Postingan

selamat hari ayah (2)

Gentar menguap lebar, dia menatap jam dinding yang menunjukkan angka sepuluh. Memang sekarang sudah jam sepuluh dan langit sudah gelap pertanda larut akan tiba. Dia menghela napas kasar, tangannya menggaruk kepala, hari Rabu ini hari ayah? Dia baru lihat status milik kakak keempatnya, dan dia juga baru ingat jika memiliki ayah di rumah. Jadi bingung mau beliin apa, soalnya yang paling susah dekat itu Gentar dan Sopan. Maklum, dari bayi sudah ditinggal berdikari dan diurus sama si ayah kw alias Frostfire. Sopan menguap lebar sambil membuka pintu kamar Gentar, cowok mata kalbu itu mengucap matanya lalu menatap sang kembaran yang terdiam sambil membuka HP. "Kok belum tidur?" "Nanti, lu ngapain ke kamar gw?" "Kepikiran mau beliin kado ayah," Gentar menatap bingung Sopan, dia berpikir sejenak lalu menghela napas kembali. Kadang dia lupa, anak kembar itu selalu terhubung, entah secara sengaja ataupun tidak sengaja. Gentar mengayunkan tangannya, menyuruh Sopan un...

selamat hari ayah (1)

Taufan mengamati Halilintar yang sedang menonton YouTube sambil memakan mie goreng, cowok mata biru langit itu menggeleng pelan, dia keluar dari lembaga lalu berlari kecil menuju depan FKIP. Matanya menatap Gempa yang duduk di depan fakultas sambil menatap HP nya, segera saja Taufan menghampiri Gempa lalu menepuk pundak adeknya. "Gas gak?" Tanya Taufan yang di angguk oleh Gempa. Segera saja mereka berdua lari menuju parkiran, Taufan menyalakan motor miliknya, dia menyuruh Gempa yang naik di belakang. Cowok mata kecoklatan itu mengerutkan kening, dia naik di jok belakang lalu memegang erat kemeja milik Taufan.  "Jangan ngebut!" "Kagak elah, kek gak tau kembaran lu aja." "Ya makanya aku tau, kamu tuh—WINDARA TAUFAN SINTING!" ╞═════π– π‘Ίπ’–π’˜π’‚π’π’…π’‚π– ═════╡ Ice menatap Blaze, dia mengerutkan kening ketika melihat editan milik si merah menyala itu. Mulutnya terus beristighfar sedangkan Blaze tersenyum bahagia sambil memberikan kata-kata penyemangat un...

Day 5

Gentar mematikkan HP nya, dia menatap horor teman-temannya. Seriusan mau bolos hari terakhir?  "Kita udah setengah perjalanan di tenda, loh?" Sopan yang memberi usulan untuk bolos langsung mengangguk, daripada mereka berempat ngantuk terus gak dengerin apa kata pemateri, mending kabur. "Kalo kamu gak mau, yaudah. Aku aja sama yang lain ke Blok M." Gentar menggelengkan kepalanya, mana bisa dia tinggalin si bocil kalbu itu. Cowok mata merah kecoklatan itu menghela napas panjang, setidaknya bolos sekali meskipun nanti kena tempeleng Sori. ➤; π‘Ύπ’†π’π’„π’π’Žπ’† 𝒕𝒐 πŸ’ π‘©π’π’Œπ’†π’Ž.↶ Setelah melewati diskusi panjang dan kabur membawa motor—btw motornya punya Gempa dan Sori—kini mereka berempat sudah menjauh dari kampus dan sudah setengah jalan melewati Pondok Indah. Solar dan Sopan sudah berisik di depan Gentar dan Duri, mereka berdua memikirkan makan apa di daerah Blok M. Sedangkan duo sulung itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, tak ingin bersuara supaya fokus membawa mot...

Day 4

Hari ke empat, masuk di mana acara per masing-masing fakultas, dan beruntungnya The Angzt bisa mengawasi adek-adeknya kalau mereka bertingkah. Mengingat bertingkah, sebenarnya si Sopan sudah agak ramai dari pagi karena melihat tenda acara berwarna pink seperti kesukaannya. Beda halnya dengan Gentar, dia kabur terus menghindari warna yang akan menemaninya selama empat tahun nanti. "BANG? PINK BANGET?" "Ya gw kan bukan SC nya, request lah sama mereka nanti." Sori terkekeh pelan, dia melambaikan tangan meninggalkan Sopan dan Gentar di area parkir bawah. Sopan berjalan menuju kelompoknya, dia menatap teman-teman yang kurang familiar lalu menyapanya. "Hallo... Ini kelompok empat, kan?" "Oh iyaa, kamu Raden ya?" Sopan tersenyum kecil, dia menggelengkan kepalanya lalu menyuruh teman-teman nya memanggilnya dengan nama "Arjuna" daripada "Raden". Gentar berjalan menuju barisan paling ujung kiri, beruntunglah masih pagi hari, dia tidak p...

Day 3

Hari ke tiga berwarna merah, bukan, bukan mengeluarkan darah atau barang-barang, melainkan bajunya yang berwarna merah. Jujur, sedari tadi si Solar tak berhenti berteriak jika mereka seperti bendera merah yang bersiap di seruduk oleh banteng. Gentar juga sama berteriak, membuat Duri dan Sopan menutup mulut mereka berdua. "Berisik!/jangan teriak!" Ancaman dari keduanya membuat Solar dan Gentar terdiam, mereka berempat kembali fokus dengan acara sampai akhir. Mereka berempat juga mulai bosan di gedung pusat, Gentar menatap jam lalu tersenyum bahagia. "Gimana kalo kita kabur ke kali sebelah kampus? Makan di sana." "Hah? Ini baru jam empat sore? Kamu jangan aneh-aneh deh, Angga." Duri yang memperhatikan obrolan kedua bungsu Ngalengka itu tersenyum lebar, dia menepuk pelan pundak mereka berdua lalu berbisik supaya Solar tidak dengar. "Kita nyari mangga, yuk? Lumayan, ngerujak di depan fakultas sambil nunggu abang-abang sekalian." "Ngawur?" ...

Day 2

Hari Selasa pertanda hari kedua PKKMB universitas, Duri bersenandung ria dengan setelan baju yang menurutnya sangat menggambarkan dirinya sekali. Kaos hijau dengan celana cream dan topi rimba hitam serta sneakers hitam seakan bersiap menjelajahi hutan pelosok. Berbeda dengan Duri, Solar sudah menekuk wajahnya, dia menatap outfit  hari kedua lalu uring-uringan tidak ingin mengenakan pakaian tersebut. "AAAAAA, MALES BANGET!!!" "Eh eh, gak boleh ngeluh. Masih bersyukur kita gak bakalan panas-panasan loh~." Solar menatap sinis Duri, dia mengangkat tangannya ingin memukul kepala kembarannya namun tak jadi karena ditatap tajam oleh Ice. Entah sejak kapan si biru kedua itu sudah muncul dengan pakaian serba hitam ala panitia PKKMB, eh iya, kan emang Iceu panitia. "Yahhh jadi pohon, awokawokawok." Solar melempar sneakers miliknya ke arah Blaze, beruntung cowok mata merah menyala itu menghindar lalu kabur menuju sebelah auditorium. Ice menatap jam tangannya, sebenta...

Day 1

Solar melempar HP nya, dia berlari menuju kamar Ice. Cowok mata silver itu menendang pintu kamar kakak kelimanya, dia menyengir lebar ketika ditatap sinis oleh si pemilik kamar. "JANGAN NENDANG!" "Telat lu, paus. Btw, pinjem baju lamaran kerja dong." Ice terdiam sejenak, dia mencerna ucapan Solar lalu menghela napas panjang. Tangan kirinya menunjuk ke arah lemari, menyuruh Solar mengambil sendiri.  "Ambil sendiri, dasi ada, celana bahan hitam ada, kemeja putih ada. Yang gak ada cuma id card, lu pastinya udah punya karena gw anterin kemarin ke kampus." Segera saja Solar mengambil satu set pakaian milik Ice, dia keluar dari kamar Ice tanpa menutup pintu lemari dan pintu kamar. Cowok mata biru laut itu menghela napas panjang, tangan kanannya memijat keningnya merasa lelah dengan tingkah aneh kedua adeknya.  "Untung lu adek gw, kalo bukan, udah gw buang ke laut Antartika." ➤; π‘Ύπ’†π’π’„π’π’Žπ’† 𝒕𝒐 πŸ’ π‘©π’π’Œπ’†π’Ž.↶ Pagi hari kedua bungsu Ngalengka sudah ...