Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2025

skripsi syalan

Glacier mengacak-acak rambutnya, dia benar-benar sudah diambang kewarasan. Bisa-bisanya dia memikirkan bagaimana caranya agar bab 2 terisi meskipun hanya kerangka saja. Masalahnya dospem nya mulai kabur-kaburan, dan dia butuh sekali revisi dari sang dospem yang menghilang ditelan bumi. Ini baru bab 2, belum beberapa bab lagi, dan juga ketemuan sama dospem... Alamak tepar beberapa kali pasti. "Woi... Jangan bangong." Glacier tersentak, dia melihat sang kakak yang menaruh cookies dan susu coklat hangat di meja ruang tamu. Cowok mata biru merah itu mengusap rambutnya, dia melirik sang adek yang bengong menatap laptop. Stress nih orang... "Mas... Gw udah gak sanggup..." Frostfire menghela napas panjang, dia menatap Glacier yang menatap horor laptop. Oke, skripsi memang menakutkan bagi yang baru mengerjakan, seharusnya tidak masalah jika Glacier bilang seperti itu. Tapi... Yang Frostfire takut itu, adek pertamanya nangkring di roof top sambil joget-joget. Sebentar... Seh...

poster

Taufan, Frostfire, dan Glacier duduk sejenak di ruang makan. Mereka bertiga kelelahan setelah membuat keempat jenis kue yang akan di jual, meskipun bikin 4 jenis kue, banyak yang dicomot berakhir ketiganya bikin ulang sampai benar-benar cukup untuk di jual. Jangan tanyakan siapa yang mencomot kue-kue itu, Ice dan Supra pelakunya. Mereka berdua mengambil beberapa kue untuk buka puasa nanti, kalau kata Ice sih 'ntar kita buka puasa pake apa? Masa cuma minum es teh?' , terserah fanboy KIOF ini lah. "Habis ini kita masukin ke toples, terus simpen beberapa di rumah lu, Fan." "Besok baru di jual sama bocah-bocah?" Frostfire mengangguk, dia meregangkan pinggangnya. Helaan napas keluar dari Glacier, cowok mata biru kecoklatan itu merasa aneh dengan rumahnya. Sejenak dia berpikir positif, kemungkinan adek-adek nya sedang pergi. Tapi dia ingat sesuatu, dimana Supra dan Ice? "Fan... Iceu sama San kemana?" Taufan yang tadinya ingin memejamkan matanya langsung ...

selamat ulang tahun

Supra menguap lebar, dia menimbang beberapa tepung lalu memasukkan semua bahan ke dalam satu wadah dan mengaduknya hingga menjadi adonan. Cowok mata merah keemasan itu menatap Frostfire, dia memberikan adonannya ke sang kakak yang dibalas dengan senyuman manis dari si sulung Ngalengka. "Ngapain bikinin buat mereka sih? Kan harusnya biar mereka aja yang beli." "Gw tau lu masih gengsi mau minta maaf sama Halilintar, kan? Sekalian juga gw mau minta maaf ke mereka, gak enak juga asal jotos muka nya waktu itu." Supra menghela napas berat, dia benar-benar kesel sama kakaknya. Ya dia tau, dia juga mau minta maaf ke Halilintar, tapi mana mau ketemuan sama anaknya. Wajah galak, sok judes, nyebelin, rese—bentar? Yang rese perasaan Supra deh? "Kalau lu gak mau bantuin gw sama yang lain, coba sana jalan-jalan. Siapa tau pikiran lu tenang." Ucap Frostfire yang fokus dengan kue yang sudah dimasukkan ke dalam loyang, Supra menghela napas panjang lalu mengangguk. Sepertin...

kalian rumah ku

Halilintar dan Gempa berlari cepat menuju IGD, mereka berdua berhenti di depan pintu dan melihat keempat bungsu Suwanda sedang duduk dengan gelisah. Segera saja Halilintar menghampiri Blaze namun Duri memukul wajah Halilintar membuat suasana mulai ricuh. "GARA-GARA LU BERDUA, KAKAK GW MASUK RUMAH SAKIT! GARA-GARA LU BERDUA, KAKAK GW KECELAKAAN, BANGSAT!!" "DURI?! NGAPAIN NYALAHIN KAK HALI, HAH?! KITA JUGA BARU DATANG!" Gempa dan Duri hampir adu tinju kalau saja Halilintar dan Blaze tidak menahan mereka berdua, Halilintar menatap wajah Blaze, dia memegang tangan adeknya lalu menatap takut keberadaan semuanya. Blaze menghela napas panjang, dia mengelus rambut cowok mata merah gelap itu dengan senyuman manisnya. "Gak papa, kak Upan gak akan kenapa-kenapa...." "Salah gw... Salah gw gak temenin dia dari awal... Salah gw bikin rumah hancur..." Sulung pertama Suwanda itu jongkok, dia menutup wajahnya lalu menangis. Tubuhnya bergetar menahan sakit di dad...

siapa?

Hari ini keempat bungsu Suwanda pergi menuju pantai Parangtritis, setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh dengan mobil, keempatnya sampai di pantai. Pemandangan yang pertama mereka lihat adalah keramaian, tidak heran sore hari semakin ramai, padahal masih jam 4 sore dan udara lumayan panas. "Gila.... Rame banget.... Mana panas..." Duri mengipasi dirinya dengan tangan, cowok mata hijau gelap itu melihat kanan-kiri, lautan manusia yang membuat jiwa introvert nya keluar. Solar dibelakang Duri, dia juga kegerahan melihat lautan manusia. Cowok mata silver itu menarik lengan Blaze, meminta pergi ditempat lain. "Kak... Ayo jalan-jalan dulu, panas ihhh." "Si bocil, ntar dulu—NCEU?!" Oke, sepertinya Blaze harus merantai ketiganya. Ice sudah melakukan aksi dance nya, otomatis dirinya harus menahan tubuh kembarannya supaya tidak aneh-aneh. —— Taufan mangusap wajahnya, sore ini jalanan di Semarang sangat ramai. Ya... Dia keluar dari toll untuk mencari makanan s...

cari kalian

Taufan duduk di depan lembaga, dia menyenderkan tubuhnya di tembok. Helaan napas keluar, matanya terpejam menikmati angin yang mengenai muka nya. Pikirannya benar-benar berkecamuk semenjak seminggu ini, 4 adeknya susah dihubungi, dan 2 kembarannya yang masih perang dingin. Taufan mau teriak, tapi tidak akan berguna juga. Ngapain berteriak? Tidak akan membereskan semua masalah, dan dia harus nyari beberapa kata maaf untuk semuanya. Cowok mata biru langit itu masih ingat dengan pertengkaran dimana kedua sulung berantem, dan dirinya yang menarik mereka berdua lalu menceburkan kepala Halilintar dan Gempa di bak mandi. "OTAK LU BERDUA DIPAKE, ADEK-ADEK ILANG KITA JUGA GAK TAU DIMANA, GW TAU SALAH KITA GAK BECUS NGURUS MEREKA, TAPI APA SUSAHNYA BUAT KALI INI TENANG?! SUSAH?! PERLU GW CEBURIN KALIAN BERDUA DI KAMAR MANDI?!" "Hallo Kabid gw~," mata biru langit itu terbuka, dia melirik Beliung yang sudah datang. Cowok mata biru langit itu tersenyum manis, tubuhnya menggeser ...

Comeback

Sori berjalan menuju kamar Glacier, mengingat bahwa kakak keduanya masuk ke RS juga karena asma nya yang kambuh, pasti dia juga khawatir. Ya meksipun cowok mata biru kecoklatan itu juga khawatir sama Supra. Baru saja Sori membuka pintu ruang inap, menggelegar sekali suara Frostfire yang panik melihat Glacier di kamar mandi sambil cebok. "BISA KABARIN GAK KALAU LAGI BOKER?!" "MANA GW TAU?! ORANG LAGI MENDENGARKAN SUARA PLUNG MALAH MUNCUL! DASAR DEMIT!" "Gw demit terus lu apa?" Glacier menaikan bahu nya, mana dia ngerti soal dedemit yang Frostfire selalu temui. Cowok mata biru kecoklatan itu melempar gayung mengarah Frostfire lalu berteriak meminta ditutup pintu kamar mandinya. Cowok mata biru merah itu menuruti kemauan Glacier, setelah itu menatap pintu ruang inap. "Ngapain dek? Kok kayak kaget gitu?" "Udah baikan?" Yaelah, dapat pertanyaan ini... Gengsi Frostfire kan jadi gede. —— Gentar dan Sopan berjalan menuju ruang ICU, setelah mend...

curhat

Halilintar sudah sampai di depan FKIP, mengingat hari ini dia akan pergi bersama para anggota HIMA menuju universitas sebelah untuk kunjungan studi banding. Cowok mata merah gelap itu mengusap rambutnya, dia menghela napas panjang, lelah menunggu para BPH dan angmud (anggota muda) yang belum juga datang. Jangan tanya, semuanya pada ngaret, iya Halilintar tau betul kelakuan teman-temannya termasuk Lyann. "Pe!!" Halilintar menoleh ke belakang, dia menghela napas panjang lalu menjitak kepala cewek itu. "Datang-datang sopan banget pa pe pa pe." "Lemot lu, lagian udah gw chat malah gak balas." "Ya maaf, betewe yang lain mana?" Lyann menaikkan bahunya tanda tidak tau, cewek itu duduk disebelah Halilintar lalu menatap cowok mata merah gelap itu. Tatapan Halilintar terasa bagi Lyann, kosong dan hampa, sepertinya urusan dia dengan Supra tidak akan selesai jika tidak ada penengahnya. "Janji katanya mau cerita." "Hm? Nanti aja, kita kan mau s...

hancur

Supra memberhentikan langkahnya, dia benar-benar kecapekan berlari terus-menerus. Matanya menatap langit malam yang semakin larut, sebentar lagi waktu pagi akan tiba dan pasti mereka akan mencari dirinya lagi. Cewek mata merah keemasan itu duduk di bangku taman, dia mengusap rambutnya lalu kembali membaca chat dari Halilintar. Oh... Dia ternyata se nakal itu sama mamas nya ya? Se ngeselin itu sama mamas nya ya? Tawanya keluar meski kecil, hatinya benar-benar sakit membaca chat. "Bisa gak sih sehari aja gak banyak ulah?!" Kalimat yang selalu Frostfire lontarkan kepada dirinya ternyata memang benar, dia benar-benar membuat kakak pertamanya semakin membawa beban seperti dirinya. Ah... Ingin rasanya mesin waktu berputar dan mengajak dirinya yang masih kecil untuk bunuh diri bersama. Supra capek... Supra juga ingin seperti Sori, ingin dilihat juga tetapi sepertinya tidak bisa. Tidak akan bisa... "Gw lebih milih punya adek kayak Wicak aja daripada punya adek kek lu, ngerepotin...

Petisi

Rimba mengacak-acak rambutnya, dia benar-benar stress melihat petisi yang mulai banyak menyetujui dirinya kembali ke IGD. Perasaan dia juga jaga, tapi di poli kandungan... Kenapa malah dikira petantang petenteng sih?! "Apasih?! Setan banget berdua ini!" Rimba menghempaskan tubuhnya di ranjang, matanya menatap langit kamar lalu ide muncul dari kepalanya. Segera saja dia bangun dan bersiap-siap dengan hp kesayangan nya yang sudah menemaninya selama 10 tahun. Cowok rambut hijau itu tersenyum manis lalu membuat video. Bisa ditebak apa videonya? —— Duri duduk di sofa, dia menenangkan pikirannya setelah berargumen dengan Solar mengenai petisi yang dia buat. Jangan ditanya kenapa, soalnya gengsinya dia tuh tinggi buat sayang sama si Rimba. Jika bertanya, darimana mereka bertemu? Maka jawabannya dari Duri yang tumbang karena maag kambuh dan Solar yang bertemu dengan Rimba sebagai dokter penjaga—lebih tepat penglaris IGD—IGD. Entah bagaimana mereka dekat dan akhirnya Duri sangat klop ...

Menghilang

Supra berlari kencang, dia benar-benar ketakutan setengah mati. Orang-orang itu... Lagi-lagi mengejarnya, bahkan lebih parah dari yang sebelumnya. Cewek mata merah keemasan itu membuka mulutnya untuk meminta tolong, sayangnya tangan dari salah satu orang itu membekap mulut Supra dan akhirnya dia dibawa entah kemana. —— Frostfire mondar-mandir menunggu Supra pulang, seharusnya adeknya itu sudah datang ke rumah dengan cengiran khas nya. Ini tidak, dimana anak itu? "Mas... Duduk dulu..." Glacier duduk di sofa, dia memperhatikan kakak pertamanya yang mondar-mandir di depan pintu rumah. Matanya tak lepas menatap pintu rumah, sedangkan Frostfire sendiri menghela napas dan memijat keningnya. "Gw khawatir berat... Gw khawatir sama San..." "Sama kok, kita juga khawatir. Mamas tenang dulu... Duduk sama gw sini." Frostfire menghela napas panjang lalu duduk di sebelah Glacier, dia masih belum bisa tenang karena Supra belum mengabari nya lagi. Belum selesai dengan piki...