Day 3
Hari ke tiga berwarna merah, bukan, bukan mengeluarkan darah atau barang-barang, melainkan bajunya yang berwarna merah. Jujur, sedari tadi si Solar tak berhenti berteriak jika mereka seperti bendera merah yang bersiap di seruduk oleh banteng. Gentar juga sama berteriak, membuat Duri dan Sopan menutup mulut mereka berdua.
"Berisik!/jangan teriak!" Ancaman dari keduanya membuat Solar dan Gentar terdiam, mereka berempat kembali fokus dengan acara sampai akhir. Mereka berempat juga mulai bosan di gedung pusat, Gentar menatap jam lalu tersenyum bahagia.
"Gimana kalo kita kabur ke kali sebelah kampus? Makan di sana."
"Hah? Ini baru jam empat sore? Kamu jangan aneh-aneh deh, Angga." Duri yang memperhatikan obrolan kedua bungsu Ngalengka itu tersenyum lebar, dia menepuk pelan pundak mereka berdua lalu berbisik supaya Solar tidak dengar.
"Kita nyari mangga, yuk? Lumayan, ngerujak di depan fakultas sambil nunggu abang-abang sekalian."
"Ngawur?"
"Gas!!" Ketiganya menoleh ke arah Solar, dia mengeluarkan pisau dan sambal rujak membuat Duri dan Sopan mengangang. Gentar? Jangan bertanya kepada anak itu, dia sudah bersiap memanjat pohon asal ada mangga.
➤; πΎππππππ ππ π π©ππππ.↶
Halilintar meregangkan badannya, dia berpamitan dengan beberapa anak HIMA dari fakultas Teknik. Kakinya melangkah ringan, dia bersenandung pelan menuju fakultas tersayangnya yakni FKIP. Cuaca sore menjelang malam begitu indah, mungkin suasana hati cowok itu sedang berbunga-bunga.
Baru saja dia menginjak depan fakultas, mata merah gelapnya menatap sengit keempat maba yang sedang memakan mangga di depan ruang sekretariat. Halilintar menghela napas dalam-dalam, dia menutup wajahnya lalu berjalan cepat menuju lembaga.
'Bukan adek gw, bukan adek gw.'
Komentar
Posting Komentar