Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2025

surat

Cahaya duduk di ujung sofa, dia memainkan ujung baju sambil memerhatikan para kakak-kakaknya yang sedang bermaaf-maafan. Helaan napas keluar dari dirinya, mengingat dia sendiri belum meminta maaf ke Daun. Apakah Daun akan memaafkan nya setelah berkunjung nanti? "Dek, lu ngapain bengong? Gak berburu THR?" Cowok itu mengangkat tinju nya, dia menatap sengit kakak ke empatnya, sedangkan Api hanya tersenyum lebar sambil menyemil opor ayam. Mereka berenam mulai membereskan meja-meja dan membuka pintu untuk para tamu, banyak yang datang dan banyak pula yang menagih THR. Sebisa mungkin Cahaya tidak menjulid, mengingat Solar selalu jadi korban julid nya, bisa tahan banting juga anak itu. "Wih, sudah dewasa semua, sudah siap ya meminang wanita." Petir, Angin dan Athar hanya bisa tersenyum tipis dan mereka bertiga menanggapi jawaban dari salah satu ibu-ibu tadi, sedangkan kembar tengah R.E.M kabur dari rumah supaya tidak mendapatkan pertanyaan aneh-aneh. Hanya Cahaya yang mene...

butuh rak sepatu?

Fang menyusun beberapa sepatu dan sendal di teras lembaga, dia menatap sengit para HMPS, LSO, BEM dan IKM untuk tidak mengacak-acak susunannya. Jujur saja, dia agak ragu untuk membiarkan sepatu dan sendal yang sudah dia rapihin. Takutnya... Takutnya berantakan lagi... "Loh tum, ngapain di luar?" Fang menatap Halilintar yang baru saja datang, cowok rambut ungu itu menunjuk ke arah sendal dan sepatu yang sudah dia rapihkan. Halilintar ber-oh ria lalu ikut menyusun sepatunya di sebelah sendal milik Supra. Halilintar masuk ke dalam lembaga, meninggalkan Fang sendirian di luar. BoboiBoy yang baru saja datang langsung terdiam melihat temannya duduk di teras sambil memainkan game di hp, cowok itu menaikkan alis nya merasa bingung dengan sikap temannya si landak ungu ini. "Ngapain di luar?" "Noh, takut sepatu berantakan." Cowok itu hanya ber-oh ria, dia menganggukkan kepalanya lalu mengajak Fang untuk masuk ke dalam lembaga. Mengingat yang mengajaknya ke lembaga k...

adek atau kakak?

Halilintar memukul mainan yang ada di depan nya, dia menatap skors nya yang masih kurang. Dia berdecak sebel, mengingat ke-dua kembarannya itu malah mendapatkan skor tertinggi sedangkan dia hanya di bawah nya. Tidak adil, cowok mata merah gelap itu akan mencobanya lagi. Gempa tersenyum miring, dia memegang ujung pukulan lalu menepuk-nepuk kepala Halilintar, menyemangati sang kakak. "Jangan lesu gitu, cuma beda berapa doang skors nya." "Diam, gw pastiin skors gw lebih tinggi dari kalian berdua." Halilintar memposisikan diri di dekat besi lalu kembali memukul besi tersebut dan melihat skors nya. Taufan dan Gempa tertawa terbahak-bahak melihat skors milik Halilintar, menetap dan tidak berubah. Sedangkan Halilintar mencak-mencak karena skors harapan nya malah tidak mencapai, namun stuck di situ-situ saja. "AHAHAHAHHAHAHAHA, MAKANYA JANGAN DURHAKA SAMA BAPAK LU!" "MAMPUS! AHAHAHAHAHA." Tawa keduanya begitu menggelegar, mereka meminta maaf kepada para ...

Cahya normal?!

Ketiga bungsu Ngalengka itu mengekori sang ayah, antara gak percaya sama kelakuan Supra yang alim nya gak ketulungan atau setan yang sudah lepas dari borgol langsung merasuki tubuh Supra. Oke, menurut Gentar dan Sori, mereka percaya yang kedua karena setelah puasa selama sebulan tandanya setan udah lepas semua. "Ini kenapa kalian di belakang ayah, le?" Sori, Gentar dan Sopan menggelengkan kepala nya, mereka menunjuk ke arah Supra yang lagi jalan bersama kedua kakak mereka. "Ayah, Cahya gak gila kan?" "Hush, siapa yang ajarin kamu ngomong begitu, Wicak? Kembaran mu gak gila." "Gak gila gimana, yah?! Si motor disuruh khotbah aja udah gak wajar bagi kita, apalagi nanti?!" Tuan Ngalengka menggelengkan kepala nya, merasa bingung dengan kelakuan anak-anak bungsu nya. Beliau menepuk kepala Gentar lalu menyuruh cowok mata merah kecoklatan itu berdiri didepan dan disusul Sopan lalu Sori. "Kalian bertiga jangan dibelakang ayah, nanti ketauan sama San,...

bersama Krystal

Malam sudah larut, kini kost hanya diisi oleh Rimba dan Krystal. Sedangkan kelima teman-temannya sudah kembali ke rumah untuk merayakan lebaran, agak heran buat Voltra dan Gamma tapi yasudahlah. Cowok rambut hijau neon itu mondar-mandir mengambil cemilan dari rak dapur, sedangkan Krystal hanya duduk manis di ruang tengah sambil meminum es teh buatan Rimba. Cukup lucu keduanya, terlebih yang memiliki warna rambut yang sama, hanya saja Krystal lebih ke hijau tua. Setelah mengambil cemilan, Rimba kembali ke ruang tengah dan memberikan 5 cemilan ke Krystal sedangkan dia memegang satu. Mereka berdua duduk sebelahan sambil memakan cemilan, hanya butuh waktu 10 menit, percakapan kembali terbuka. "Kak... Masih rindu mereka?" Rimba mengangguk, dia meminum es teh nya lalu menatap tv di depan. "Kalau kangen sih... Mungkin iya, tapi gw gak tau mau sampai kapan mereka menghilang tanpa gw." "Aku tau kok, mungkin mereka datang disaat kakak sudah lulus." Rimba terkekeh ke...

melayat

Jujur saja, Rimba yang biasanya seperti anak sinting dan gila menghadap makam sang kakak tersayang nya, Daun. Sifatnya akan berubah drastis jika didepan Daun, baik dalam kelakuan, maupun pengucapan yang selalu ditegur oleh cowok itu. Helaan napas keluar dari Rimba, dia menaruh buket bunga aster kuning di makam Daun sambil tersenyum manis. "Hallo bang... Maaf baru bisa datang," tangannya mengusap papan nama milik Daun, matanya menatap rumput-rumput yang mulai menghalangi pemandangan. Segera saja dia cabut dan membersihkan makam milik kakaknya itu. Hanya butuh waktu 5 menit, setelah beberes, dia menaburkan kembang dan terkekeh kecil melihat gundukan tanah itu yang cantik. "Bang, gw tau, lu pasti liat gw udah pindah dari IGD ke puskesmas bakalan ngikutin jejaknya Solar dan Cahaya. Apalagi sampai kolaborasi sama Duri si Bendul ijo itu, sayang banget lu cuma liat dari atas..." "Bang... Gw kangen, katanya janji bakal ngajakin gw main piano lagi... Tapi kapan? Si Rade...

setidaknya

Kelima remaja itu berdiri di dekat pinggir jembatan, ya tebak siapa yang mengajak teman-teman nya ke pinggir jembatan. BoboiBoy dan yang lainnya menatap matahari terbenam sambil memakan kue nastar milik BoboiBoy. Ingin bilang kurang modal, tapi mereka anak-anak berduit :). "Cakep amat langitnya." Ujar Ying sambil memfoto beberapa pemandangan di jembatan, sedangkan Yaya mengangguk sambil tersenyum manis menatap langit sore yang indah. Kedua cewek itu mengobrol tentang langit yang bagus, berbeda dengan ketiga cowok itu. Fang dan Gopal melempar kartu Uno ke wajah BoboiBoy, mereka berdua tertawa melihat wajah datar si cowok baju oranye itu. Tiba girilan BoboiBoy, dia melempar satu kartu ke wajah Fang lalu tertawa terbahak-bahak membuat Gopal ikut tertawa dan Fang menghela napas panjang. "Udah ketawa nya?" "Belum, hahahahaha.... Jelek amat muka lu, landak." "Anak syaiton..." Fang mengacak-acak rambutnya, dia menatap jalanan yang mulai ramai lalu menep...

lebaran tanpanya?

BoboiBoy berlarian menuju rumah, dia melihat para bocil berlarian di halaman rumah. Banyak warga yang bersalaman dengan Atok nya, siapa lagi kalau bukan Tok Aba. Cowok itu menghampiri sang Atok lalu membantunya menyusun kue-kue di ruang tamu, matanya terus menatap ke arah luar rumah, ramai dengan anak kecil. "Aihh BoboiBoy, kau tak istirahat?" Cowok itu menggelengkan kepalanya, mana ada dia istirahat? Dia ingin membantu Atok nya yang kesusahan mengurus anak-anak kecil. Helaan napas keluar dari BoboiBoy, dia menatap para bocah yang asyik main sarung-sarungan sambil tertawa terbahak-bahak. Apalagi ada bapak-bapak dan ibu-ibu di depan rumahnya, teringat seseorang... " Dia pulang?" Pria paruh baya itu menghela napas panjang, kepalanya menggeleng tanda tidak tau. Beliau begitu mengerti perasaan cucu nya, sudah lama tidak bertemu dengan keluarganya yang dia idam-idamkan. Mungkin beliau sering mendengar cerita dari cucu nya tentang beberapa temannya yang yatim-piatu, ataup...