Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2025

Apa ini?

"Duri, ayo!" Duri yang sedang mencuci tangan merasa kaget, dia melihat Sopan yang buru-buru menuju parkiran motor. Terlihat ekornya bergoyang menandakan bahwa ada sinyal tidak beres dengan keluarga anak itu. Segera saja Duri mengikuti Sopan dan mereka pergi menuju cafe tempat yang diberitahu oleh Sori. Sesampainya di cafe, mereka berdua melihat Supra yang mengetik di laptop, kemungkinan besar cewek itu sedang mengerjakan tugas kampus. Segera saja mereka berdua menghampiri Supra dan duduk didepan cewek mata merah keemasan itu. Supra menghentikan kegiatan mengetik nya, dia menatap heran kedua anak SMA itu. Sebentar... Adeknya ngapain ngajak si Bendul hijau itu? "Lu ngapain di sini?" Sopan dan Duri saling lempar senyum ke Supra, muka mereka begitu sumringah sedangkan Supra sendiri seperti terkena cahaya matahari yang 2 kali lipat menerangi wajahnya daripada matahari yang berada di atas. "Mau lihat mahasiswa—eh? Sekarang mahasiswi ya... Yaudah deh, mahasiswi yang c...

Sidang

Supra dan Taufan berdecak sebel melihat kedua pasangan itu berjalan santai menuju tempat makan, mereka berdua akhirnya buntutin di tempat makan yang berbeda. Bisa berabe kalau ketahuan di satu tempat. Cewek mata merah keemasan dan cowok mata biru langit itu akhirnya makan bakso disebelah stand HokBen, mereka berdua masih melihat Sori dan Gempa yang makan di stand HokBen. Cewek mata mint itu memakan makanannya, matanya terus menatap Gempa yang begitu tenang makan. "Gem, pipi mu..." "Hmm? Ada apa, Sori?" Sori mengambil tissue lalu mengelap pipi kanan Gempa, yang terbakar amarah malah Supra yang meremat gelas plastik nya. Untung minumannya sudah habis, jadi bisa aman kalau remat-remat gelasnya. "Makasih... Sori..." "Sama-sama~." Senyuman manis Sori mengembang membuat Supra harus menahan amarahnya, Taufan menatap takut Supra, dia memberikan bakso milik cewek mata merah keemasan itu supaya tidak mengucapkan kata-kata keramat. "Sup, makan dulu....

Jalan-jalan

"Taufan!" Cowok mata biru langit itu terdiam melihat penampilan Supra, matanya tak lepas melihat wajah cantik si cewek mata merah keemasan itu. Sedangkan Supra membenarkan sneakers nya, dia menjentikkan jarinya membuat Taufan tersadar. "Jangan bengong, yuk jalan. Emang mau kemana sih?" Tanya Supra yang mengambil helm diberikan oleh Taufan, sedangkan Taufan sendiri masih senyum-senyum gak jelas. Supra benar-benar merinding dengan cowok didepannya itu, ngapain sih senyum-senyum? Kalau dia jelek mah bilang aja, jangan cengengesan gitu. "Kita beli make up buat lu, lagian juga wajah lu dikasih riasan dikit juga makin cantik." Oh tidak, jiwa buaya Taufan mulai keluar di Supra? Astaga, semoga Supra tidak jatuh cinta dengan temannya sendiri. —— Taufan dan Supra sedari tadi mutar-mutar mencari toko make up yang sreg, cewek mata merah keemasan itu membenarkan kacamata vision nya lalu menatap Taufan yang sedari tadi mengekorinya. Entah kenapa Supra malah terkekeh den...

Bertemu

Supra dan Sori berkeliling alun-alun, mereka berdua memang berniat untuk kabur sore ini. Jenuh dengan pemandangan heran keempat saudaranya dan lebih bagus keluar saja meskipun dikatain racing sama tetangga. Cewek mata merah keemasan itu memarkirkan motornya lalu menyuruh kembaran nya turun. Sori turun dari motor, dia menunggu Supra dan akhirnya mereka berdua jalan-jalan keliling alun-alun sambil mencari makanan. Setelah mendapatkan makanan, mereka berdua duduk di bangku alun-alun dan makan dengan khidmat. "Habis ini gimana ya? Kita jadi cewek selama tiga bulan, terus selama tiga bulan di kampus gimana?" Sori menghela napas, dia juga tidak tahu kapan semuanya akan berakhir. Cewek mata mint itu tak sengaja menatap ke arah kanan, ada Taufan dan Gempa yang sedang berjalan menuju ke arah mereka. "UPAN! GEM!" Kedua cowok itu menatap mereka berdua, Gempa terdiam cukup lama setelah melihat wajah Sori yang bagitu manis dan cantik. Wait... Ini Kabid Organ dia beneran? Kenapa....

Berubah

Gentar dan Sopan mengumpet di kamar masing-masing, mereka berdua berkomunikasi lewat chat. Mengapa tidak langsung bertemu? Itu akan ketahuan oleh kedua kakak kembarnya, lebih baik berpencar daripada bersama. Gentar menatap Supra yang uring-uringan terus sambil meminum kopi susu yang Gentar beli di gerobakan, meskipun gerobak tetapi rasanya memang enak. Jangan melihat dari tampilan, lihatlah dari rasanya, dijamin enak. "Angga, kok kak Wicak gak ada suara di bawah?" Telpon Sopan setelah melihat ke bawah, tidak ada tanda-tanda Sori untuk naik ke atas. Jelas aneh sekali, baru saja Gentar membuka mulutnya Sori melewati dirinya. Astaga... Cantik sekali? "Kakak ke atas dulu, capek banget..." Suaranya yang lembut membuat Gentar merasa terhipnotis, dia mengangguk dan meninggalkan Sori yang berjalan menuju kamar Supra. Cowok mata merah kecoklatan itu tersadar lalu berteriak ke Sori yang membuka pintu kamar Supra. Sayangnya Supra sudah teriak heboh dan muncul di depan kamar. ...

Cinderella

Lyann mondar-mandir menunggu kedatangan Supra, Halilintar, dan Sori. Cewek rambut mullet itu mengusap rambutnya, dia menatap pintu belakang auditorium setelah melihat ketiga cowok itu datang dengan keadaan yang begitu berantakan. Jangan ditanya, pasti ketiganya triceng lagi. "Kenapa baru datang?!" Supra menarik napasnya perlahan lalu menatap Lyann sambil menunjuk ke arah luar fakultas. "Gw sama yang lain kena macet, hampir kena tilang juga—." "Gak ada waktu buat cerita! Saatnya kalian bertiga didandani sama gw!" Ketiganya menurut dan mereka akhirnya diberi pakaian sesuai dengan perannya, Halilintar ganti terlebih dahulu sedangkan Supra langsung didandani oleh Lyann. Hanya beberapa menit dandannya tetapi cewek itu merasa minder setelah melihat perubahan wajah Supra. Cantik... Begitulah kira-kira setelah dilihat wajah Supra yang memang sudah menawan ditambah riasan tipis semakin menawan dan cantik. "Lyn? Lu ga papa?" Lyann tersadar, dia memberikan ...

Latihan perdana

"SALAH! KENAPA POSISI LU KAYAK BOTI?!" Halilintar harus menahan tangisannya melihat Lyann yang membentak dirinya, jangan lupakan Supra yang meringis mendengar suara cewek itu yang mendominasi. Latihan kali ini begitu perdana, jelas saja hampir semuanya sudah melupakan adegan dimana Cinderella berdansa dan Pangeran yang mencari si pemilik sepatu kaca. Lyann yang menjadi narator hanya bisa menghela napas dan kembali membuka hp nya, dia berniat menonton kembali cerita princess itu. Lalu menatap Supra dan Halilintar. "Posisikan kalian berdua memegang pinggang, jangan ada yang kagok atau pun lepas. Gw bisa sleding kalian berdua." "Ngeri juga..." Bisik Sori setelah melihat ketegasan dari Lyann, cowok mata mint itu melihat tontonan Cinderella dan mengamati Supra. Tidak menghayati, dia sebagai anak theater juga mengetahui jika peran ini terlalu besar. Harusnya Supra bisa menghayati sedikit, dan jangan aneh-aneh apalagi gerakan.... "Saneira Supra! Ulangi gerak...

Voting

Supra menahan tangisannya, dia melihat Sori yang menghela napas lalu menepuk-nepuk pelan kepala Supra. Mata yang tua 5 menit itu membengkak, sudah pasti ada cerita yang panjang dan Sori sudah menjadi pendengar yang baik. "Lu kenapa kagak ngomong aja buat acara non resmi gitu?" "Gak tau... Gw lupa bilang..." Sori sebenarnya kasihan juga sama Supra, hanya saja kelakuan kembaran nya ada aja gebrakannya. Tiba-tiba minta theater, terus minta temannya bikin. Ingin berkata aneh, tetapi dia juga aneh. Suara notifikasi dari hp Sori menjadi sinyal izin sang adek, cowok mata mint itu melihat dokumen PDF yang diberikan oleh temannya Supra. Segera saja dia membuka dan terdiam selama beberapa menit, kepalanya menoleh ke Supra. "Cahya, temen lu kenapa ngundang gw?" Otak Supra memproses ucapan Sori, sepertinya Lyann benar-benar mengundang seangkatan untuk pemilihan pemain. Aduhai, nasib lah si Supra. —— Semuanya sudah kumpul di aula, tidak semuanya memang, tetapi feeling ...

Pentas

Hari ini pentas seni kelas 12, karena mereka sebentar lagi lulus dan menjadi alumni, semua dana harus dihabiskan untuk pentas kali ini. Semua bekerja sama, tidak ada yang menjadi penonton. Para panitia bagian acara dan humas saling membantu untuk menyusun tempat duduk dan menyuruh para kelas 11 dan kelas 10 untuk duduk yang sudah diberikan tanda. Guru-guru dan kepala sekolah duduk paling depan. Pentas mulai, para penonton antusias. Dimulai dari drama karena semuanya akan terhubung satu sama lain. Pemeran utama yakni Sopan muncul sebagai seseorang pramugara yang nyasar setelah kecelakaan pesawat, cowok mata kalbu itu benar-benar menghayati sekali. Dari tatapannya, emosinya, bahkan gerakan tubuhnya benar-benar bisa menyeimbangi drama yang dibawakan. Tampilan drama yang pasti akan di cut dipertengahan, dan penampilan pertama dimulai dengan drumband. Semuanya bertepuk tangan dan kembali ke drama. Kali ini Solar keluar, dia berperan sebagai warga yang membantu Sopan dari huru-hara para warg...

Curiga

Solar jalan menuju ruang musik, sekolahnya memang besar dan fasilitas nya lengkap, makanya semua yang murid inginkan itu ada. Terkecuali tentang pembullyan, bisa disidang sama pihak sekolah. Cowok mata silver itu berhenti di ruang musik, dia membuka pintunya sedikit lalu mengintip apa yang dilakukan oleh kembarannya. Duri yang memegang gitar berhawa hijau mint dan bermain dengan lihai, Solar terdiam mendengarkan alunan musik yang dimainkan oleh Duri. Sebentar... Lagu band banget? Pentas nanti emangnya Duri mau tampilin apa? "Lu ngapain di depan pintu?" Solar terkejut, dia menatap ke belakang. Gentar yang memegang tas gitar, tunggu sebentar?! Pentasnya berarti sama Gentar?! "Lu tampil nanti?" "Iyalah, lu pikir aja, gw, Duri, Arkan, sama Cakra ditunjuk tampil. Lu sama Adipati main drama kan?" "Huh? Iya... TAPI GW TAMPIL CAMEO, KAN KAMPRET!!" Solar menutup mulutnya, dia melirik ruang musik. Damn, Duri menatapnya dengan tajam yang siap melempar gitar...

Cahya dan Wicaksono

Brukk   "Arghh!!" Supra menahan sakit, dia menatap preman yang memukulnya. Senyumannya mengembang, terasa sekali jika mereka rela memukulnya hanya demi membunuhnya. Cowok mata merah keemasan itu terus memberontak, bahkan tawanya begitu menggelar membuat beberapa preman disana ketakutan. "Nurut amat sama yang ngancem gw, emangnya gw takut? Kagak lah!" "Bacot lu, bocah!" Wajah Supra lagi-lagi dipukul, bahkan mereka bermain kroyokan dengan menggunakan tongkat kayu dan besi, tubuh Supra benar-benar dipenuhi memar. Tetapi cowok mata merah keemasan itu berani melawan, bukan namanya jika tidak melawan para preman lemah yang berani main kroyokan. "ARGHH!!" —— Sori terus berlari mencari markas ditangkapnya Supra, kakinya berhenti di gudang kosong. Entah mengapa dia seakan mendengar suara erangan dari Supra, dengan pelan-pelan dia menghampiriku gudang itu lalu masuk menyelinap. Beruntunglah tubuhnya kecil, dia bisa masuk tanpa harus ketahuan. Cowok mata mi...

Prioritas

 Hari-hari selalu seperti itu, Supra selalu memberikan alasan kepadanya bahwa dia akan jalan bersama Halilintar. Bahkan bujuknya bukan makanan kesukaan nya, melainkan kesukaan Halilintar. Hell nah, apakah cowok mata merah keemasan itu belok? Sori menendang batu kecil, dia menatap tajam kembarannya yang sudah kembali dari acara pergi-pergi bersama anak PTI. Amarahnya sudah memuncak, selalu saja Supra mengabaikan nya. Padahal bukankah bagus mereka tidak bertengkar terus? "Eh Wicak, lu ngapain di depan rumah?" Sori terdiam, dia memalingkan wajahnya. Supra kebingungan dengan tingkah kembarannya langsung menghampiri cowok mata mint itu, tangannya memegang pundak Sori lalu menatap mata si pendek. "Lu kenapa? Kok akhir-akhir ini diemin gw?" "Hah?" Sebentar... Bukankah seharusnya dia yang ngomong? "Lu marah sama gw? Gw minta maaf, selalu lupa sama janji—." "Terus kenapa lu selalu ingkar janji?! Kenapa milih Halilintar? Gw dianggap apa sama lu?"...

Cemburu

Supra menatap langit yang mendung, dia hanya menatap ke atas lalu ke bawah melihat makam seseorang yang begitu dia sayangi. Tangannya menutupi batu nisan tersebut, supaya orang itu tidak terkena air hujan. "Cak... Gw temenin ya sampai hujan berhenti?" Seakan yang dia ajak bicara ialah orang yang tertidur di pangkuan nya, tidak, gundukan tanah itu sudah terkena tetesan air dari langit. Cowok mata merah keemasan itu menghela napas panjang dan memeluk erat nisan tersebut sambil mengucapkan kata-kata permintaan maaf. —— Pagi yang indah untuk mengawali keributan di rumah Ngalengka, selalu saja yang menjadi alasan betapa ramainya keluarga tersebut. Tengah Ngalengka yang berebutan untuk mandi, bungsu yang ribut mencari kaos kaki, dan yang tertua yakni Frostfire mencari blazer nya. Bukankah hari yang indah? "STOP TERIAK-TERIAK!!" Oke, bagi Glacier mungkin menjadi ancamannya. Dia terus mondar-mandir untuk membantu semuanya, dari yang dia bungsu mencari kaos kaki, menemukan b...

Kembali

 Gempa menepuk-nepuk punggung Halilintar, dia berusaha untuk menidurkan kembarannya. Mengingat dapat telpon dari pihak rumah sakit, Halilintar menangis keras setelah melihat kondisi Taufan yang terbilang cukup parah. Dokter memberitahu jika anak tengah si sulung Suwanda tertabrak truk, luka di kepalanya begitu parah dan bagian punggung robek akibat bergesekan dengan aspal. Awalnya Halilintar bilang bahwa salahnya tidak menyuruh Taufan cepat pulang, Gempa terus menenangkan kakaknya supaya tidak mengucapkan kata-kata yang membuat bocah itu down. Setelah Taufan dipindahkan ke ruang inap, Halilintar terus mengoceh di sebelah cowok mata biru langit itu sambil melihat bulan purnama. Ocehan anak kecil mungkin terdengar lucu, tapi bagi Gempa, ocehan Halilintar membuat dirinya overthinking semalaman. "Pan, apa aku yan donol dalah kamu aja?" "Pan, jangan lupain Lintal, ntal aku nangis nih." Anak itu benar-benar ketakutan jika Taufan lupa ingatan atau paling parah adalah... Me...

Taufan

 Halilintar keluar dari kamar Taufan, sebelum turun dari ranjang, bocah itu menepuk-nepuk kepala Taufan lalu keluar dari kamar. Dia memanjat kursi makan dan menatap Ice yang sudah memotong sayur dan daging sapi. Mungkin hari ini Ice ingin memasak sup, biarkan saja lah. "Kamu bisa masakna?" Ice tersenyum miring, dia menatap Halilintar lalu menyentil dahi kakaknya. "Kalo gak bisa, gak mungkin gw di dapur terus temenin kak Gem sama kak Upan." "Tapi kok aku ndak boleh?" "Soalnya nanti lu bakar rumah." Alasan yang membuat bocah mata merah gelap itu cemberut, mungkin iya saat mode biasanya, Halilintar membakar panci kesayangan Gempa. Tapi bukankah itu namanya belajar? Daripada dia tidak mandiri sama sekali memegang dapur. Ice menuangkan sup nya ke mangkuk yang lebih besar lalu menaruhnya di meja makan, cowok mata biru laut itu mencuci tangannya dan menata piring. Dia memberikan tempat sendok dan garpu ke Halilintar supaya bocah itu menaruhnya di sebela...

Nyasar

Supra membuka matanya, dia keluar dari tenda lalu mengusap rambutnya. Ini mulai siang tetapi semuanya sepi, apakah dia ditinggal? Tidak mungkin kan? "Wicak kemana sih? Apa banget gw ditinggal begini." Supra mencari keberadaan semua orang, dia berkeliling hutan sampai di tengah hutan belantara. Cowok mata merah keemasan itu mulai takut, dia baru sadar jika berjalan terlalu jauh. Astaga... Bagaimana dia bisa kembali sedangkan jalan saja gampang lupa? "Ikutin insting, iya, lu ikutin insting aja, San." Bermodalkan nekat, Supra kembali berkeliling. Sayangnya dia kembali ke tempat semula, oke, jangan panik Saneira, pasti hanya tersesat biasa kok. Srekk "ALLAHUAKBAR!!" Supra menoleh ke arah belakang, dia melihat jelas ada penampakan kuntilanak yang berdiri didepan pohon sambil tersenyum manis. Cowok mata merah keemasan itu mulai panik, dia berlari kencang menjauh dari hutan. Tapi, lagi-lagi dia kembali, dan sosok Kunti itu masih di dekat pohon tersebut. "Jau...

HaliSup

 Dari jam 8 sampai jam 10 pagi ini Halilintar menempel ke Supra, jangan tanyakan mengapa anak itu mendekat ke Supra, karena bocah itu sendiri masih takut kejadian semalam mengganggu tidur mereka bertiga yakni Halilintar, Frostfire dan Taufan. Dan yang jadi tumbal jagain Halilintar seharusnya Blaze malah tidak bisa, sudah ada Supra untuk apa Blaze menjaga kakaknya lagi? "Eitt, ini gw mau mandi dulu, cil." Halilintar gelantungan di kaki Supra, cowok mata merah keemasan itu menggoyangkan kaki kanannya yang hampir saja membuat dirinya terjatuh. Dia menggendong bocah itu lalu mengajaknya pergi ke kamar mandi, masa bodo buat menggusur anak itu, yang penting segar badan dan muka. —— Taufan tertawa terbahak-bahak melihat Supra ditempeli Halilintar, bocah mata merah gelap itu benar-benar tidak mau melepaskan Supra. Sedangkan yang ditempeli hampir teriak misuh-misuh, bayangkan saja, setelah mandi bukannya lepas dari dia malah ngikutin kemana-mana. Niatnya kan 2 hari ini Supra mau menen...

Berkemah

 Sedari tadi Frostfire dan Taufan misuh-misuh karena dikatain ‘duda’ oleh saudara-saudara nya, tidak lupa Halilintar yang tertawa memanggil mereka berdua dengan sebutan ‘ayah’ dan ’papa’. Ini kalau mereka berdua jalan sambil bawa Halilintar, pasti dikira belok... Mobil mereka sudah sampai di gerbang hutan perkemahan, Frostfire memarkirkan mobilnya dan turun terlebih dahulu untuk mencari sewa tenda yang sudah jadi. Kesebelas remaja dan satu bocah itu turun dari mobil Elf, mereka mengeluarkan barang-barang nya dan menunggu Frostfire untuk menyewa. Cowok mata biru merah itu kembali ke arah mobil, dia tersenyum miris lalu menghela napas panjang membuat mereka semua takut. "Gimana mas? Gak bisa disewa?" "Bukan..." "Terus?" Frostfire jongkok, dia menunjuk Halilintar yang ditatap oleh sang empu kebingungan. "Kenapa aku?" "KARENA KAMU, MAMAS DIKIRA DUDA." —— Setelah sholat magrib, Taufan, Gempa, Supra, dan Gentar mengumpulkan kayu bakar. Blaze ...

Pertanyaan sialan

Frostfire berhenti di rest area, dia menatap kesebelas belas remaja dan satu bocah itu lalu tersenyum manis. Tanpa sadar tangannya menekan klakson yang berhasil membangunkan seisi mobil Elf. "BANG! KAGET!" Frostfire tertawa terbahak-bahak, dia meminta maaf ke Gempa lalu menatap Halilintar yang baru bangun tidur. Memang sih Frostfire agak terlambat menjemput anak-anak Suwanda, tetapi Taufan tidak mempermasalahkan. Yang ngambek malah Halilintar, mungkin bocah itu marah besar karena telat jemput. Halilintar mengucek-ngucek matanya, dia menatap Frostfire lalu mengangkat tangannya untuk memukul wajah tampan si sulung Ngalengka. "MAS JELEK!" "Heh! Aduh, Lintar!" Malang sekali nasibnya guys, makanya jangan bikin ulah :). —— Berhubung mereka sampai di rest area, pasti banyak yang belanja apalagi cemilan selama 2 hari nanti di perkemahan. Gempa menggeret Taufan untuk menemani belanja, Blaze dan Ice pergi ke FM untuk membeli Odeng, Solar, Duri, Sopan, dan Gentar per...