Day 4
Hari ke empat, masuk di mana acara per masing-masing fakultas, dan beruntungnya The Angzt bisa mengawasi adek-adeknya kalau mereka bertingkah. Mengingat bertingkah, sebenarnya si Sopan sudah agak ramai dari pagi karena melihat tenda acara berwarna pink seperti kesukaannya. Beda halnya dengan Gentar, dia kabur terus menghindari warna yang akan menemaninya selama empat tahun nanti.
"BANG? PINK BANGET?"
"Ya gw kan bukan SC nya, request lah sama mereka nanti." Sori terkekeh pelan, dia melambaikan tangan meninggalkan Sopan dan Gentar di area parkir bawah. Sopan berjalan menuju kelompoknya, dia menatap teman-teman yang kurang familiar lalu menyapanya.
"Hallo... Ini kelompok empat, kan?"
"Oh iyaa, kamu Raden ya?" Sopan tersenyum kecil, dia menggelengkan kepalanya lalu menyuruh teman-teman nya memanggilnya dengan nama "Arjuna" daripada "Raden".
Gentar berjalan menuju barisan paling ujung kiri, beruntunglah masih pagi hari, dia tidak perlu terkena panas matahari yang menyilaukan. Cowok mata merah kecoklatan itu berhenti di depan orang-orang yang berbaris, dia melihat mentor dan co-mentor lalu tersenyum miring. " Heyyo wassap, kakak-kakak dan kawan-kawan sekalian."
Beralih ke Duo bungsu Suwanda, Solar berkeliling mencari kelompoknya sendiri. Jujur, meskipun sudah berjajar nomor kelompoknya, tapi dia masih tidak tau di mana kelompok satu. Kepalanya celingak-celinguk mencari teman yang menurutnya dikenali, beruntung, salah satu dari kelompoknya memegang tangan dia dan menyuruhnya masuk ke dalam barisan.
Duri yang sudah bergabung dengan kelompoknya juga menghela napas panjang, dia mengeluarkan HP nya lalu membuka aplikasi game roblox. Dia mencari map yang sekiranya bisa menghilangkan rasa jenuhnya, tapi siapa sangka jika teman satu kelompoknya mengajaknya main bersama di pemancingan.
"Ini ke tenda jam berapa, sih? Masih lama?"
"Ohh, katanya sih jam tujuh pagi. Tapi ini udah jam tujuh, kemungkinan agak telat ya..." Duri dan temannya menoleh ke arah atas bagian depan pintu masuk parkiran, alisnya mengerut, mata hijau gelapnya mengerjap beberapa kali untuk memastikan siapa saja yang memegang kertas karton bertuliskan kata-kata semangat untuk para maba.
"Eh? Apa itu?" Gentar dan Sopan menatap ke atas, mereka berdua hanya bisa menghela napas panjang setelah mendengar suara menggelegar milik Supra dan Beliung. Tulisan milik Supra yang seperti 'AAAA DEDEK SAYANG!!! JANGAN GUGUP MASUK FKIP YAAHHH!!!' dan kemungkinan yang merasa tertekan kalau bukan Halilintar pasti Taufan.
Sedangkan Solar menatap takut Gempa yang memegang kertas karton bertuliskan 'Datang bersama, maka pulanglah bersama. Jangan terdampar di tempat yang membuatmu kebingungan, semua akan ada usaha dan selamat datang untuk kalian semua.'
Duri menggelengkan kepalanya, dia menatap teman-teman gerombolannya yang beda kelompok sudah mendapatkan tatapan yang aneh dari para kakak-kakak, beda dengan Duri, cowok itu lanjut memainkan roblox dan memancing supaya mendapatkan ketenangan.
➤; πΎππππππ ππ π π©ππππ.↶
FGD pertama dimulai setelah materi pertama, semua kelompok berpencar termasuk keempat bokem itu. Kelompok satu yang dekat dengan panggung langsung membentuk lingkaran, mereka mulai berdiskusi mengenai materi yang dibawakan tadi, Solar dan Rin—salah satu temannya dari prodi Pendidikan Matematika—menjawab dan sering memberikan saran dan kritik mengenai kelembagaan dan fakultas.
Setelah mengobrol selama lima belas menit, Solar menatap ketiga kakaknya yang baru saja datang sambil menemani panitia bagian konsumsi membagikan snack dan permen. Solar melambaikan tangannya, Gempa dan Taufan ikut tersenyum lalu mengusap kepala Solar lalu pergi menuju lembaga. Mata silvernya melirik si merah tertua, yang ditatap hanya menghela napas lalu memberikan kue kesukaan si bendul kuning.
"Hah?"
"Ambil, gw mau ke lembaga. Habis sholat, langsung makan terus ikutin materi berikutnya." Solar ingin membuka mulutnya namun Halilintar pergi terlebih dahulu menuju lembaga, meninggalkan si bungsu yang kebingungan. Duri yang mengamati dari jauh juga tak kalah kaget, ternyata Halilintar se perhatian ini. Kesambet apa si sulung songong sok kul itu?
"WOI, KOPI GW, ANGGA!" Duri tersentak, dia menoleh ke arah ujung tenda paling belakang, terlihat Gentar yang berlarian keluar dari tenda menghindari Supra. Cowok mata hijau gelap itu menggelengkan kepalanya, mulutnya tersenyum manis lalu mengirim foto ke Solar sebagai tanda bahwa mereka berdua mendapat perhatian kecil dari si sulung judes itu.
Setidaknya mereka berdua aman, beda kayak keluarga sebelah yang malah dibeliin cilok sama es teh cekek buat makan siang.
➤; πΎππππππ ππ π π©ππππ.↶
Masuk jam dua siang, MC meminta semua kelompok memberikan yel-yel terbaik. Kelompok yang pertama maju yaitu kelompok Sopan, cowok mata kalbu itu syok. Dia mematung di tempat, tidak berani berdiri karena sudah takut ditatap oleh kedua kakak setannya itu.
Cowok itu berdiri perlahan, dia berjalan grogi bersama teman-temannya. Tangannya mengambil mic dari salah satu si MC, senyumannya terbit, tapi terkesan kaku. Menahan diri untuk tidak menjerit malu.
"Hallo semua... Aku Arjuna Sopan dari prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia... A-anu... Kita di sini mau tampil yel-yel, hehehe..."
Ketiga teman sesintingnya itu menatap horor Sopan, mereka berdo'a dalam hati berharap jika Sopan tidak melakukan hal yang memalukan. Sayangnya dari pembukaan tadi sudah menunjukkan jika anak itu menahan takut, Duri menutup wajahnya, tidak ingin melihat Sopan menangis tiba-tiba.
Sedangkan Gentar dan Solar memfoto kelompok Sopan—atau lebih tepat memfoto aib Sopan—lalu membuat stiker di grup.
Setelah memberikan yel-yel, kelompok Sopan kembali ke tempatnya. Mereka bergerombol untuk membahas yel-yel, Sopan meminta maaf kepada mereka karena gugup. Beruntung saja teman-temannya tidak marah atau kesal, Sopan beruntung dapat kelompok yang aman.
Kini kelompok Solar maju, cowok mata silver itu membenarkan kacamatanya, dia menarik napas lalu membuangnya perlahan. Senyum miring terlihat jelas, membuat Taufan yang sedang memfoto dokumentasi PKKMB di depan merasa ketakutan.
"Lar... Jangan—."
"HEYYO WASSAP!!! KELOMPOK SATU PUNYA YEL-YEL TERBAIK NIH!!!" Ah sudahlah, tahan malu di lembaga setahun.
➤; πΎππππππ ππ π π©ππππ.↶
Jam empat sore, masuk bagian perkenalan kelembagaan FKIP. Karena masih bagian HMPS dan LSO, setidaknya keempat bocah maba itu tidak menjulid kakak-kakak nya. Gentar dan Duri mulai memutuskan untuk masuk ke LSO kesenian, melihat bagian band cakep-cakep dan ada sesi latihan bernyanyi dan bermain alat musik.
Sedangkan Sopan, dia agak ragu untuk masuk. Bukan karena dia tidak percaya, tapi lebih ke bingung. HIMA PBSI atau LSO kesenian, sama-sama ada bagian teater, sama-sama ada puisi. Ah, kepalanya jadi pusing.
Solar? Sepertinya anak itu tidak udah ditanya, dia dengan senang hati masuk HIMA PK, karena itu prodinya yakni Pendidikan Kimia, untuk apa pusing? Yang penting bisa ledakin—maksudnya bisa bereksperimen.
"Karena perkenalan bagian BEM dan IKM secara langsung, kita perkenalkan bagian BEM FKIP!" Mereka berempat langsung lari ke bangku depan, ingin melihat kakak-kakak sintingnya menjabat apa saja.
Oh iya, kenapa mereka rebutan bangku depan, karena tenda kena bocor alias kehujanan. Makanya mengungsi ke auditorium fakultas. Meskipun harus desak-desakkan, asal bisa liat kakak-kakak cantik dan ganteng.
BEM mulai masuk, berurutan sesuai Departemen masing-masing. Semua bersorak saat nama Sori dan Vika, sedangkan Gentar memfoto kakak keempatnya itu. Sopan melihat jepretan Gentar, dia tersenyum meledek, entah apa ide jahil mereka berdua.
"Xavier Halilintar Suwanda, Sekretaris Departemen Organisasi."
"Lah, gw kira Kepala Departemen nya?!" Solar membuka HP nya lalu memfoto kedua kakaknya yang menjabat di BEM. Nama Gempa tersebut, ternyata cowok mata kecoklatan itu menjabat sebagai Sekretaris Departemen PenPel. Setelah perkenalan semua Departemen dan orasi dari Sori, kini perkenalan dari IKM.
Semuanya naik ke panggung setelah di panggil satu-persatu, Supra yang bersebelahan dengan Nana hanya tersenyum tipis lalu kembali memandang datar para maba. Bukan kedua adeknya yang julid, melainkan Solar yang menjulid ketika menatap Supra. Bukan sekali dua kali jika Supra memasang wajah seperti itu, tapi mereka semua tuh kenal Supra mode sinting. Kalau Supra seperti itu, rasanya ada yang aneh.
"Abang lu aneh." Ujar Solar yang di angguk oleh Gentar. Dia merasa seperti Solar, aneh melihat Supra datar. Yang namanya Saneira Supra Cahya Ngalengka itu bukan datar, tapi jamet. "Kesambet sok cool."
"Habis ini penampilan apa ya?" Sopan sudah menguap lebar setelah perkenalan IKM, dia menyandarkan kepalanya ke pundak Duri. Tangan Duri mengelus kepala Sopan, merasa gemes dengan pipi gembul Sopan yang menggembung. Gentar mengangkat pundaknya, dia juga tidak tau. Saat MC menyuruh para peserta berdiri dan merangkul, mereka berempat saling merangkul lalu bergabung dengan barisan para cowok.
Semua HMPS, LSO, BEM dan IKM naik ke atas panggung, mereka menyetel lagu buruh tani dan mars mahasiswa. Sori memberi kata-kata semangat untuk semuanya, tak lupa ikut merangkul teman-teman nya sambil bernyanyi. Solar dan Gentar paling semangat bernyanyi meskipun salah lirik, dua bocah itu maju meninggalkan Sopan dan Duri ditinggal.
"Ikuti saya ya teman-teman semua, jangan lupa tangan kiri dikepal lalu diangkat. Hidup mahasiswa! Hidup pendidikan Indonesia! Hidup perempuan yang melawan!"
"HIDUP MAHASISWA! HIDUP PENDIDIKAN INDONESIA! HIDUP PEREMPUAN YANG MELAWAN!" Supra yang memegang bendera tak bisa menahan tawa, suara Gentar dan Solar yang mendominan menggema di ruangan auditorium. Setelah berorasi dan menyetel lagu kewajiban para mahasiswa, Gempa lari ke belakang auditorium dan menyetel lagu tabola bole.
"WEII WEIII, ANGKAT GUB!!" Sori yang bersiap lari menjauh dari kerumunan langsung diangkat oleh Gentar dan teman-teman maba, cowok mata mint itu berteriak meminta tolong kepada teman-temannya tapi tidak ada yang menolongnya dan malah ikut nimbrung bersama para maba.
Sori menghela napas panjang, yasudahlah, asikin aja sama mereka.
Komentar
Posting Komentar