia memukul punggung Duri lalu menarik cowok mata hijau gelap itu menjauh dari para sapi. Sayangnya Duri menarik salah satu ekor sapi, tepat juga sapi tersebut tidak terikat dengan tiang.

Rimba dan Duri terdiam, mereka melihat sapi yang berlari ke arah kedua nya. Segera saja kedua cowok itu lari menjauh dari sapi tersebut. Semua nya terlihat panik, apalagi Solar yang tidak sengaja habis tarik ekor kambing dan tepat kambing tersebut ikut mengejar sapi yang mengejar Duri dan Rimba.

"AAAAA TOLONG!!!"

"AAAA!!! JANGAN KEJAR AKU!!! KEJAR AJA DOKTER KLEPON!!!" Rimba melotot, dia memukul kepala Duri yang hanya dibalas dengan kekehan kecil. Mereka berdua menoleh ke arah belakang, sekarang bertambah lagi personil nya. Iya, sapi dari masjid lain mengejar mereka berdua, dua sapi dan satu kambing, sangat amat berkah untuk berlari menuju tempat luas.

Mereka berdua mencar, Duri ke arah jalan raya sedangkan Rimba ke gang. Cowok mata hijau gelap itu melompat ke arah tukang ojek, dia menepuk pundak kang ojek lalu menyuruh nya untuk cepat membawa satu sapi itu keliling jalanan. Awalnya si akang kebingungan, setelah melihat sapi yang berlari ke arah mereka, segera saja beliau memutar gas dengan cepat dan akhirnya motor itu membawa mereka berdua dengan kecepatan tinggi.

Di sisi lain, Rimba berlari menuju pohon. Dia memanjat pohon rambutan entah punya siapa, sapi dan kambing melewati pohon tersebut membuat cowok rambut hijau neon itu menghela napas lega. Segera saja dia turun dari pohon lalu kembali lagi menuju masjid. Mata nya mewaspadai jika sapi dan kambing itu kembali mengejarnya, tubuh nya kamu ketika ada yang memegang pundak nya, kepala nya menoleh kaku lalu menghela napas lega kembali dan menjitak kepala orang itu.

"Ngapain sih? Bikin panik aja."

"Aww! Dokter yang ngapain di sini? Habis maling rambutan ya?!" Rimba melotot, dia merangkul Duri lalu menjitak bocah itu sampai si empu menjerit kesakitan. Baru saja merasa lega tidak dikejar, tiba-tiba saja tiga hewan itu kembali mengejar mereka berdua. Lagi-lagi keduanya kembali berlari menuju masjid, tepat setelah sampai di masjid, Frostfire dan Halilintar menarik tali salah satu sapi yang mengejar Duri dan Rimba sedangkan bapak-bapak yang lain menangkap kambing dan sapi yang lain.

Duri dan Rimba menyenderkan tubuh di tiang masjid, mereka mengatur napas lalu menatap sapi yang sudah jatuh itu dipotong oleh Halilintar. Kedua nya menelan ludah sendiri melihat Halilintar yang begitu serius memotong leher hewan kurban itu, Duri memegang leher nya karena merasa takut, sedangkan Rimba memegang tangan nya karena tremor. 

Halilintar sendiri membiarkan kedua hijau itu menatap dirinya, setidaknya sapi yang dia kurban kan kali ini tidak kabur lagi. Asal mereka gak berulah lagi.

•❅──────✧❅𝑺 𝒖 𝑵❅✧──────❅•

Solar menatap takut kepala sapi yang berada di sebelah Taufan, sedangkan Taufan sendiri sedang memotong beberapa tulang dan daging. Cowok mata biru langit itu menatap heran Solar, dia menyuruh adek nya menjauh dari diri nya supaya tidak kena bau anyir.

"Jauh-jauh dari gw."

"Emangnya kenapa?" Taufan menunjuk ke arah darah, Solar yang melihat itu langsung mundur dan menghampiri Duri yang menatap jijik isian rumen sapi. Mereka hampir muntah jika Glacier tidak menggeret kedua nya menjauh dari sana.

"Udah tau jijik, malah dilihat!"

"Bang... Kok lu gak jijik sih? Kita udah mau muntah..." Glacier menghela napas panjang, dia menunjuk ke arah kamera milik kakak pertama nya lalu menunjuk ke arah kepala sapi dan kambing yang berjejer. "Gw lebih jijik sama mamas yang udah manyun-manyun ke bibir sapi daripada jijik liat begituan."

"Abang Frost... Normal kan?" Ketiga nya saling tatap, mereka menatap Frostfire yang sedang jongkok sambil memegang pisau dan mengobrol bersama salah satu kepala sapi. Glacier merinding ketakutan, dia merasa kemungkinan besar sang kakak sudah diambang kewarasan yang sudah tidak kuat. Sedangkan Solar dan Duri, mereka hanya terdiam, melihat Frostfire seperti itu jadi kepikiran, apakah Halilintar akan seperti itu juga kalau ngobrol sama hewan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berubah

Taufan

Kembali