Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2025

hari sial

Sori menguap lebar, dia membawa kresek berisi makanan dari bawah. Cowok mata mint itu masuk ke dalam kamar, terlihat seisi kamar masih tertidur lelap. Padahal materi di hari kedua ini mulai di jam sembilan, dasar nya aja mereka yang remaja jompo baru tidur lagi habis subuh. "Woi bangun, udah jam delapan lebih." Supra menggaruk pantat nya, dia memutarkan badan nya ke arah kanan lalu memeluk erat tubuh mungil Gempa. Sori menghela napas panjang, dia menepuk-nepuk kembali pundak Supra dan Beliung, sayangnya kedua cowok itu sangat susah dibangunin. "Bangun! Lu berdua mau makan kagak?" "Hhh... Ntar aja... Gw masih ngedit..." "Ngedit apaan lu, angin gede? Ngedit mimpi?" Sori mengambil botol minum nya lalu menyipratkan air ke wajah Supra dan Beliung, mereka berdua terbangun lalu duduk di karpet. Mereka terdiam sejenak mengumpulkan nyawa, Supra memeluk erat tubuh mungil Gempa yang dia jadikan guling. Untung saja bocah itu tidak bangun, kalau bangun pasti ...

propaganda atau manipulasi?

Sori menahan emosi untuk tidak memukul Gempa, untung saja mereka bertiga kembali ke aula, jadi aman banget nenangin si mini penyuka durian itu. Beliung bagian ketawa kencang, sedangkan Supra bagian rekam video bagian Sori mengamuk. Lumayan dapat aib dari kembaran sendiri, emang kurang ajar bentukan kek Supra. "Hayy gengss, balik lagi sama Saneira ganteng menawan ini, liat si tuyul pecinta duren deh, dia ngamuk-ngamuk gak jelas gegara sekbid nya nyari perkara mulu." "Awas bae lu, bocah, gw buang lu ke selokan, terus gw cincang lu, terus gw kasih daging lu ke buaya. AWAS AJA!!!" "Marah nya serem amat... Lu susah dapat cewek nanti, Cak." Sori melirik tajam ke arah Supra, dia menendang bangku Supra membuat si pemilik mata merah keemasan itu hampir kejengkang. Beliung ketawa lebih kencang, dia memukul meja. Untung saja aula sangat ramai, mengingat barisan cowok tuh rese nya bagaimana. You know... Bener-bener bikin puyeng. "Kakak-kakak, permisi, ini pemater...

petak umpet

Duri menatap ketiga kakak nya, mereka sudah bersiap-siap untuk LKTF besok. Agak membingungkan untuk misi penyelundupan ini, jujur saja... Duri saja bingung mau cerita bagaimana ke orang-orang nantinya, masa harus bohong kalau mereka bertiga jadi kecil karena di kutuk sama Solar? Ngawur. "Apah ajah becok?" Halilintar membuka HP nya, dia melihat pakaian peserta lalu memberikan ke Taufan. "Emeja na ebas, dua hali, teyus telakhil pake atik." "Emang kemeja kalian ada? Bukan nya cuma kaos ya?" Halilintar, Taufan, dan Gempa menunjukkan kemeja kecil berukuran pas di tubuh ketiga nya saat ini. Duri melongo lalu menggelengkan kepala nya, tangan kanan nya memijat kening, helaan napas keluar lalu menatap temperduo yang teriak karena almamater Univ menjadi kebesaran di tubuh mungil mereka berlima. "EDE!!! INIHH GIMANA?!" "YA TAHMU PAKE LAH?! YIBET AMATT!" "EDE?!" "Ehh, udah udah, jangan ribut. Kalian kalau ribut, nanti gak jadi ikut L...

belajar mobil

Supra sudah menahan tangisan nya saat ini, dia memegang stir mobil lalu memutar nya perlahan. Lagi-lagi Frostfire hanya berdeham lalu menyuruh Supra untuk berhenti. Cowok mata merah keemasan itu menurut, dia memberhentikan motor nya lalu menatap kakak pertama nya sambil tersenyum kikuk. "Lu muter tuh jangan kagok, terus juga, liatin spion nya! Itu spion juga udah pas kan keliatan sama lu?! Kenapa tadi hampir nabrak kembaran lu sendiri?!" Supra menghela napas panjang, dia keluar dari mobil lalu duduk di pinggir parkiran mobil. Sopan dan Sori menatap prihatin Supra, mereka berdua jadi takut untuk belajar mobil. Mamas se-galak itu? "Wicak, jadi gak?" Sori menatap Supra yang termenung, tatapan cowok mata merah keemasan itu kosong, benar-benar tidak ada semangat hidup seperti biasanya. "Cahya, jangan muram dong..." "Huh? Ohh iya, sana belajar dulu." Sopan yang menatap kedua kakak nya yang begitu dramatis segera memukul kepala mereka berdua, cowok mata...

rahasia mendalam

Solar membuka mata nya, dia memegang kepala nya lalu menoleh ke kanan-kiri, masih berada di kamar. Tapi kenapa bau kamar nya seperti terbakar? "Kak? Kakak dimana?" Solar berdiri lalu berjalan keluar kamar menuju ruang tengah, tubuh nya terhenti sejenak, mata nya menatap dua orang yang sedang bertengkar. Familiar, bukankah itu bunda dan ayah? "Berapa kali kamu selingkuh?! Dan aku yang dituduh?!" "Kamu pikir aku gak tau? Kamu jalan sama teman kantor mu itu, terus siapa lagi kalau bukan selingkuhan mu?!" "Bun, ayah kerja untuk keluarga kita. Mana mungkin ayah selingkuh?!" Bunda menampar ayah, dia menunjuk ke wajah suami nya lalu berteriak histeris. "SELALU SAJA AKU YANG DITUDUH, PADAHAL KAMU SENDIRI SELINGKUH DARI AKU!" "Gak, bukan begitu—." Bunda pergi menuju kamar, pintu kamar dibanting keras membuat pria itu menghela napas panjang. Solar yang mendengar pertengkaran itu hanya bisa terdiam, mata silver nya melirik ke arah kamar ...

izin

Pagi yang indah untuk menikmati hawa sejuk dari udara, namun tidak untuk kediaman Ngalengka. Supra yang baru bangun lagi di jam tujuh, bersiap untuk membereskan rumah. Jatah beberes hari ini Supra dan Gentar, sudah dipastikan pagi hari ini menjadi mimpi buruk bagi Gempa si bokem anak Suwanda. "MORNING DUNIA!!! SAATNYA BEBERES RUMAH YANG KOTOR KEK DITINGGAL NIKAH!!!" Supra membuka pintu kamar nya dengan kencang, dia keluar dari kamar dan berlari menuju kamar si jamet ke dua. Setelah menendang pintu kamar Gentar, tangan nya dengan cekatan menarik selimut dan mendorong cowok mata merah kecoklatan itu dari ranjang. "BUANGSAT! BISA BANGUNIN ITU SANTE?!" "Gak bisa, lu janji sama gw mau nyetel lagu biduan kan?" Gentar terdiam sejenak, dia duduk di lantai lalu meminum air putih di botol minum nya. Cowok mata merah kecoklatan itu mencerna kata-kata kakak nya lalu berdiri, dia mengambil speaker milik nya dan menyalakan nya tepat di kamar. "Lagu apa yang kita se...

bandel

Halilintar berjalan menuju dapur, dia menatap ketiga bocah yang sedang berdiskusi di dapur. Iya tau, diskusi bocah somplak kek mereka tuh meragukan, antara mau masak atau mau ledakin kompor. Oke, ambil yang ke dua, ledakin kompor. "Athu apall..." Blaze menaruh kepala nya di meja, tubuh kecil nya berguling-guling di sekitar meja lalu ditahan oleh Gempa. Bocah mata kecoklatan itu menghela napas panjang, dia menatap laci yang ada di sebelah kompor. Segera saja dia turun dari kursi lalu membuka laci tersebut, ada mie goreng, Gempa benar-benar menemukan makanan yang dia butuhkan. "Mam emih yuk!" Taufan menekuk alis nya, dia merasa takut jika Gempa memasak. "Ntal ena omey yuyi?" "Omey yuyi? Athu than adaa," kedua bocah itu memutar mata nya, kalau Gempa mulai sombong, rasa nya pengen di sleding. Bocah mata kecoklatan itu mulai memasak air dan mie, hanya menunggu beberapa menit dan mie milik Gempa sudah jadi. Segera saja dia memakan mie nya, mata nya men...

5 toodler dan 2 papi

Solar berjalan keluar dari kamar nya, dia berjalan endap-endap menuju kamar kembaran nya. Dia membuka pintu kamar Duri perlahan, tangan nya mengambil kunci lab nya di laci, mata nya terus mengawasi bagian dalam dan luar kamar Duri. Setelah mendapatkan kunci lab nya, segera saja Solar tutup kembali laci milik Duri dan menutup pintu kamar Duri. Tak lupa kabur supaya tidak diketahui oleh orang rumah.  "Akhirnya... Saatnya kita eksperimen ke lab~." Segera saja Solar ke laboratorium kesayangan nya, dia membuka pintu lab dan masuk ke dalam. Kedua tangan nya menggunakan sarung tangan lab, memakai jas putih dan tak lupa mensterilkan semua nya. Cowok mata silver itu mengusap kedua tangan nya, dia tersenyum lebar lalu membuat ramuan yang entah ini dampak nya sangat aman atau tidak. ╞═════π– π‘Ίπ’–π’˜π’‚π’π’…π’‚π– ═════╡ Duri melangkahkan kaki nya lemas, dia membuka pintu rumah dan terdiam sejenak ketika berdiri di ambang pintu. Kenapa sepi sekali? Kemana curut berwana kuning itu? "Lar... ...

tumbang

Duri dan Gentar duduk bersebelahan di depan ruangan, mereka melamun sejenak, memikirkan nasib yang akan mereka hadapi. Entah kenapa firasat Gentar merasa tak enak, sepertinya soal UTBK nanti lebih rumit daripada yang mereka pelajari. Astaghfirullah... Jangan nethink dulu, gens... "Ya Allah... Semoga gak bikin bodrek." "Kalau bodrek, kita kentut di dalam." Cowok mata merah kecoklatan itu melotot ke arah teman nya, dia merasa ucapan Duri seperti mengancam. Duri hanya nyengir lalu mereka berdua berdiri bersama beberapa peserta lain untuk masuk ke dalam ruangan. Ke-dua nya terdiam dan menaruh tas di depan ruangan, mereka mencari tempat duduk dan akhirnya menemukan nomor urut tempat duduk nya. Ke-dua nya saling tatap, mereka menghela napas panjang lalu Duri duduk di depan sedangkan Gentar di belakang. Mereka semua terdiam mendengarkan peraturan yang dibacakan oleh pengawas, sesi ujian dimulai. Selama satu menit, Gentar benar-benar tidak fokus dan terus merasa mual. Matan...